— 0.0 —
"Kenapa pucet banget?"
Sore ini, Jimin menjemputnya untuk makan bersama. Sahabatnya sedari sekolah menengah itu mengaku rindu dengan sosok Taehyung yang sudah lima bulan ini tak ia temui. Jimin yang mengurus perusahaan cabang milik ayahnya di luar kota memang membuat Jimin menjadi begitu sibuk hingga mereka nyaris lost contact.
"Masa sih?" Taehyung perhatikan wajahnya pada kamera ponsel. Mengamati bagaimana ucapan Jimin benar adanya. Sebab kini ia dapat lihat lingkaran hitam menghiasi bawah matanya. Juga mata sembabnya yang begitu kentara. "Kayaknya aku kebanyakan nonton film tengah malem, deh."
"Kebiasaan banget kamu suka nonton film sampe larut malam." Ujar Jimin sembari mengacak pelan surai coklat Taehyung. Mengerti kebiasaan sang sahabat yang suka lupa waktu jika sudah menonton film favorite-nya. "Lain kali harus ingat waktu. Lihat—tanganmu kurus banget. Kamu pasti sampe lupa jam makan."
Mendengar ucapan Jimin yang mulai menasehatinya, Taehyung merengut kecil. "Iya, bawel~"
"Jeongguk kemana? Biasanya dia selalu ikut kalau aku ajak kamu keluar." Tanya Jimin tak melihat suami dari sahabatnya itu yang biasa mengekor.
Mendengar nama Jeongguk yang buatnya meringis pelan, Taehyung tak ingin Jimin mengetahui keadaan rumah tangganya. Cukup sudah drama yang terjadi diantara mereka—saat dulu, sebelum Taehyung melangsungkan pernikahan dengan Jeongguk dan Jimin yang menyatakan perasaannya pada Taehyung.
"Dia—lagi sibuk banget, Jim. Sekarang Mas Jeongguk lagi di luar kota buat ngurus proyek selama seminggu." Jawab Taehyung lalu melempar pandangannya keluar kaca. Tak ingin Jimin menyadari matanya yang kini berkaca-kaca.
Jimin mengangguk pelan. "Kamu bahagia, Taehyung?"
"Aku?" Menoleh sesaat pada Jimin yang tengah memegang setir mobil di sebelahnya, Taehyung mengangguk pelan. "Iya, aku bahagia, Jimin."
"Bagus." Jimin mengangguk kecil lalu terbitkan senyumnya. Bawa tangannya untuk genggam tangan Taehyung, Jimin mengelus punggung tangan itu dengan ibu jarinya. "Itu berarti aku gak sia-sia merelakanmu dengan Jeongguk. Melihatmu bahagia—itu sudah cukup buatku, Taehyung."
Hatinya mencelos seketika. Rasanya Taehyung ingin tertawakan dirinya sendiri. Entah apa definisi bahagia yang Jimin maksud—tapi Taehyung kira semua terasa hampa. Perlahan rasa yang ia miliki kini terenggut seutuhnya. Meninggalkan luka menganga yang perihnya luar biasa.
"Makan disini aja gimana?" Tanya Jimin saat ia hentikan mobilnya di kawasan parkir sebuah restoran yang dulu menjadi langganan keduanya. "Resto favorite kamu kan?"
Mencium aroma masakan yang masuk ke dalam indera penciumannya, Taehyung jadi sedikit bersemangat. Sudah beberapa bulan ini ia menghindari masakan tertentu sebab terapi yang ia jalani. Tapi untuk saat ini—Taehyung hampir menetaskan air liurnya sebab terlanjur ingin.
"Ayo, Jimin~" Taehyung bahkan menarik tangan sang sahabat untuk jalan lebih cepat. "Gak sabar pengen makan banyak~"
Terkekeh sebab tingkah menggemaskan Taehyung, Jimin bawa kakinya untuk melangkah lebih cepat. Memasuki restoran yang kini tampak ramai pengunjung. Salah memang ia mengajak Taehyung saat akhir pekan seperti sekarang ini. Kini Jimin berusaha mencari meja kosong untuk mereka tempati.
Tapi saat pandangannya tak sengaja temui siluet orang yang begitu ia kenali—Jimin tak ragu untuk tajamkan penglihatannya. Dan benar saja, pemilik surai hitam dengan kemeja abu-abu yang duduk di sudut kanan restoran itu adalah Jeon Jeongguk; suami dari sahabat yang begitu ia sayangi.
Amarah yang mulai menggelegak kini dapat Jimin rasakan saat melihat seorang wanita yang duduk di hadapan Jeongguk. Tampak begitu dekat dengan tangan yang saling bertaut di atas meja. Jelas—semua orang akan salah paham begitu melihat kedekatan keduanya. Apalagi saat wanita itu rebahkan kepalanya pada pundak Jeongguk dan tersenyum bahagia.
Dan Jimin yakin—jika Taehyung juga menyaksikan apa yang ia lihat saat ini.
"Ji-jim—" Nada suara Taehyung yang gemetar berusaha tarik tangan Jimin untuk keluar dari restoran itu. Mual yang menderanya membuat Taehyung kehilangan nafsu makan yang ia miliki. "Pulang."
"Brengsek." Umpat Jimin tak tahan. Kalau saja Taehyung tak genggam tangannya dengan erat, sudah tentu ia akan hampiri laki-laki sialan itu dan hadiahkan beberapa bogem mentah. "Tinggalkan laki-laki bajingan itu, Taehyung."
Ingatkan Jimin untuk benar-benar menghabisi Jeongguk, sebab sudah membuat Taehyung kini menitikkan air matanya.
— 0.0 —
"It hurts so much—seeing you with her."
—
—
—
To be continue.
See you later!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐑𝐎𝐊𝐄𝐍 𝐕𝐎𝐖
Fanfiction[1] i let you go. i let you fly. We shouldn't have been married in the first place.