— 0.0 —
Taehyung kembali menghubungi nomor ponsel Jeongguk. Ia resah juga gundah dengan keberadaan sang suami. Kenapa suaminya itu begitu tega—membohonginya?
Pikirannya jelas meliar. Ia sibuk menerka-nerka dimana Jeongguk bermalam. Dengan siapa ia berbagi pelukan. Apa yang selama ini Jeongguk sembunyikan. Karena sungguh, Taehyung lelah. Ia lelah berjuang sendirian sementara Jeongguk begitu santai.
Namun saat nada panggilan itu berubah menjadi suara berat yang begitu ia rindukan, Taehyung tak dapat menahan rasa syukurnya. Menghela napas lega jelas hal yang pertama kali ia lakukan. Kenapa sebegini sulitnya, sih, menghubungi suami sendiri?
"Halo, Taehyung?"
Jeongguk menyapanya kelewat biasa—seolah dirinya tak menghilang tanpa kabar selama tiga hari ini. Sementara Taehyung mati-matian menahan isak tangisnya—enggan memperdengarkan kepedihannya pada sang suami.
"Kenapa baru mengangkat telponku, Mas?" Nada getir itu tak dapat Taehyung sembunyikan. Karena sungguh—sekarang ia terlihat begitu menyedihkan. "Apa kamu sesibuk itu mengurus proyek disana?"
"Maaf, Taehyung. Pekerjaanku banyak sekali disini. Aku minta maaf jika mengabaikanmu akhir-akhir ini."
Derai air mata itu semakin deras. Kebohongan yang keluar dari mulut sang suami semakin membuatnya sadar. Mungkin—ia tak perlu lagi bertahan. "Oh, begitu. Semoga pekerjaan mas cepet selesai, ya. Soalnya kemarin Tae belanja bulanan. Tae beli semua bahan masakan kesukaan Mas Jeongguk."
"Mas masih belum tahu kapan pulangnya, Tae. Doain aja proyek mas cepat selesai."
Hati Taehyung mencelos. Tubuhnya bergetar hebat dengan isak tangis yang tak lagi mampu ia tahan. "Kemarin Tae juga gak sengaja ketemu sama sekertaris Mas Jeongguk, katanya—"
"Taehyung—a-apa?"
"Mas Jeongguk, tiga hari kemarin aku khawatir sekali. Mas tidak memberiku kabar, ditelpon pun susah sekali. Lalu saat aku tak sengaja bertemu dengan Mina, a-aku—aku gak tahu apa yang mas sembunyikan selama ini. Apa ada yang lain dibelakangku, Mas Jeongguk?"
"Tae, dengerin mas dulu—"
"Kalau sudah bosan dengan pernikahan ini, kasih tahu aku, Mas Jeongguk. Jangan membohongiku seperti ini. Kalau memang ada yang lain diantara kita, mari kita bicarakan. Mungkin—mungkin kita bisa berpisah secara baik-baik."
— 0.0 —
"Nothing better than listening to a lie
when you already know the truth."—
—
—
To be continue.
See you later!><
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐑𝐎𝐊𝐄𝐍 𝐕𝐎𝐖
Fanfiction[1] i let you go. i let you fly. We shouldn't have been married in the first place.