— 0.0 —
Taehyung tersenyum begitu cerah. Perasaannya terasa lapang begitu tahu jika sidang yang akan ia hadiri merupakan akhir dari sidang-sidang yang begitu menyita waktunya selama dua minggu ini. Pun sudah banyak air mata yang ia tumpahkan menemani perjalanannya. Segala sakit dan derita yang kini ia rasakan—setidaknya ia harap tergantikan oleh bahagia di masa depan.
"Sebelum persidangan ini dilanjutkan, Majelis Hakim ingin bertanya kepada para pihak, apakah pihak penggugat betul-betul tidak ingin kembali mencabut gugatannya?" Ujar Hakim Ketua yang duduk tepat di hadapannya.
"Iya, Yang Mulia. Saya tidak akan mencabut kembali gugatan saya." Taehyung menjawabnya tanpa ragu.
"Apakah penggugat tetap ingin bercerai?" Majelis Hakim kembali bertanya padanya.
"Iya, Yang Mulia."
Beralih menatap Jeongguk yang duduk di samping Taehyung dengan jarak kurang lebih satu meter, Hakim Ketua menatap Jeongguk yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya dari balik kacamata. "Kepada Saudara Tergugat, bagaimana tanggapan anda?"
"Saya masih berharap agar suami saya mau mencabut kembali gugatannya. Saya masih sangat mencintai suami saya." Jeongguk jelas tahu—tidak ada lagi yang bisa ia lakukan selain menerima keputusan yang akan dibacakan Majelis Hakim sebentar lagi. Posisinya yang memiliki anak dari wanita lain semakin memberatkannya untuk membatalkan gugatan cerai. Pun Taehyung tampak begitu kekeh ingin berpisah darinya.
"Bagaimana saudara Penggugat?" Hakim Ketua kembali bertanya pada Taehyung.
"Tidak, Yang Mulia. Saya tetap pada pendirian saya."
"Baik kalau begitu kita lanjutkan sidang pada hari ini. Sidang kami nyatakan terbuka untuk umum." Ujar Majelis Hakim sembari mengetuk palu satu kali. "Sesuai dengan agenda sidang hari ini yaitu Pembacaan Putusan, maka diperintahkan kepada para pihak untuk memperhatikan isi putusan."
Putusan dibacakan secara bergantian oleh hakim. Taehyung tak dapat menahan desah napas lega. Begitu senang kala dengar gugatan cerainya dikabulkan. Selesai sudah pernikahan yang selama ini ia pertahankan. Baik ia dan Jeongguk—tak lagi memiliki hubungan.
"Saudara Penggugat, apakah saudara menerima putusan tersebut?"
"Saya terima, Yang Mulia."
"Kepada para pihak yang merasa keberatan atau kurang puas terhadap putusan ini dipersilahkan untuk mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama dalam tempo empat belas hari sejak putusan ini dibacakan. Sidang perkara perdata cerai gugat nomor register 047/ Pdt.G /2020 /PA FASIH pada hari ini, Selasa tanggal 25 Agustus 2020 dinyatakan ditutup."
Hakim Ketua mengetuk palu tiga kali. Tanda berakhirnya rangkaian sidang yang selama ini ia jalani. Sunggingkan senyum terbaiknya, Taehyung beranikan diri tuk tolehkan wajah menatap Jeongguk. Tak ada lagi sakit yang bercokol dalam hatinya. Pun ia sudah belajar mengikhlaskan.
"Mas Jeongguk....." Taehyung hampiri Jeongguk yang berdiri lesu. Ia jelas tahu bagaimana Jeongguk yang coba mempertahankan pernikahan mereka tuk kembali bersatu. Tapi apa daya—upaya mediasi yang berjalan pada awal sidang pertama tak membuahkan hasil. "Tae titip salam buat Yora dan Vin."
Setelah ini, mungkin Taehyung akan sibuk meniti jalan. Tak ingin kembali untuk salah langkah dan terpuruk dalam gelapnya malam. Mungkin sesekali akan terjatuh, tapi ia tak ingin menoleh ke belakang. Biarlah apa yang ia rasakan saat ini menjadi sebuah pelajaran.
Melepaskan bukan berarti ia kalah. Kadang hanya sesederhana menerima jika tak semua hal harus selalu ia genggam. Taehyung memilih pergi. Mungkin ini jalan yang paling masuk akal, agar tidak ada yang terluka—meski ia sudah.
— 0.0 —
"Loving you was sacrifice, you know.
I gave you the power to destroy me,
and that's exactly what you did."—
—
—
To be continue.
See you later!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐑𝐎𝐊𝐄𝐍 𝐕𝐎𝐖
Fanfiction[1] i let you go. i let you fly. We shouldn't have been married in the first place.