• Pertengkaran II

5.3K 172 3
                                    

(Lanjutan dari Part sebelumnya)

Azka berdiri di depan pintu apartemen Azahra dengan rasa khawatir serta rasa bersalah yang menyelimuti dadanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Azka berdiri di depan pintu apartemen Azahra dengan rasa khawatir serta rasa bersalah yang menyelimuti dadanya. Ia sudah menekan bel berberapa kali, namun pintu itu masih tidak terbuka. Sebenarnya, Azka bisa saja langsung masuk ketika ia sampai, tapi Azka tidak ingin melakukannya. Ia takut jika ia langsung masuk seperti itu, Azahra akan semakin marah padanya.

"Aza! Sayang buka pintu nya!" teriak Azka entah untuk yang keberapa kalinya.

Azka kembali menekan Bel ketika suara panggilannya tidak di respon sama sekali oleh si penghuni apartemen. Azka yakin Azahra ada di dalam, dan ia juga yakin jika Azahra pasti masih terjaga. Lagi, Azka sekali lagi membunyikan bel apartemen Azahra. Berharap wanita itu mau berbaik hati membukakan pintu untuknya.

"Sayang aku minta maaf!" ujar Azka dengan suara yang agak keras.

Untunglah lorong unit apartemen Azahra ini sedang kosong. Jadi tidak ada orang yang melihatnya berteriak dengan pakaian lusuh seperti ini. Jika lorong ini adalah pasaraya yang ramai, Azka pasti sudah menelan malu sejak mulai berdiri di depan pintu apartemen kekasihnya ini.

Azka menekan bel apartemen Azahra sekali lagi. Belum sempat ia mengeluarkan suaranya untuk memanggil Azahra, pintu apartemen itu sudah lebih dulu terbuka. Azka menghirup nafas lega karnanya. Akhirnya usahanya sejak tadi membuahkan hasil juga. Meski tidak terbuka lebar, namun celah yang ada cukup untuk membuat Azka melihat seluruh tubuh kekasihnya.

"Ngapain ke sini?" tanya Azahra ketus. Jika tidak takut tetangganya akan terganggu oleh suara Azka, Azahra juga tidak mau membukakan pintu. Ia masih marah dan malas untuk bertatap muka dengan pria itu.

"Aku, aku ke sini mau liat kondisi kamu," ujar Azka pelan. Ia jadi semakin merasa bersalah saat mendengar nada ketus yang Azahra keluarkan untuknya.

"Aku baik – baik aja, kamu bisa pulang sekarang," ujar Azahra sembari menutup pintu apartemennya.

Namun terlambat, Azka lebih dulu menahan pintu itu agar tidak tertutup. Ia datang kemari tidak hanya ingin melihat kondisi Azahra, tapi ia juga ingin meminta maaf atas kelalaiannya dan kalau di izinkan, Azka ingin menemani Azahra malam ini. Ah, kalaupun ia tidak mendapat izin untuk itu, sepertinya Azka akan memaksa supaya ia bisa tetap menemani sekaligus menjaga Azahra malam ini.

"Sayang, please. Dengerin aku dulu," ujar Azka sambil mencoba menahan pintu yang ingin di tutup oleh pemiliknya.

"Apa lagi? Katanya kamu mau liat kondisi ku kan? Nah ini kamu udah liat, aku baik – baik aja, kamu bisa pulang sekarang," jawab Azahra dengan sedikit kesal.

"Sayang maafin aku, aku beneran gak ada maksud buat sengaja ninggalin kamu tadi," ujar Azka memohon.

Azahra memutar bola matanya dengan malas. Permintaan maaf seperti ini sudah cukup sering ia dengar berberapa bulan belakangan ini. Dan jujur, Azahra sedikit bosan mendengarnya. Karna setiap kali ia meminta maaf, Azka pasti akan mengulanginya lagi. "Iya, aku maafin. Udah kan? Kamu pulang aja!" Azahra kembali mencoba untuk menutup pintu apartemennya.

My Baby's Father [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang