Akhir Maret, 2020
Olin meninggalkan pelataran sekolah seusai bertengkar dengan Zakky, dengan keadaan yang bisa dibilang tidak baik-baik saja. Kepalanya semakin berdenyut sakit, dadanya mulai sesak, dan Olin merasakan tubuhnya mulai limbung. Gadis itu tidak peduli dengan rintik hujan yang mulai deras menerpa tubuh mungilnya. Ingin berlari kecil pun rasanya Olin tidak sanggup. Matanya nanar menatap sekitar. Ia harus segera mencari tempat duduk sebelum dirinya tumbang.
Olin melirik halte di seberang jalan yang sudah tidak terlalu ramai, hanya menyisakan beberapa orang siswa yang sepertinya sedang berteduh di sana. Niat hati ingin ikut berteduh di halte, namun ia urungkan saat netranya menangkap sosok Bayu yang tengah mengibas-ibaskan sweaternya yang basah karena air hujan. Ah, mengapa bisa sesial ini?!
Masih dengan menahan rasa sakit yang menderanya, Olin meneruskan langkahnya. Ia merogoh saku roknya, dan mengeluarkan botol obat dari sana. Diambilnya dua butir obat, kemudian menenggaknya. Gadis itu memasukkan botol obatnya kembali, lalu merentangkan kedua tangannya seraya menengadahkan wajahnya ke atas menyambut bulir-bulir hujan yang mulai turun.
Sebuah sepeda motor berhenti disampingnya. Ketika Olin menoleh, sang pemilik kendaraan beroda dua itu langsung memasangkan helm dikepalanya.
"Ayo naik!" ujarnya dengan nada memerintah.
Olin yang masih kebingungan dengan apa yang terjadi, hanya bisa mengejap-erjapkan matanya. Kenapa ... tiba-tiba-
"Cepatlah! Hujannya semakin deras."
Gadis itu masih bergeming, sampai tangannya ditarik paksa. Tidak ada pilihan lain lagi, daripada tumbang di sini Olin memilih naik motor bersama Aben. Iya, Aben. Sekali lagi, lelaki itu memberikan pengecualian untuk Olin. Tidak etis sebenarnya, ia baru saja melihat pertengkaran Olin dengan kekasihnya yang membawa-bawa namanya, tetapi ia malah menawarkan bantuan pada gadis itu. Meskipun sebenarnya ia tidak ingin, tapi sisi kemanusiaan Aben tidak mengizinkannya untuk mengabaikan Olin yang sepertinya sedang butuh bantuan. Salahkan saja Zakky yang enggan mengantar gadisnya pulang!
Olin menyandarkan tubuhnya kepunggung Aben ketika lelaki itu mulai melajukan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi, rasa sakit dikepalanya masih sangat mengganggu meskipun sesak di dadanya sudah berangsur hilang. Gadis itu meraih ujung jaket yang dikenakan Aben untuk berpegangan agar tidak jatuh. Perjalanan pulang kerumah kali ini terasa sangat lama, Olin ingin segera merebahkan diri di kasur kesayangannya.
"Jangan tidur!" teriak Aben.
Olin mendengar suara Aben, tapi rasanya ia tidak punya tenaga lebih untuk merespon. Olin tidak tidur, ia hanya memejamkan matanya karena pusing melihat jalanan. Hingga setelah beberapa lama Aben mematikan mesin motornya, Olin baru menegakkan kepalanya. Ia mengedarkan pandangannya, mengamati pekarangan yang tidak terlalu luas dengan pagar kayu yang tidak tampak seperti rumahnya. Ada taman bunga kecil dan pohon kelapa gading sisi kiri sedang sisi kanan dibiarkan kosong. Sepertinya digunakan untuk jalan ke garasi. Di bagian teras rumah terdapat ayunan, dan beberapa tanaman anggrek yang digantung. Padahal Olin hanya melihat dari luar, tapi rumah minimalis ini punya daya tarik tersendiri. Meskipun baru menginjakkan kaki pertama kali ke sini, tapi Olin merasa nyaman.
"Di mana ini?"
"Rumahku," jawab Aben singkat. "Ayo masuk!"
![](https://img.wattpad.com/cover/104305235-288-k249072.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Carrolline, I Love You! [On Going]
Roman pour AdolescentsJika bertahan hanya menambah luka, akhiri saja. ___//__________________________________ Kisah tentang gadis remaja bernama Carrolline yang memiliki penyakit yang siap membawanya menuju kematian. Ia berusaha memperjuangkan cinta di sisa hidupnya. Apa...