Sembilan: Takut Kehilangan

45 2 2
                                    

Senin Pagi di Bulan Maret, 2020

Hari ini Zakky buru-buru mendatangi kelas Olin begitu tiba di sekolah. Tapi gadis itu tidak ada di kelasnya. Padahal sebentar lagi upacara bendera akan dilaksanakan. Dari yang Zakky tahu, selama ini Olin hampir tidak pernah datang terlambat. Kemana dia?

Tadi Zakky sudah ke rumah kekasihnya itu untuk mengajaknya berangkat bersama, tapi sepertinya rumah itu kosong. Pikir Zakky, gadis itu pasti sudah berangkat lebih dulu. Tapi nyatanya ia tak menemukan gadisnya saat tiba di sekolah.

Kalaupun Olin sedang pergi ke kantin, ruang guru, atau main ke kelas David, gadis itu pasti akan meninggalkan tasnya di kelas lebih dulu. Tapi Zakky tidak menemukan tas gadis itu di bangkunya. Apa gadis itu menghilang lagi? -pikirnya.

Sabtu sore kemarin, sehabis main futsal Zakky merebahkan dirinya di sofa sejenak sesampainya ia di rumah. Kemudian ia beranjak ke kamar mandi untuk menghilangkan penat. Rencananya, nanti malam ia ingin mengajak Olin keluar. Rutinitas yang hampir dilakukannya tiap malam minggu sejak ia berpacaran dengan Olin.

Tapi sore itu, tiba-tiba kedua orang tuanya mengajak Zakky untuk mengunjungi neneknya karena kebetulan sekarang akhir pekan. Katanya, mereka akan menginap di sana.

"Omamu rindu," begitu kata mamanya.

Jadi, mau tidak mau Zakky harus ikut. Ia mengemasi beberapa pakaian dan memasukkan asal ke dalam tas karena mamanya sudah berteriak memanggil namanya berulang kali, memintanya untuk bergegas. Karena buru-buru, Zakky jadi melupakan ponselnya yang masih ada di dalam tas sekolahnya, lupa ia keluarkan. Setelah sampai di rumah omanya barulah ia sadar kalau ponselnya tertinggal.

Zakky baru sampai rumah kembali pada hari minggu sekitar pukul sepuluh malam. Ketika ia cek ponselnya, ternyata pada hari sabtu sore itu ada banyak panggilan tak terjawab dari Olin dan beberapa pesan yang menanyakan Zakky sedang apa dan di mana. Gadis itu memintanya untuk datang ke rumah jika tak sibuk. Zakky langsung menghubungi Olin saat itu juga, tapi giliran gadis itu yang tidak bisa dihubungi. Zakky pikir, mungkin Olin sedang merajuk karena dirinya hilang tanpa kabar. Oleh karena itu, Zakky bertekad hari ini ia harus bertemu gadisnya dan meminta maaf.

Usai upacara bendera, Zakky kembali mendatangi kelas Olin. Namun ia hanya mendapati Aben yang tengah duduk seorang diri. Bangku gadis itu masih tetap kosong. Gadisnya ... Kemana perginya ia?

"Hei, mau tanya donk!" seru Zakky pada dua siswi yang baru saja keluar kelas.

"Iya, kak, mau tanya apa?"

"Olin ... tidak masuk hari ini?"

"Sepertinya tidak, kak."

"Ada surat izinnya?" tanya Zakky lagi.

Kedua gadis itu menggeleng. "Tidak, kak."

"Ya sudah, terima kasih." Zakky tertunduk lesu setelah kepergian kedua gadis itu. Olinnya ... hilang lagi. Tapi lelaki itu tidak langsung berputus asa. Ia mendatangi kelas David, karena siapa tahu lelaki itu tahu kemana Olin. Tapi David mengatakan kalau Olin bahkan tidak menghubunginya sama sekali selama 2 hari kemarin. David menyarankan Zakky untuk menemui Aben, karena siapa tahu Olin menghubungi lelaki itu sebelum ia menghilang. Iya, sebut saja begitu karena memang nyatanya gadis itu hilang bak ditelan bumi. Meskipun sebenarnya Zakky keberatan, tapi demi Olin ia harus menemui lelaki itu.

Jadilah ketika jam istirahat tiba, ia kembali lagi ke kelas Olin untuk menemui Aben. Bukan ia tak ingin langsung ke sana usai dari kelas David tadi, tapi memang keadaan tidak memungkinkan. Zakky bisa saja bolos kelas, tapi Aben? Zakky tidak yakin lelaki itu mau membolos hanya untuk membicarakan masalah Olin. Tapi sialnya, Zakky tak menemukan Aben dikelasnya.

Carrolline, I Love You! [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang