(Lanjutan dari Part sebelumnya)
Azahra terbangun dengan kepala yang terasa pusing. Ia mengerjapkan matanya berkali – kali untuk menjernihkan pandangannya yang buram. Setelah merasa mendingan, Azahra segera berjalan keluar dari kamar itu. Di lihatnya, ruang kerja Azka ini kosong. Tidak ada siapapun di sini selain dirinya. Azahra semakin bingung, ia bahkan tidak tau sekarang jam ini sudah berapa.
Dinding kaca yang mendominasi ruangan ini membuat Azahra tahu bahwa langit di luar sana sudah berubah gelap. Bulan sudah datang menggantikan posisi matahari. Berberapa pertanyaan mulai bermunculan di kepala Azahra. Dimana Azka? Apa ia sudah pulang? Lalu Kenapa pria itu tidak membangunkannya? Kenapa ia di biarkan di sini sampai malam?
Azahra berdecak kesal lalu berjalan cepat ke meja nya. Meraih tas serta ponselnya lalu lekas berjalan menuju Lift. Azahra mencoba menghubungi Azka, namun pria itu sama sekali tidak menjawab telponnya. Bahkan setelah di ulang berkali – kali pun, Azahra masih menerima hasil yang sama.
Azahra lagi – lagi menghela nafas kesal, tidak percaya jika Azka meninggalkannya di kantor seperti ini sampai malam. Azahra memesan taksi online, ia tidak membawa mobil karna mobilnya sedang berada di bengkel. Ia juga tidak mungkin menghubungi Vivy, sahabatnya itu sudah bersuami, jadi rasanya tidak enak jika Azahra meminta Vivy untuk datang menjemputnya.
Tidak lama menunggu di depan kantor, taksi online pesanannya pun datang. Azahra diam di sepanjang perjalanan menuju Apartemennya. Ia masih mencoba memikirkan alasan mengapa Azka meninggalkannya di kantor seperti ini. Sungguh, jika Azka tidak bisa mengantarkannya pulang, setidaknya pria itu bisa membangunkan Azahra. Kenapa harus meninggalkannya di kantor seorang diri seperti tadi. Azahra masih berSyukur karna masih ada beberapa karyawan yang lembur, karna jika tidak, ia pasti akan terkurung di kantor sampai besok pagi.
Sesampainya di apartemen, Azahra langsung membersihkan dirinya. Mandi dengan air hangat agar tubuhnya terasa lebih baik. Selesai mandi dan berpakaian, Azahra pun melanjutkan kegiatannya dengan makan. Ia butuh sedikit asupan agar bisa menelan obat yang tadi ia beli di apotik. Meski tubuhnya sudah terasa mendingan karna tidur selama beberapa jam tadi, namun Azahra juga tetap harus minum obat agar ia bisa lekas sehat sepenuhnya.
Selesai makan, Azahra kembali ke kamarnya. Ia duduk di atas ranjang sembari melihat ponselnya bordering. Ada nama serta nomor telpon Azka yang tertera pada layar benda pipih itu. Azahra menimbang, apakah ia harus mengangkat atau mengabaikan panggilan dari kekasihnya itu. Sungguh, Azahra tidak pernah merasa sekesal ini pada Azka. Bahkan saat pria itu tiba – tiba pergi ketika mereka sedang makan malam bersama pun, Azahra masih bisa memaafkan dan meredam kekesalannya.
Puas menimbang, akhirnya Azahra memilih untuk mengabaikan telpon dari Azka. Ia beranjak dari kamar menuju ruang tengah, Azahra berniat untuk menghabiskan waktunya dengan menonton hingga matanya kembali mengantuk. Azahra sama sekali tidak perduli pada ponselnya yang terus bordering tanpa henti di atas kasur. Membuat kekhawatiran si penelpon menjadi semakin tak karuan.
>><<
Jangan lupa Vote-Comment ❤️
Wattpad:
aarendwii__________________________________
[Azahra Syafidah]
__________________________________
E-book
My Baby's Father
7 Oktober 21
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby's Father [New Version]
RomantizmFollow dulu sebelum baca Random Update 📍 ~~ Azahra tidak tahu harus memilih cinta yang sudah lama ia perjuangkan, atau nyawa calon manusia yang ada di dalam tubuhnya. -/ -/ -/ Azahra pikir, semuanya akan baik-baik saja setelah ia berhasil mendapatk...