Suara alarm yang berbunyi membuat pemilik kamar berwarna abu-abu mengeliat kemudian berteriak seraya merenggangkan otot-ototnya. Bayu memegang kepalanya yang terasa berat. Ternyata dirinya ketiduran hanya memikirkan serpihan-serpihan hitam putih yang terlihat aneh.
Bayu bangkit dari tempat tidurnya dan lalu masuk ke kamar mandi.
Sedangkan di tempat lain, Ulfa dan Anda tengah tertawa di depan rumah gadis itu. Padahal keadaan masih pagi. Kedua remaja itu sibuk menertawakan hal yang lucu di ponsel Anda.
Dengan manis Anda mengusap rambut panjang Ulfa membuat sang empu terdiam. "Udah lama, ya, Ay, kita nggak ketawa kenceng gini. Kangen banget sama suasananya. Lima tahun berasa lima abad, Ay."
Anda terkekeh mendengar penuturan dirinya sendiri. Lima tahun berasa lima abad, lebay sekali dirinya ini.
Ulfa menggengam tangan Anda yang kini beralih memegan pipinya. "Tau nggak?" Anda menggeleng membuat Ulfa merengut kesal. "Ish, ya udah, deh, nggak jadi." Ulfa memalingkan wajahnya.
Anda tertawa melihat tingkah sahabatnya. Masih tertawa, pemuda yang juga telah berseragam itu berjongkok dan memasangkan sepatu sekolah Ulfa di kaki Ulfa. Bak Cinderella yang dipakaikan sepatu kaca oleh pangeran. Ulfa menunduk dan mengulum senyumnya.
"Udah jangan ngambek lagi, yuk aku anterin ke sekolah." Hangat. Itu yang Ulfa rasakan. Genggaman Anda yang tidak pernah berubah. Ulfa hanya mengikut dan dipastikan ia sudah berteriak di dalam hati sana. Oh, meleleh jika Ulfa diibaratkan dengan lilin.
Hanya beberapa menit yang mereka habiskan untuk menuju sekolah. Banyak pasang mata yang melihat Ulfa dan Anda. Lebih tepatnya mereka fokus ke Anda yang amat tampan ini. Banyak juga bisikan yang didengar Ulfa sampai ia memutar bola matanya.
"Aku pergi, ya. Nanti kalo udah pulang sekolah, aku jemput. Oke?" Ulfa mengangguk sebagai jawaban.
"Daahh!" Anda menyempatkan mengacak rambut Ulfa kemudian pergi dari perkarangan sekolah.
Ulfa berjalan di koridor. Sekali-sekali matanya menatap tajam pada mereka yang mengosipinya.
"Bukannya dia deket sama Bayu?"
"Lah iya."
"Kasian Bayu, di PHP-in."
"Duh Bayu. Gantengan Bayu juga."
"Duh kalian, bisa aja itu ojek online kan."
Ulfa mendelik mendengar satu siswa yang menyebut Anda sebagai ojek online. Ulfa menghentikan langkahnya dan memutar balik badannya.
"Enak banget ngatain temen gue tukang ojek. Muka lo, tuh, kayak stang ojek."
Setelah mengatakan itu, Ulfa langsung pergi meninggalkan beberapa murid yang tadi bergosip tentang dirinya. Bisa dikatakan ucapan Ulfa tadi sangat pedas, tapi toh, mereka yang mulai. Jadi nggak pa-pa, pikirnya.
Ulfa yang baru sampai kelas menyipitkan sebelah matanya menatap kedua sahabatnya yang kini ikut menatapnya juga. Ulfa melangkah menghapiri dua cunguk di kursinya.
"Kenapa lo pada?" Ulfa membanting tasnya begitu saja membuat beberapa siswa yang ada di kelas terperanjat kaget. Ulfa hanya menyengir tanpa merasa bersalah.
"Tumben lo nggak sama Bulepotan?" tanya Bila. Lebih tepatnya mengintimidasi Ulfa.
Ulfa memutar matanya malas. "Emang gue pernah sama dia berangkat sekolah?" Keduanya menggeleng.
"Lah, napa lo aneh, kalo hari ini gue nggak sama dia? Emang tiap harinya gitu, kan?" tanya Ulfa balik. Keduanya kembali mengangguk.
Ulfa langsung duduk di bangkunya. Tak berselang lama, Bayu masuk dengan menenteng tas ranselnya. Dengan baju yang tak dimasukkan. Membuat Anggi dan Bila menatap Bayu tanpa kedip.
KAMU SEDANG MEMBACA
23.59 [ lengkap ]
RomanceKita hanya perlu menunggu. Karena pada dasarnya, waktu tak pernah mengkhianati sebuah penantian. [¤] Rasa terpendam untuk teman kecilnya membuat Ulfa menutup hati. Kepribadiannya berubah drastis akibat rindu yang tak terbendung. Namun, kedatangan pe...