"Aduh ... gue pake baju apa, ya?"
Masih dengan piyamanya, Ulfa yang baru habis mandi langsung mengobrak-abrik isi lemari. Mencari baju yang pas untuk jalan malam ini bersama Bayu. Malam minggu pula. Sudah banyak baju yang dikeluarkan, tapi tak ada satu pun yang dirasa cocok.
Garuk-garuk kepala adalah yang dilakukannya sekarang. mengigit jari dan berkacak pinggang, menatap semua baju yang berserakan di atas tempat tidurnya seakan baju-baju itu akan naik ke atas dan langsung menempel di tubuhnya. Yang benar saja. Emang baju punya kaki.
Lelah memilih, jam juga telah menunjukan hampir pukul delapan malam, dengan penuh keyakinan Ulfa mengambil celana jeans hitam dan kaus lengan pendek berwana hijau army
Tak butuh lama, setelah itu, Ulfa sedikit merias wajahnya, membiarkan rambut terurai. Diambilnya tas ransel kecil, dan sepatu skets berwana senada dengan bajunya.
Ulfa melihat jam dinding yang tergantung diatas meja riasnya. "Markilar! Mari kita keluar!" Gadis itu menyebutnya dengan kekehan. Diambilnya ponsel kesayangan sebelum turun ke bawah menunggu Bayu menjemputnya.
"Mau kemane, Neng? Rapi bener. Pacaran, ya?"
Baru saja menapakkan kaki di tangga akhir, ibunya sudah menggoda. Alis yang dimainkan Rere membuat salah tingkah sendiri. Menyengir lebar-lebar kayak kuda di depan Rere.
"Kalo udah kayak kuda gini, Mama yakin, sih, lagi seneng banget. Jalan sama Bayu?" terka Rere lagi yang pastinya sudah benar.
"Dua juta untuk Mama, yey!!" pekik Ulfa seraya meloncat mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V.
"Sini, mana dua jutanya? Mama nggak ada uang belanja, nih." Rere mengulurkan tangannya.
Ulfa membelalak. Mamanya menganggap serius? Jika mamanya membutuhkan uang segitu, bagaimana dirinya ini yang belum punya suami. Sangat-sangat butuh uang segitu.
"Dih. Mama, ih. bercanda juga."
"Lah kan--"
"Assalamualaikum."
Ucapan Rere terhenti ketika ada ucapan salam yang berasal dari depan pintu.
"Dah lah, Bayu udah dateng. Dah, Mama!"
Ulfa langsung menyambar tangan ibunya itu untuk ia cium. Dengan cepat ngacir ke depan agar ibunya tak minta uang dua juta. Astaga ... padahal cuma bercanda.
Ulfa dengan gaya sok anggunnya menghampiri Bayu. Entah mengapa dirinya hari ini ingin sekali anggun, yang ia tau pasti hanya sesaat. Sekali gerakan, Ulfa membuka pintu menampakan pemuda yang menurutnya tampan itu.
Matanya kian membelalak kala melihat pakaian yang digunakan Bayu. Pemuda itu menggunakan baju berwarna senada dengan Ulfa, berlengan panjang yang ditarik sampai siku. Celana yang juga berwarna senada dan sepatu skets berwarna hitam.
"Fiks, gue harus ganti baju." Ulfa yang ingin niat berbalik langsung ditahan.
"Nggak usah. Lama!"
"Tapi--"
"Nggak pa-pa, sih, barengan gini. Toh, juga nggak sengaja. Sekali-sekali jadi best couple di mall." Bayu terkekeh.
Ulfa terdiam sembari berpikir. Benar juga, jarang-jarang ia kompak seperti ini dengan Bayu. Bahkan tidak pernah. Terakhir ketika waktu kecil mereka pergi ke pasar malam menggunakan baju berwarna senada juga. Nggak apa, lah.
"Ya udah, lah. Kuy!"
Bukannya menuju motornya berada, Bayu malah ingin masuk ke dalam rumah.
"Lah, motor lo situ." Ulfa menunjuk motor Bayu dekat dengan mobil milik Rere terparkir.
KAMU SEDANG MEMBACA
23.59 [ lengkap ]
Storie d'amoreKita hanya perlu menunggu. Karena pada dasarnya, waktu tak pernah mengkhianati sebuah penantian. [¤] Rasa terpendam untuk teman kecilnya membuat Ulfa menutup hati. Kepribadiannya berubah drastis akibat rindu yang tak terbendung. Namun, kedatangan pe...