Semua yang berpakaian serba hitam kini mengelilingi dua makam yang berdekatan. Bayu yang terus di samping Ulfa selalu menggengam tangan gadis itu tanpa niat melepaskan. Menyalurkan sebuah kekuatan. Satu persatu yang melayat kini berpulangan. Tersisa Ulfa, Bayu, Bila dan Anggi.
Perlahan Ulfa mendekat ke dua batu nisan yang berdekatan. Melepaskan gengaman tangan Bayu dan langsung berjongkok menatap nanar batu nisan yang bertulis, Gerka Adipta.
"Kalian pulang duluan aja, Ulfa biar sama gue nanti," ucap Bayu kepada Anggi dan Bila.
Mereka berdua mengangguk lantas keluar dari area pemakaman. Kini tinggal Ulfa dan Bayu yang di pemakaman
Bayu ikut menekuk lututnya, berjongkok di samping Ulfa. Isakan perlahan masuk ke gendang telinga Bayu. Gadisnya menangis. Perlahan direngkuhnya gadis itu. "Ikhlasin, Fa."
Ulfa menggeleng pelan. "Ini salah gue, Bay."
Bayu merasakan bajunya basah. Ulfa semakin terisak di dadanya. "Pulang ya, hmm?"
Ulfa menggeleng.
"Hey ... apa yang lo tunggu di sini? Tunggu Gerka hidup lagi? Nggak bakal, Fa!" Ulfa tersentak. "Dia udah meninggal, Fa. Dan itu bukan salah lo!" sentak Bayu yang tak habis pikir dengan Ulfa yang selalu menyalahkan dirinya atas kematian Gerka.
"Kalo Gerka mati karena lo? Terus Thalita meninggal karena gue? Nggak gitu, Fa. Semua udah digarisin sama Tuhan. Kita tinggal nunggu," tutur Bayu berusaha menjelaskan agar Ulfa mengerti apa yang dialami.
"Pulang?" tanya Bayu lagi.
Akhirnya anggukan lemah Ulfa menjawab pertanyaan Bayu. Bayu menarik napasnya dalam. Rasanya ingin sekali memarahi gadis ini agar tak terus murung. Tapi apalah dayanya yang tak tega ketika Ulfa sudah menangis.
Bayu bangkit, diraihnya tangan Ulfa. Uluran tangannya diganti dengan rangkulan ketika Ulfa sudah berdiri sejajar dengan dirinya. Menuntun Ulfa keluar dari pemakaman.
"Makan dulu, ya?" tawar Bayu.
Lagi, Ulfa menggeleng. Bayu tak menjawab lagi. Ia langsung naik ke atas motornya, diikuti Ulfa yang sudah duduk manis di belakang Bayu.
Pemuda itu menjalankan motornya keluar dari area pemakaman. Sesekali Bayu melihat Ulfa yang hanya diam dengan tatapan kosong dari kaca spion yang mengarah ke gadis itu.
Di balik helm fullface-nya, Bayu menghela napas panjang. Bukannya langsung pulang, Bayu membelokkan motornya ke arah rumah makan dekat rumah Ulfa. Motor Bayu berhenti, membuat Ulfa memasang mimik wajah bertanya.
"Kenapa nggak pulang?" tanya Ulfa parau.
"Makan dulu. Gue nggak mau lo sakit."
Jika urusan seperti ini, Bayu seakan berubah menjadi monster yang sangat menyeramkan. Seperti ibu yang tak membiarkan anaknya tidak makan.
"Tapi--"
"Terserah abis ini lo mau mikirin 24 jam kejadian kemarin atau apa terserah, Fa. Yang penting makan dulu!"
Pasrah, itulah yang dilakukan Ulfa. Rasanya mulut malas untuk berucap lagi. Bayu menggandeng Ulfa untuk masuk ke dalam rumah makan. Memersilakan Ulfa duduk duluan, sedangkan dirinya memesan makanan.
Setelah selesai memesan, Bayu ikut duduk di samping Ulfa menunggu pesanan mereka datang. Diambilnya sebelah tangan Ulfa untuk terus digenggam. Diusapnya terus menerus punggung tangan Ulfa. Ulfa tak menolak, melainkan menyenderkan kepalanya di bahu Bayu.
"Udah, ya, jangan pikirin lagi. Gue tau Gerka baik. Gerka juga cin ... ta sama lo. Tapi semua udah berlalu, Fa. Biarin dia tenang. Jangan disesalin gini, apalagi sampai ngerasa bahwa lo dalang dari semuanya. Oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
23.59 [ lengkap ]
RomanceKita hanya perlu menunggu. Karena pada dasarnya, waktu tak pernah mengkhianati sebuah penantian. [¤] Rasa terpendam untuk teman kecilnya membuat Ulfa menutup hati. Kepribadiannya berubah drastis akibat rindu yang tak terbendung. Namun, kedatangan pe...