Asira menatap bayangannya di kaca kamar mandi dan mendesah. Ia masih mengingat setiap ucapan Risty kemarin dan itu menyebalkan. Memangnya kenapa kalau Elhasiq menikah terpaksa? Lalu apa masalahnya jika itu menjadi rahasia keluarga mereka?
Ia mengerang, ingin membenturkan kepala di kaca, tapi takut terluka. Tentu saja itu masalah, yang berarti sesuatu terjadi di sini. Alasan pernikahan dirahasiakan dan perceraian yang begitu cepat bisa menjadi pertanda bahwa .... Asira menelan ludah, dadanya berdebar hebat, menyakitkan.
Dengan kaku Asida menyisir rambutnya menggunakan jari. Ia ketakutan dengan pemikirannya sendiri. Pernikahan dan perceraian yang singkat. Kehamilan di sana. Kepergian bayi sebelum dilahirkan dan mengandaskan hubungan. Sial ... sial ... sial ... stop! Asira menegur diri dengan keras, meski kepedihan dan penyangkalan bercokol erat di hatinya.
"Jangan bilang Kak Elhas sama Faatin bobok duluan," bisik Asira parau. Ia hampir menertawakan diri saat imajinasinya yang liar membayangkan hal itu. "Sira mual ya Allah." Asira menutup mata, berusaha mengurangai rasa mual yang menyerang.
Jika sampai itu alasan pernikahan Elhasiq, Asira merasakan kesakitan berkali lipat. Lelaki itu menyentuh Faatin saat mereka masih berstatus pacaran dan menghasilkan bayi. Betapa kotor, betapa itu adalah konflik klasik, betapa ... menjijikan.
Asira mendengkus lalu menatap pantulan dirinya dengan datar. Betapa memuakkan perasaan ini. Sungguh munafik dan berpikir diri paling suci. Asira tidak ingin berpikiran kerdil. Meski mungkin Elhasiq benar-benar melakukan hal itu dengan Faatin, Asira merasa tidak memiliki kapasitas untuk menghakimi dan membiarkan ego membuatnya merasa lebih bermartabat.
Tidak, tidak. Setiap orang pernah punya kesalahan. Termasuk Elhasiq yang memiliki masa lalu. Asira tidak akan membiarkan perasaan kecewa sebagai mantan kekasih membuatnya memandang Elhasiq sebagai pendosa menjijikan. "Yaelah ... kayak situ udah dapat kaplingan surga aja." Asira mengherdik pantulan dirinya. Wajah keras dan angkuh dicermin itu mulai melunak. "Nah ... bagus, bagus. Nggak ada orang yang mau buat dosa, tapi kadang mereka nggak punya pilihan. Situasi sama kondisi sering nggak sesuai ekspektasi, dan malah bikin setan menang. Jadi, Sira yang lemah lembut lagi bijaksana, jijik pada sesama makhluk gara-gara masa lalunya itu nggak ... keren. Baper ya baper aja! Kagak usah sok-sokan paling beriman! Situ kecewa gegara bayangin si duda kamvret ciu-"
Asira menggeleng-geleng. Merasa heran karena ucapan nyerocos dan hobinya menyakiti diri sendiri. "Bodo amat! Kenapa malah tambah dibayangin!" Ia kemudian mengibaskan rambut, menegakkan bahu dan menarik kedua sudut bibirnya dengan jari. "Senyumnya kudu lebar dong, biar syantiknya maksimal. Mari kita enyahkan pikiran muram yang terbentuk karena mantan. Semangat, Sira!"
Ia mengangguk dengan tegas, sebelum kemudian keluar dari kamar mandi. Ia memang menumpang mandi di kamar mandi pribadi orang tuanya, karena sabun cair Asira habis dan belum sempat membeli. Ia tidak suka ganti-ganti produk perawatan kulit, jadi hanya sabun mandi ibunyalah yang bisa ditoleransi kulitnya yang sok sensitif dan pemilih.
Asira menatap kamar orang tuanya yang begitu besar dan rapi, berbeda dengan kamarnya yang sedikit lebih kecil dan agak berantakan. Pantas Kanjeng Mami Anitasari urut dada. Asira nyengir sendiri. Ia memang bukan gadis yang rapi dan hidup teratur. Asira malah meyakini bahwa dirinya salah satu makhluk paling malas bersih-bersih di muka bumi. Semacam penghuni bumi yang akan bangun terlambat dan libur mandi di hari minggu. Baiklah, Asira tidak separah itu. Ia memang malas membersihkan kamar, tapi sangat teratur mdalam merawat kebersihan tubuh.
Asira berjalan menuju meja rias ibunya, dan mengerang saat menyadari bahwa tidak ada hair drayer di sana. "Aduh, malas banget deh." Asira menatap pakaiannya di atas tempat tidur, lalu memutuskan untuk tidak mengenakannya terlebih dahulu. "Nggak ada siapa-siapa juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Merah Muda
ChickLitDALAM PROSES PENERBITA (SEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS) Kata ibunya, saat jatuh cinta, bahkan langitpun bisa berubah menjadi merah muda. Namun, tentu saja itu tetap menjadi bualan bagi Asira. Karena saat ia menyadari telah jatuh cinta pada Elhasiq--ker...