eleven

7K 805 82
                                    

— 0

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— 0.0 —

"Yora datang hanya untuk menjemput Vin pulang, Taehyung." Jeongguk tertunduk lesu. "Vin hanya ingin menginap sehari disini. Dia tidak mau berjauhan dengan mamanya."

Tak tahu harus menjawab apa, Taehyung bawa dirinya untuk melangkah menuju dapur. Berniat untuk mengambil air minum, sebelum tangan Jeongguk kembali menahannya.

"Tolong, dengarkan aku, Taehyung." Jeongguk genggam kedua tangan sang suami dengan erat. Kemudian jatuhkan lututnya di depan Taehyung. "Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Bahkan sampai detik ini pun, aku sangat mencintaimu, Taehyung."

Memalingkan wajahnya ke samping, Taehyung enggan pandangi wajah sang suami yang semakin mengeluarkan kata-kata memuakkan. "Bagaimana dengan Yora? Apa kamu juga mencintainya? Apa cinta kalian kembali bersemi seperti saat dulu?"

"Tae—"

"Memang bisa begitu, ya? Mencintai dua orang yang berbeda diwaktu yang bersamaan? Kamu hebat sekali, Mas."

"Apa maksudmu, Taehyung?" Jeongguk protes tak terima. Padahal sedari awal ia sudah tegaskan bahwa ia begitu mencintai Taehyung dan tak ingin berpisah dari suaminya tersebut. Tapi, kenapa—kenapa Taehyung justru menuduhnya yang tidak-tidak?

"Coba aku tebak..." Taehyung lepaskan genggaman tangan Jeongguk lalu bersedekap. "Yora pasti mengandung anakmu semasa kuliah dulu. Lalu dia sengaja menghilang—tak ingin penghuni kampus tahu jika ternyata dia hamil diluar nikah dan menghancurkan imagenya sebagai anak berprestasi. Apa aku benar?"

Tak terima dengan ucapan Taehyung, Jeongguk kembali tarik tangan Taehyung untuk ia genggam kasar. Kali ini tak lagi dapat menahan emosinya. "Jaga ucapanmu, Taehyung. Kamu tidak tahu apa-apa."

"Maka kasih tahu aku!" Taehyung nyaris berteriak di hadapan sang suami. Rasa sakit pada pergelangan tangannya bahkan tak begitu terasa saat Jeongguk menggenggamnya begitu kuat. "Kalau kamu masih menganggapku sebagai suamimu, maka beritahu aku! Selama ini kamu malah bungkam dan membiarkanku seperti keledai bodoh!"

Meremat surainya dengan kasar, Jeongguk menghela napas lelah. "Ya. Yora mengandung Vin semasa kita kuliah dulu. Dia menghilang—pergi, membawa anakku karena tak ingin hancurkan karierku yang saat itu tengah berada di puncak. Yora berniat untuk beritahu aku saat kelulusan. Tapi, Taehyung—saat Yora akan kembali, kita sudah menikah. Dan dia mengurungkan niatnya dan memilih untuk membesarkan Vin sebagai single mother."

"Wow." Taehyung tak dapat tahan raut wajah terkejutnya dengan mata berkaca-kaca. "Kenapa aku terdengar begitu jahat dicerita itu?"

"Taehyung, jangan buatnya semakin rumit."

"Apa kamu tahu, setiap pagi—aku selalu terbangun dengan pertanyaan yang sama." Taehyung usap wajahnya yang begitu berantakan. Ingin segera mengakhiri segala permasalahan sebelum semuanya bertambah pelik. "Haruskah aku pergi, atau bertahan sehari lagi?"

Jeongguk pejamkan kedua matanya. Takut dengan kenyataan yang akan segera menghantamnya dengan telak. Takut dengan akhir bahagia yang selama ini ia impikan akan segera musnah. Takut jika realita menunjukkan bahwa dia bukanlah sosok suami yang sempurna.

"Tapi sekarang aku tahu. Aku tahu jawabannya, Mas Jeongguk." Kembali berhadapan dengan sang suami, Taehyung putuskan untuk bulatkan tekadnya. "Jika saja sore itu aku tidak menghampirimu di halaman belakang kampus, mungkin kita akan memiliki cerita yang berbeda. Mungkin saat Yora kembali, dan memberitahu semuanya—kalian akan memiliki akhir yang bahagia."

"Aku mohon, Taehyung. Please, jangan begini. Pukul aku. Tendang aku. Jangan buat aku begitu ketakutan seperti ini." Jeongguk ambruk bersujud pada kaki Taehyung. Tak ingin laki-laki manis itu menyerah padanya. Menyerah pada rumah tangganya.

"Aku rasa—we shouldn't have been married in the first place." Taehyung raih tubuh Jeongguk untuk bangkit. Menyaksikan bagaimana Jeongguk sama hancurnya dengan dirinya. "Mas, terimakasih untuk tiga tahun penuh pelajaran ini. Aku juga mencintaimu. Tapi mungkin waktu kita sudah habis sampai disini. Setelah ini, kamu bisa menebus kesalahanmu pada Vin. Aku yakin—kamu bisa menjadi sosok Ayah yang hebat, Mas."

— 0.0 —

"You broke my heart

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"You broke my heart...
But i still love you with all the little pieces."




To be continue.
See you later!

𝐁𝐑𝐎𝐊𝐄𝐍 𝐕𝐎𝐖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang