Happy Reading♔^^
LANGKAH kaki Eric yang menghentak memasuki rumah menarik perhatian Wendy yang kala itu tengah membersihkan ruang tamu. Eric membuka dan menutup pintu dengan kasar. Tanpa aba-aba langsung menghempaskan diri ke sofa setelah membuang asal tasnya.
Melihat tingkah Eric seperti itu membuat Wendy mengernyit heran. Wanita itu mematikan mesin penyedot debu yang dia bawa, lalu menatap Eric.
"Kamu kenapa? Kayaknya lagi kesel banget," tanya Wendy.
Eric mendengus. "Jeno udah pulang, Bun?" tanyanya tanpa menjawab pertanyaan Wendy.
"Belum tuh. Kamu nggak pulang bareng dia?"
"Nggak," ketus Eric.
Lagi-lagi Wendy mengernyit. "Ada apa? Kalian berantem?"
"Bukan berantem. Tapi dia ngajak berantem."
"Ngajak berantem gimana?" tanya Wendy tak paham maksud ucapan Eric.
"Nanti aja ceritanya ya, Bun. Aku mau mandi dulu. Badan aku lengket, nggak enak," kata Eric.
Setelah itu dia beranjak dari duduknya. Mengambil tas yang dia lempar tadi dan pergi dari sana menuju kamarnya yang ada di lantai atas.
Ditempatnya Wendy berdiri dengan tatapan bingung memperhatikan punggung Eric yang menjauh. Menerka-nerka ada masalah apa lagi antara Jeno dan Eric. Mereka slalu saja bertengkar. Padahal tiga hari yang lalu mereka baru bertengkar hanya karena masalah yang sangat sepele.
Hanya karena tanpa sengaja Jeno merusakkan vidio game Eric, mereka bertengkar. Hanya karena Eric mengotori tempat tidur Jeno, mereka bertengkar. Bahkan hanya karena parfum habis, mereka saling tuduh dan bertengkar.
Kadang Wendy merasa sangat jengah menghadapi putra kembarnya itu. Membela yang benar, dibilang tidak adil. Memarahi keduanya dibilang tidak sayang. Diam saja juga dibilang tidak peduli. Dia benar-benar tidak memahami sikap kedua putranya itu.
Baru saja Wendy menghela napasㅡmenyabarkan diri, lagi-lagi dia dibuat terkejut dengan pintu yang terbuka begitu saja.
Jeno muncul dengan penampilan yang sudah berantakan. Baju seragamnya keluar celana. Dasinya melonggar. Dan rambut acak-acakan serta wajah yang bisa dibilang kacau.
"Astaga, Jeno! Kamu bikin Bunda kaget aja," seru Wendy terkejut. "Nggak kamu nggak Eric, kenapa pulang sekolah nggak ngucap salam dulu sih?" sungutnya.
Dengan wajah datar, Jeno menjawab,"maaf, Bun. Kalo gitu aku ke kamar dulu."
"Eh, tunggu!" tahan Wendy ketika Jeno hendak melangkah pergi. Lantas Jeno mengurungkan niat. Dia tetap berdiri disana menunggu sang Bunda kembali mengatakan sesuatu.
"Kamu berantem sama Eric?" Wendy bertanya dengan sedikit memelankan suara. Takut kalau Eric mendengar mereka.
Ada jeda beberapa detik ketika Jeno menjawab pertanyaan Wendy. Namun cowok itu hanya menjawab dengan gelengan kepala.
Wendy mengernyit. "Tapi kok tadi Eric marah-marah? Serius kalian nggak berantem?" tanyanya nampak sedikit ragu.
"Enggak kok, Bun. Bunda tenang aja," jawab Jeno berusaha meyakinkan. "Kalo gitu aku ke atas dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Inseparable[✔️]
Fiksi PenggemarCerita si kembar yang sifatnya bertolak belakang. Jeno yang sedikit tenang dan Eric yang punya banyak tingkah. (Completed) [Series siblings] from The Family Copyright ©2020 i n d a s h a a