(Ref. Song : Sunrise by Gfriend)
.
.“The sky is bright blue.
My heart is bright red.
But it doesn’t look that way.
No, no…”
.
.Apakah manusia memiliki kehidupan selanjutnya?
Apakah manusia memiliki batasan antara hidup dan mati?
Atau apakah manusia berhak menentukan apa yang menjadi mimpi dan kenyataan mereka?
Jika iya, mungkin Hoseok yang sekarang bukanlah Hoseok yang dulu. Bertahun lalu Hoseok pernah datang kesini. Saat semuanya masih baik-baik saja, saat semua yang ada disini bukanlah reruntuhan beton, saat statusnya masih mahasiswa kedokteran, dan saat hidupnya masih memiliki arah.
“Hoseok hyung?”
Hoseok menoleh saat merasa seseorang memanggilnya.
“Hyung kamar pemeriksaan sudah disiapkan. Apa hyung perlu bantuan?” Rupanya itu Soobin. Choi Soobin tepatnya. Calon dokter muda yang selalu bersemangat.
Hoseok menggeleng. “ Tidak perlu, aku bisa memindahkan peralatan dari mobil sendirian Soobin-ah. Lebih baik kau membantu yang lainya.”
Hoseok kembali berkeliling di gedung yang hampir rata dengan tanah akibat gempa itu. Langkah Hoseok terhenti tepat di depan kelas yang sama saat dia membiarkan seseorang tidur dipangkuannya.
Hoseok menyadari banyak hal yang berubah dari tempat itu, tidak ada lagi meja dan kursi yang pernah dia tata, sekarang yang tersisa hanyalah ruangan kelas kosong penuh barang dan peralatan medis.
“Sepertinya malam ini akan turun hujan deras Hoseok-ah, dan kita kekurangan tempat untuk dijadikan ruangan observe— Ehmm—aku rasa kelas ini bisa dijadikan ruangan observe apakah tidak apa-apa Seok-ah?” Kali ini Seokjin yang datang menghampiri Hoseok. Mereka telah menjadi teman cukup lama, Seokjin 2 tahun lebih tua dari Hoseok dan dia sudah menganggapnya sebagai hyung-nya sendiri. Dulu mereka pernah sama-sama datang kesini sekitar 6 tahun yang lalu dalam acara bakti sosial kampus mereka. Tentu saja Seokjin tahu apa yang pernah terjadi disini.
“Hyung, bukankah kita harus mengutamakan keselamatan korban? Dan lagi tempat ini sudah menjadi kenangan untuku.” Hoseok hanya bisa tersenyum jika dia mengingat kembali apa yang pernah terjadi di dalam kelas ini. Namun, dia juga tidak bisa egois. Sekarang dia adalah seorang dokter dan pasiennya lebih penting daripada masa lalunya.
“Kita berteman sudah sangat lama Seok-ah, dan aku sangat tau dirimu. Ketua tim relawan akan segera datang dan membantu kita disini. Apakah kau sanggup menghadapinya, Seok?”
.
“I have a feeling.
It’s complicated because of you.
I’m right, I’m right, right?
All the light in the world has spilled out.
I wanna know what’s going on.”.
“Tentu saja! bukankah itu bagus? Tenaga mereka sangat berguna untuk kita.”
Bohong jika Hoseok akan baik-baik saja. Bukannya dia tidak tau siapa yang akan dia temui di sini, namun sumpahnya sebelum menjadi dokter membuatnya tidak bisa menghindari masa lalunya. Lagi pula cepat atau lambat mereka pasti akan bertemu.
“Tidak selamanya kau mampu membohongi perasaanmu, Seok-ah.” SeokJin menepuk dan meremas pelan bahu Hoseok, membuat sang pemilik bahu menoleh kearahnya dan memberikan tatapan yang tidak bisa diartikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
El Canto
FanfictionTiga ratus enam puluh lima hari dalam satu tahun, dan empat musim yang menyertai kisah di dalamnya. Sekelumit grafik perasaan yang berubah-ubah, bahkan dalam setiap detiknya. Membawa sensasi degupan jantung yang mendebarkan. Namaku Hoseok. Aku ada...