Wangji melangkahkan kakinya memasuki sebuah klinik psikiater yang terletak agak jauh dari pusat kota.
Ini adalah kesekian kalinya ia mengunjungi klinik tersebut.
Bahkan Wangji menjadi akrab dengan si psikiater, namanya Liu Haikuan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Wangji, pagi banget kamu kesini."
Wangji tersenyum, mengampiri Haikuan yang tengah berdiri di depan kolam.
"Iya kak. Ada yang mau aku ceritain sih."
"Yaudah, yuk masuk."
Haikuan menepuk bahu Wangji, kemudian mengajaknya masuk ke ruangan konsultasi.
Wangji mengikutinya, kemudian duduk di sebuah kursi yang memanjang ke belakang dan menyenderkan badannya disana.
"Gimana Wangji? Ada perkembangan?" tanya Haikuan sembari mengambil buku catatannya.
Wangji menggeleng.
"Nggak ada. Sepertinya aku memang tidak normal."
"Jangan gitu Wangji. Kamu nggak boleh menyerah gitu aja." kata Haikuan menasehati.
"Kak, mana ada orang yang nggak pernah mimpi pas lagi tidur. Iya sekali dua kali pasti saja ada yang pernah. Tapi aku, dari dulu sampai sekarang nggak pernah ngalamin yang namanya mimpi."
"Wangji.."
"Kadang aku berfikir terlalu lebay sampai bawa masalah ini ke psikiater. Tapi aku juga pengen tau, aku kayak gini karena apa?" lirih Wangji dengan suara setengah putus asa.
Wangji memang sering merasakan ada yang salah dengan dirinya. Wangji tidak pernah mengalami mimpi saat tidur selama hidupnya.
Awalnya, Wangji mengira mungkin karena ia terlalu lelah. Namun lama-lama Wangji merasa semakin aneh dan memutuskan untuk berkonsultasi.
Setelah berkali-kali, Wangji juga tidak mendapat perubahan. Hingga saat ini, dirinya merasa sedikit putus asa.
"Wangji, semua masalah ada jalan keluar. Karena ini sudah kesekian kalinya dan masih tidak ada perubahan. Aku akan coba metode yang baru."
Wangji hanya mendengarkannya.
"Semoga bisa membantu, Wangji."
Kemudian Haikuan menepuk bahu Wangji secara tiba-tiba dan membuatnya seketika tertidur hingga memasuki pikiran alam bawah sadarnya.
