Hujan

33 7 2
                                    

Budayakan vote sebelum membaca!

"jangan sakiti aku, jangan buat aku menangis lagi!" Keana

Cuaca hari ini terasa sangat panas, matahari bersinar terang menembus kaca kamar, membuatku menutup mataku. Terdengar ketukan dari pintu kamar, aku pun langsung membukakannya. Ternyata itu mbak Wilda yang sedang menanyakan menu makanku untuk sarapan.

Mbak Wilda adalah asisten kak Rey yang menurutku usianya masih muda, sekitar 20 tahun. Ibunya kerja di sini juga, namanya ibu Dewi. Meraka berdua sangatlah rama, tidak banyak omong dan sangat disiplin.

"permisi Keana, sarapan pagi ini mau di buatkan apa?" tanya mbak Dewi padaku. "kalau mas Fandy tadi minta dibuatkan nasi goreng mie tanpa saus" ucapnya lagi padaku.

"nasi goreng" jawabku singkat lalu mbak Dewi meminta maaf karena sudah mengganggu waktu tidurku. Aku langsung menutup kamarku dan bersiap-siap untuk sarapan bersama.

***

"apa bisa setelah ini kakak mengantarkanku ke toko buku. Ada beberapa buku dan alat tulis ingin ku beli di sana" ujarku untuk memecah keheningan di waktu sarapan ini.

"boleh saja, lagi pula hari ini kakak tidak ada jadwal kampus lagi, semua tugas kakak sudah dikerjakan" ucapnya, aku hanya menjawab dengan kata "o.." saja.

Kita melanjutkan makannya masing-masing. Rasanya hari ini tidak enak, aku bersama kak Rey saling diam, tidak ada yang membuka obrolan.

"Keana, apa kamu sudah siap?" tanya kak Rey padaku yang sedang asik bermain hp, "aku udah siap" jawabku, tapi aku tidak mengalihkan pandangan, "ayo" ucap kak Rey, aku hanya mengikuti langkanya berjalan.

***

Di toko buku aku melihat ada novel, aku tertarik dengan judulnya yaitu "Take Care Of Yourself" aku langsung menaruhnya di troli belanjaku. Saat keliling lagi, aku menemukan buku berjudul "Hujan" sedari dulu aku ingin sekali mempunyai buku ini, karena mahal. Akhirnya aku meminta izin pada kak Rey.

"kak, aku ingin beli buku ini" ujarku membuat kak Rey menoleh ke arah aku. "ambil saja yang kamu mau" ucapnya membuat hatiku bahagia dan juga lega.

Aku mengambil buku itu. Melihat ada buku matematika, harganya juga terjangkau dan murah akhirnya aku membelinya, aku juga membeli beberapa alat tulis berwarna biru, aku suka warna biru tapi tak seperti hujan. Aku benci dengannya.

Aku langsung mendorong troliku menujuh arah kasir. Semua sudah terbayar, totalnya semua menjadi 470.000 di tambah dengan belanjaannya kak Rey menjadi 640.000.

Aku senang sekali karena kak Rey menuruti apa yang aku mau. Kak Rey sangat memanjakanku, apa karna aku adalah adik satu-satunya?"

***

Siang hari ini aku ingin sekali membeli yang segar-segar, seperti es buah atau es krim kesukaanku. Akhirnya aku meminta izin kak Rey untuk membeli. Kak Rey membolehkanku. Aku memancal sepeda ontel ku, rasanya sangat panas.

Aku menaruh sepedaku di tempat parkir, untuk saja mini marketnya tidak antri, jadi aku bisa cepat membelinya. Selesai aku membeli, aku cepat-cepat untuk pulang, tak lupa aku juga membelikan Kak Rey dan mbak Wilda karena sudah baik padaku.

Di tengah perjalanan, aku mendengar petir bergemuru, aku takut turun hujan. Saat mengayun sepeda cepat-cepat aku terjatuh karena rantinya putus, kakiku tersa sangat perih, ternyata lututku tergores aspal sangat keras hingga berdarah, saat ku memegang kepalaku, ternyata juga terdapat darah di sana. Aku masih ada di dekat lapangan, perjalanannya masih tinggal beberapa blok. Mungkin aku kurang melewati 7 blok lagi, dan itu masih jauh.

Hujan sudah mulai berjatuhan, membuat kepalaku sakit. Awan putih sudah berubah menjadi abu-abu gelap, petir datang, angin bertiup kencang dan hujan sudah mulai lebat. Aku segera menepih ke pohon yang besar di dekatku.

"kak Rey.." lirihku, aku memegang kuat tubuhku sendiri, rasanya aku ingin mati. Tubuhku sudah menggigil dan sekarang kepalaku sakit, tak terasa air mataku berjatuhan, aku mengusapnya dengan kasar, tapi air mata itu tidak bisa dihentikan

***

REYSHA POV

Aku sangat khawatir dengan keadaan Keana sekarang. Hujan sudah turun dengan lebat, ditemani petir yang sedang datang. Aku sangat khawatir padanya.

"Keana.." lirih Reysha, "kamu dimana kea?, cepat pulang" ucapku sambil melihat air yang menempel pada jendela.

"permisi, ini teh manisnya diminum dulu" kata ibu Dewi, "terima kasih bu" ucap Reysha dengan tersenyum. "Keana belum datang ya kak?" tanya Wilda pada Reysha, "iya belum, aku harus mencarinya sekarang!" ucap Reysha.

Reysha berangkat dengan mobilnya, menggunakan jaket berwarna hitam putih, tak lupa payung untuk kea.

Flashback

"bunda..." ucapku, "bunda..." ucapku lagi. aku mendengar suara motor ada di dekatku. Ternyata itu adalah kak Rey yang sedang menjemputnya untuk pulang.

"Keana!!" teriak kak Rey, aku mencoba untuk berdiri, tapi tanganku tak sanggup untuk memegang pohon dan kakiku yang tak kuat untuk berdiri.

"kepalamu berdarah kea" ucap kak rey panik. Kak Rey segera memakaikan aku dengan jaketnya. "bunda..." ucapku membuat kak Rey membungkam mulutku, aku melihat ke arah lain, kak Rey mencoba mengecek suhu tubuhku, tubuhku sangatlah panas.

"bunda.. jangan tinggalin aku" ucapku lagi membuat kak Rey menyadarkan aku. tapi aku tak kunjung sadar, kak Rey segera membawahku pulang ke rumah, tapi tak lupa sepeda Keana, dia meminta tolong supirnya untuk membawahnya pulang ke rumah.

***

Rey cepat-cepat menggendong Keana menuju kamar. Ia sangatlah khawatir pada Kea, Kea terus memanggil nama bunda. Suhu badan Kea juga terus menaik. Mbak Wilda membawakan wadah yang berisikan air dingin dan selembar kain, tak lupa dengan obat-obatan untuk membersihkan bekas luka Kea lalu memberikannya kepada Rey.

Pertama-tama Rey membersihkan luka di kepala Kea lalu ia mencelupkan kain itu kedalam air dingin tersebut. Ia memeras kain itu lalu menempelkan kekeningku. 1 jam kemudian, Keana semakin pucat, bibir yang memutih, ternyata darah di kepalanya masih mengalir, matanya juga sembab dan ia terus memanggil nama bunda.

Rey langsung membawa Kea ke rumah sakit. Di mobil, aku terus memanggil nama bunda tetapi ia tidak sadarkan diri, Rey sangat gelisa dan beberapa kali dia membungkam mulutku.

"bunda" lirihnya, "bunda, disini hujan bunda" ucapku yang membuat Rey menjadi bingung. Ada apa dengan Keana, barusan dia bilang bahwa dia takut dengan hujan, ada apa sebenarnya?, batin Rey.

Reysha terus menelepon nenek, tapi tak kunjung diangkat, di sini sinyalnya juga tidak bagus. Hujan masih turun dengan lebat ditemani oleh petir.

Ada apa dengan kamu Kea?, jangan membuatku takut, cepat sembuh ya.

***

Mohon maaf ya kalo ceritanya gak nyambung atau ada kesalahan kata. Maklum belum hebat bikin ceritanya. Vote sama komen ya. Jangan lupa di follow juga ya akun wp nya.

Take Care Of YourselfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang