02 - Pelukan Sendu

802 138 22
                                    

Ulfa mengayunkan ayunan tersebut sambil tertawa girang. "Sekarang kita udah pacaran, kan, Nda?"

Anda yang melihat itu terkekeh. Dengan manisnya ia mengulurkan tangannya ke hadapan Ulfa. "Ay, turun. Udah sore, yuk, kita pulang," ucap Anda. Ulfa menerima uluran tangan Anda.

Ketika Ulfa turun dengan sempurna, mereka kini mengaitkan tangan satu sama lain dan berjalan bergandengan. Di perjalanan pulang, sesekali mereka tertawa hanya karena ulah masing-masing. Kini mereka sampai di depan gerbang rumah Ulfa.

"Anda pulang, ya. Besok kita main lagi, oke?" Anda mengangkat jari kelingkingnya ke hadapan Ulfa.

"Oke." Kini jari kelingking mereka terkait seperti membuat janji.

"Dadah pacar!" Ulfa masuk dengan girang, sedangkan Anda langsung menuju rumah yang di depan rumah Ulfa.

Anda yang melihat banyak sekali tas besar ruang tamu terheran. Mau ke mana lagi orang tuanya? Apa ia akan dititipkan lagi bersama bibi di rumah? Ketika kakinya ingin melangkah masuk ke kamar orang tuanya, ia mendapati sang ibu keluar dari kamar seraya membawa koper besar, disusul oleh Ayahnya juga.

"Mamah sama Papah mau ke mana?" tanya Anda layaknya seorang anak kecil yang ingin ditinggal orang tuanya.

Lauren tersenyum dan menyetarakan tingginya dengan anaknya. "Yuk beresin barang-barang kamu. Mamah bantu."

"Mau ke mana? Kok beres-beresin barang?"

"Kita mau pergi jauh naik pesawat."

"Naik cawat?" Lauren mengangguk.

"Terus kita nggak tinggal di sini? Terus Anda harus ninggalin Aya? Terus Anda nggak bisa main sama Aya?" Pertanyaan beruntun itu membuat mata Anda berkaca-kaca.

Lauren mengelus kepala anak satu-satunya ini. "Nanti kita balik. Kamu, kan, bisa video call Aya. Nanti kita pasti ke sini lagi."

"Janji?"

"Iya, janji. Yuk, kita beresin barang kamu," ucap Lauren seraya menggandeng tangan Anda untuk masuk ke dalam kamar bocah kecil itu.

Tak memakan banyak untuk membereskan pakaian Anda. Kini orang tua Anda juga sedang istirahat memikirkan besok akan pergi. Anda yang tak bisa tidur hanya bisa menatap fotonya dengan Aya di nakasnya. Rasanya tak siap jika harus berpisah dengan Ulfa. Tak bisa bermain dengan Ulfa lagi.

Anda turun dari tempat tidurnya dan berlari menuju meja belajar. Mengambil selembar kertas panjang dan pensil warna warni, tangannya mulai lihat menggambar dan mewarnai. Setelah selesai ia menggulung kertas itu dan dimasukkan ke dalam tas burung hantu yang ia punya. Dengan malas ia langsung menuju tempat tidur menyambut mimpinya.

***

Kini Anda sudah berada di depan rumah Ulfa. Memanggili nama Aya sudah capek rasanya. Gadis kecil itu tidak keluar-keluar, melainkan Rere, ibu Ulfa.

"Lho. Ini masih pagi, mau main sama Ulfa?" Anda yang ditanya seperti itu langsung mengangguk.

"Ya udah, masuk aja. Kamu bangunin Ulfa-nya." Anda mengangguk lagi dan langsung masuk ke dalam rumah Ulfa.

Sesampainya di kamar gadis kecil yang sedari tadi ia panggili, ternyata gadis itu masih bergelut dengan mimpinya. Anda berdecak kesal. Ketika matanya menatap seisi ruangan, ia menemukan segelas air putih yang berada di nakas. Dengan tersenyum kecil, Anda mengambil gelas itu, dicelupkan tiga jarinya ke dalam air lalu dicipratkan ke muka Ulfa.

Ulfa yang merasa wajahnya basah mengerjab. "Mamahhh!!! Genteng ocorrr!!" teriak Ulfa. Anda sudah tertawa sedari tadi.

"Eh, bangunnn!" Ulfa mendengar suara itu langsung terduduk dan mengucek kedua matanya.

"Ihh, Anda! Ngapain basahin kasul aku!" dumel Ulfa dengan wajah yang ditekuk.

"Abis, dipanggilin kamu ndak bangun."

"Mau ke mana?"

"Udah, ayo!" Belum sempat Ulfa menolak, tangannya sudah ditarik begitu saja keluar dari rumah. Mereka berjalan beriringan dengan Anda yang terus menggenggam tangan Ulfa, sedangkan gadis itu mendumel tidak jelas.

"Dah sampe!"

Ulfa melihat sekeliling. Ternyata Anda membawanya ke rumah pohon.

"Aya belom mandi, tau! Udah diajak ke sini aja!"

"Gapapa. Udah, naik. Anda mau tunjukin sesuatu." Ulfa tak protes, ia langsung naik disusul dengan Anda.

Mereka kini sudah duduk manis di atas rumah pohon dengan kaki yang menjuntai ke bawah. Anda membuka tas burung hantunya dan memberikan kertas yang sudah ia gambar-gambar.

"Nih, simpen!" Ulfa yang ingin membuka langsung ditahan sama Anda.

"Aya, kalo misalnya Anda pindah sekolah, gimana?" tanya Anda yang tengah menatap bola mata Ulfa lekat-lekat.

"Hah, Anda mau pindah? Ihh, jangan, dong. Kalo Anda pindah, nanti Aya sama siapa?" Ulfa menggeletakkan kertas tadi dan langsung menggenggam tangan Anda, seolah ia tidak mengizinkan Anda pergi. Dan seperti itu juga kenyataannya.

"Maunya gitu. Tapi mamah nyuruh Anda pindah naik cawat yang jauhhh banget."

Mata Ulfa sudah berkaca-kaca. Apakah sahabatnya ini akan meninggalkanya?

"Kalo Anda pergi, Aya nanti main sama siapa? Nanti Aya makan bareng sama siapa? Terus nanti Aya liat bintang sama siapa? Anda jangan pergi!" Air matanya kini sudah turun, dengan tangan yang terus memegang erat tangan Anda dan sangat erat.

Anda menghapus air mata Ulfa dengan tangan mungilnya. "Aya, jangan sedih, ya. Anda janji bakal balik, kok. Tenang aja."

"Bener?"

"Bener, Aya-nya Anda," jawab Anda seraya memeluk Ulfa dari samping.

"Iya, jangan lama-lama. Nanti Aya rindu."

"Kalo Aya rindu, liat aja bintang. Dia yang bakal menyampaikan rindu Aya ke Anda."

Ulfa mengangguk.

"Kalo nanti Anda udah balik, Anda nggak sabar mau jadiin Aya pacar. Kalo aja sekarang bisa, pasti Anda bakal lakuin. Masalahnya mama selalu nggak bolehin."

"Aya bakal nunggu, kok."

"Ya udah. Anda pergi ya. Udah di tungguin mamah. Dadah, Aya!"

Ulfa hanya diam. Membiarkan Anda turun ke bawah. Ulfa menggeleng, mengambil kertas tadi dan langsung menyusul Anda yang masih belum jauh.

"Anda!!" teriak Ulfa berhenti di belakang Anda. Anda langsung memberhentikan langkahnya. Merentangkan kedua tanganya. Ulfa cepat berlari dan masuk ke dalam pelukan Anda.

"Aya nggak boleh sedih, oke?" Anda melepas pelukkannya.

"Janji bakal balik?" Anda mengangguk.

"Aya selalu sayang sama Anda!" pekik Ulfa.

"Anda juga akan selalu sayang Aya!" pekik Anda juga. Setelah itu Anda berlalu meninggalkan Ulfa yang sedikit menekuk wajahnya.

Ulfa teringat kertas yang dikasih Anda. Dibukanya dan ditatapnya gambar dua anak kecil saling merangkul. Dengan kalimat di atasnya 'Tunggu Anda, ya, Aya!'

Ulfa tersenyum dan matanya menangkap gelang berwarna hitam yang tertempel di kertas, lebih tepatnya ditempel. Ulfa mencabut gelang itu pelan-pelan.

Dengan memakai gelang itu, Ulfa tersenyum. "Aya selalu nunggu Anda."

***

[06/05/20]

To be continued.

Hola!

Gimana, gimana? Anak kecil, lho ini. Dan aku terharu berat T^T

What do you think?

Leave your love for us ☆

See yaaa! 🖤

With my boo mari-ngopi <3

23.59 [ lengkap ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang