penuh kejutan

141 34 147
                                    

Selamat pagi, semesta🌾
Selamat pagi, readers tercinta💕

-Happy Reading📍-

Arjuna kembali berkumpul dengan anak Osis setelah bicara dengan Melani. Ia tidak memarahinya, hanya menasihati. Kesabaranya sangat diuji jika dihadapkan dengan sifat Melani yang cildish.

"Jun, kenapa sih gak lo putusin aja si pipiot tadi?" Tanya Lucia tiba tiba.

Tadi, memang Lucia yang memberi tahu Arjuna jika Melani sedang merusuh di dekat kamar mandi. Awalnya ia ingin buang air kecil, namun batal karena kehebohan yang dibuat Melani, tapi tak seorang pun menolong Reysya.

Orang-orang disekitar yang melihat kejadian itu hanya diam, yaa karena mereka tahu bakat Reysya dalam adu tonjok sangat mahir. Jadi, jika hanya menghabisi Melani, pun cukup dengan satu hempasan bukan?

Arjuna tersenyum singkat,
"Habis itu pacaran sama lo?" Ucapnya sambil menaikkan satu alis.

Lucia membulatkan matanya sempurna. Bukan itu yang ia maksud, tapi kalau Arjuna mengajak ya masak dibuang sia-sia? Hihi.

"Ya kalo lo ngajak, masak gue nolak?"

Kini Arjuna menaruh kedua tanganya di bahu Lucia,
" ingat Luc, sesama Osis gak boleh ada perasaan,"
Ujarnya lalu tersenyum.

"Iya-iya, Jun." Ucapnya seraya melepas tangan Arjuna dari pundaknya.

Tapi, sebelum Lucia berhasil melepaskanya, Juna kembali buka sura,

"Tadi pipiot, kata lo?" Tanya Juna memastikan.

Lucia menjawabnya dengan gumaman malas.

"Kayak pernah denger, tapi dimana?" Beo Juna yang sedang memulihkan ingatan.

"Ck. Majalah Bobo, Arjuna." Ucap Lucia seraya menurunkan tangan Arjuna-- lagi.

"Oh, iya inget. Penyihir kan?"

"Iya, Melani tuh, serasa cosplay an nya pipiot, kagak ada duanya." Jelas Lucia mengebu-gebu.

Sebenarnya niat Lucia bilang begitu tadi, karena murni dendam kesumat dengan Melani.

Dulu saat ia masih menjabat sebagai Sekretaris 2, Melani selaku Sekretaris 1 selalu membabu Lucia. Ia yang membuat Propsal, sedangkan Melani yang menyerahkan pada Pak Jeki, selaku kesiswaan sekaligus pembina Osis. Tak cukup disitu Melani selalu mengaku kalau dia yang membuat proposal itu.

Kan kalau jadi Lucia, rasanya pengen tak hihhh....

👑👑👑

Setelah mendapat pesan dari Nadine yang berisikan tempat duduk asli mereka, Reysya berlalu menaiki tangga. Ternyata mereka berada di meja 28, lantai dua.

"Nadine, fix  gue pecat lo jadi temen gue!" Ucap Reysya seraya menghempas badanya ke sandaran kursi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Nadine, fix  gue pecat lo jadi temen gue!" Ucap Reysya seraya menghempas badanya ke sandaran kursi.

"Ya, sorry dong, Rey. Si Cakra nih ya, mohon- mohon terus ke gue. Tiap jam telpon gue. Sampe semalem nih, dia rela hujan hujanan di depan rumah, demi rencana ini." Ucap Nadine menjelaskan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

QueerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang