Aku lagi kurang sehat, jadi mungkin akan slow apdate ya. Nggak bisa juga bales dm kalian satu2 di ig. 🙏"Selamat pagi, Kanjeng Mami Anitasariiii ...!" Asira menyunggingkan senyum sejuta watt-nya. Senyum yang langsung mentah saat ibunya yang tengah menyusun piring di meja makan, kini berbalik dan berkacak pinggang, galak.
"Jam berapa kamu tidur semalam?"
Duh! Asira mempertahankan senyumnya, menolak terlihat bersalah. "Pagi kok. Suer." Ia berjalan ke arah ibunya lalu memeluk wanita paruh baya itu dengan erat. "Aduh ... padahal ya, Sira cuma nggak liat Ibu beberapa jam, tapi kok kayak udah seabad? Sekangen itu Sira sama Ibu."
Asira mendapatkan cubitan di pipi atas rayuan tidak bermutunya itu. "Apa kamu kira Ibu bakal terpengaruh? Kamu begadang lagi kan?"
"Dikit," akunya tanpa rasa bersalah.
"Sedikit bagaimana? Pas Ibu bangun tahajjud, kamu masih terdengar ngomel-ngomel dari kamar."
Asira ingin menepuk jidatnya. Ia memang baperan. Adegan di film bisa membuatnya mencak-mencak seperti orang kesurupan. Asira mendongak, memasang tampang polos yang biasanya selalu berhasil meluluhkan siapapun. "Sira tuh sebenarnya mau cepat tidur, Bu."
Ibunya menurunkan kelopak mata, membuat Asira jengkel setengah mati. Ibunya memang tidak pernah bisa ditipu dengan tampang sengenes apapun yang ia pasang. "Pokoknya itu gara-gara si Tae Oh!" serunya mencari kambing hitam yang sebenarnya sangat tidak masuk akal.
"Astagfirullah ...! Kamu masih nonton drama itu juga?"
"Itu lagi booming, Bu!"
"Mau booming atau nggak, Ibu tetap saja tidak suka!"
"Sama."
"Tidak sama!"
"Lah, bedanya apa coba? Sira tuh nggak suka sama si Tae Oh, jadi laki kok kardus banget ya, Bu. Dasar penjahat kelami-" Asira menutup mulutnya, hampir keceplosan. Andai saja tidak melihat tatapan seram sang ibu, sudah pasti sekarang ia menyebutkan kata-kata vulgar yang akan membuat Kanjeng Mami Anitasari kejang-kejang.
"Ibu tidak suka kamu menontonnya, Sira! Astagfirullah! Kamu sadar nggak, kamu tambah aneh setelah nonton drama itu!"
Asira bersiap untuk misuh-misuh, tapi ekspresi ibunya yang sedih mendadak membuatnya tidak enak. Ia menoel-noel pipi ibunya, membuat wanita paruh baya itu mengela napas. "Duh, wajah cantik beeseri-serinya jangan musnah dong, Kanjeng Mami."
"Kamu anak Ibu satu-satunya."
Kalimat pembuka dan mendadak Asira terserang mulas. "Ibu ...!"
"Dengar dulu, drama itu untuk orang dewasa yang-"
"Lah, Sira udah dewasa."
Ibunya yang jengkel mencubit bibir sang putri yang suka menyela. "Kamu umurnya aja yang dewasa, kelakuan kayak anak baru gede."
"Anda sungguh kejam, Kanjeng Mami! Sira terluka nih, terluka parah!"
"Pokoknya dengar." Kanjeng Mami Anitasari mengabaikan aksi mendramatisirnputrinya. "Drama itu adalah untuk orang yang bisa berpikiran terbuka, mampu mengambil pelajaran dari kisah rumit yang menyakitkan. Sedangkan kamu, terlalu subjektif."
"Subjektif dari mana? Eh, tapi iya juga. Eh, tapi bukannya setiap penonton itu cenderung subjektif ya?"
"Benar, andai saja kamu nggak menyangkut pautkan dengan masa lalu kamu."
Jleb.
Asira terang-terangan meringis.
"Drama itu hanya membuat rasa skeptis kamu sama pernikahan makin besar. Ketidakpercayaan kamu tambah dalam." Ibu Anitasari kini membelai pipi putrinya dengan sayang. "Itu sama saja kamu menambah amunisi untuk memperparah rasa trauma kamu, Nak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Merah Muda
ChickLitDALAM PROSES PENERBITA (SEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS) Kata ibunya, saat jatuh cinta, bahkan langitpun bisa berubah menjadi merah muda. Namun, tentu saja itu tetap menjadi bualan bagi Asira. Karena saat ia menyadari telah jatuh cinta pada Elhasiq--ker...