10

22.4K 4.5K 820
                                    


Untuk membuka part 11 depan, kalian harus memenuhi target 3 K Vote dan 800 komen.
Kalo nggak terpenuhi, santuy, aja. Aku paling update senin depan. 😉

Ini komen menarik hatiku kemarin

Ini komen menarik hatiku kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


SURRENDER

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SURRENDER

Angkara meringis, menahan panas dan perih dari luka menganga yang kini mengeluarkan darah. Cairan kental beraorama anyir itu telah berhasil membasahi bagian depan kaus yang dikenakan.

Dia mendongak, menatap langit muram yang kini memuntahkan hujan. Membiarkan titik-titik itu menerpa wajahnya seperti pisau, meninggalkan perih. Angkara berjalan terseok, malam ini adalah kegagalan. Mereka mati, tapi dia belum menemukan dalangnya. Brengsek! Dia pemburu yang baru saja diperolok menjadi mangsa. Panas dalam tubuhnya terpacu darah menggelegak. Tidak ada satu orangpun yang boleh menjadikannya mangsa. Kematian adalah hal setimpal untuk penghinaan yang dia terima.

Langkah Angkara terhenti dan matanya  menyipit, memperhatikan warna kuning muram yang berpendar menembus tirai hujan. Sebuah lampu. Sebuah rumah. Sebuah tanda kehidupan setelah melewati berkilo-kilo jalanan sepi dipenuhi kehelapam dan rimbunnya hutan.

Kakinya yang berat, tubuhnya gemetar dan merasa sebentar lagi akan kehabisan darah. Namun. Angkara menolak tumbang. Sekarang tujuannya telah berubah, menuntut pembalasan seratus kali lebih mengerikan atas pengkhianatan yang dialami. Dia menyeret kakinya menuju rumah, menaiki tangga kayu yang berderit karena beban tubuhnya.

Tetesan darah bercampur air meninggalkan  jejak di atas lantai. Angkara tidak peduli, kekuatan terakhirnya hanya mampu untuk mengetuk pintu. Dia akan hidup, dan siapapun yang berada di balik pintu itu harus menolongnya.

Angkara mengulang ketukan, kali ini lebih keras. Luka sayatan itu tertarik karena gerakannya, menimbulkan perih yang makin hebat. Sialan! Angkara sudah siap mengelurkan semua kekutan yang tersisa untuk mendobrak, tapi kemudian pintu itu terayun terbuka, dan untuk sedetik, Angkara merasa semua lukanya hilang.

Langit Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang