(Ref Song : Spring Love by J_ust feat Ahin Momoland)
.
.
“Hoseok.”Lelaki itu menoleh saat namanya dipanggil. “Ya?” Rambutnya yang berwarna merah, terlihat berkilauan di bawah sinar matahari. Senyuman di bibir tipisnya, menambah kesan hangatnya.
“Kau bisa pulang,” Lelaki dengan papan nama bertuliskan ‘Kim Seokjin’ itu berkata seraya memasang apron berwarna cokelat ke tubuhnya. “Manajer Kim yang memintamu.” Ia tersenyum ramah, menepuk pundak Hoseok pelan. “Hanya lima belas menit lagi menuju waktu off-mu. Jangan khawatir, Manajer Kim tidak akan memotong gajimu.” Kekehnya.
Hoseok tersenyum malu. “Oke, Jin. Terima kasih banyak.” Ia tersenyum, lalu meninggalkan counter tempatnya berdiri untuk melayani pesanan.
Hoseok menghela napasnya. Musim dingin sudah berlalu, itu artinya musim semi sudah bersiap untuk menyapa dunianya. Ia menghela napasnya sebelum membuka pintu kaca di hadapannya.
“Hoseok?” Ia kembali menoleh pada Seokjin yang sudah siap berdiri di belakang counter. “Hati-hati di jalan.”
Hoseok tersenyum karenanya, ia mengangguk pelan. Memejamkan matanya lalu mengeratkan pegangannya pada pintu kaca di hadapannya.
Menarik napasnya dalam ketika udara musim semi menyapa indranya. Bekerja di sebuah kafe yang melayani pelanggan selama 24 jam, bukanlah hal yang mudah. Menjalani tiga sif bergilir untuk setiap minggunya, Hoseok seringkali merasa lelah.
Kepalanya tertunduk dalam. Menyembunyikan wajahnya, merasa enggan melihat bunga-bunga yang mulai bermekaran.
Hoseok menyukai musim semi. Sangat. Tapi, ia tidak pernah menyukai jalanan di siang hari pada musim semi.
Kenapa ada banyak pasangan yang menghabiskan waktu bersama siang ini? Kenapa cuaca siang ini begitu indah? Pertanyaan itu terus berputar di dalam kepalanya, setiap kali ia harus keluar rumah di musim semi.
Seolah cuaca itu tengah menggelitik dirinya. Menggoda Hoseok, karena dirinya masih tetap sendiri di saat orang lain tertawa dan bercumbu bersama pasangan mereka.
Bukankah ini tidak adil?
Bruk!
“Oh, astaga. Maafkan aku—” Mata itu membola lebar, terkejut saat dirinya tak sengaja menabrak tubuh seseorang. “Oh? Yoongi?” Ia terkekeh geli saat melihat lelaki di hadapannya terbaring dengan es krim yang melumuri hidungnya.
Lelaki berkulit putih pucat itu menggeram kesal. Mengangkat tangannya ke udara, mencengkeram pundak Hoseok kemudian. “Kau berat, Bodoh,” umpatnya kesal, saat Hoseok tidak berhenti menduduki lututnya, menumpu kedua tangannya di atas perut kurus Yoongi.
“Oh, astaga! Maafkan aku. Ya ampun, aku benar-benar minta maaf.” Ia bangkit dengan terburu. Mengulurkan tangannya, agar Yoongi meraihnya.
Namun, bukannya berterima kasih, lelaki berkulit putih pucat itu justru berdecak dan menatap lelaki bersurai merah itu penuh kebencian. “Kau. Merusak. Musim. Semi. Ku,” gumamnya, menekan setiap kata yang ia ucapkan.
Membuat Hoseok terkekeh gemas. Ia mengusap lelehan es krim di pucuk hidung Yoongi, lalu mencecap sisanya dari ibu jarinya. “Uhm, rasa vanila?” Lalu, matanya beralih untuk menatap Yoongi. Mematai lelaki itu dari atas hingga bawah. “Kau mau berangkat kerja?”
“Ya. Aku harus pergi ke studio.”
Hoseok mengangguk paham. “Oke. Sampai bertemu di rumah nanti!” gumamnya, tak ingin menahan Yoongi lebih lama lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
El Canto
FanfictionTiga ratus enam puluh lima hari dalam satu tahun, dan empat musim yang menyertai kisah di dalamnya. Sekelumit grafik perasaan yang berubah-ubah, bahkan dalam setiap detiknya. Membawa sensasi degupan jantung yang mendebarkan. Namaku Hoseok. Aku ada...