Part 4

7.9K 466 1
                                    

1 minggu kemudian

“Kamu revisi lagi bab 1, perhatikan topik yang kamu angkat jangan membahas kemana-mana, serta ejaan dan penggunaan tanda baca diperhatikan saya lihat kamu banyak typo.” Ucap pak Ibrahim dingin sambil membaca draft skripsi Arumi.

“Iya pak saya akan revisi.” Jawab Arumi.

2 minggu kemudian

“ Bab 1 kamu sudah bagus, saya sudah acc tapi nanti di periksa lagi di final check.”

“ Bab 2 kamu itu teorinya harus kuat pilih sumber yang tepat. Semua kutipan yang kamu berikan di bab 2 kamu baca sendiri bukunya?” intimidasi Pak Ibrahim.

“I-iya pak.” Gugup Arumi. Ngapain baca bukunya toh di internet juga ada.batin Arumi.

“Saya ngak mau kamu ambil di internet. Pokoknya bukunya di cari entah di perpustakaan atau di toko buku.” Tambah pak Ibrahim.

Jlebbb

mati kau Arum’ rutuk Arumi dalam hati.

***

Setelah bimbingan Arumi langsung menuju ke perpustakaan mencari buku yang dia butuhkan. Tetapi dewi fortuna tidak memihak kepadanya, semua buku yang diperlukan sudah habis di pinjam oleh mahasiswa yang lain.

ngak ada yang tersisa satu aja buat Arum’ batin Arumi.

Hufft

Masih ada jalan lain Arumi harus beli buku referensinya. Dia segera mengambil ponselnya dan menghubungi Nasha biar ada temennya.

“Assalamualaikum Sha, kamu lagi di mana?temani aku ke toko buku dong sekarang.”

“Waalaikumsalam.Aku ngak bisa Rum. Bentar lagi Aku bakal bimbingan.”

“JAHADDD… ya udah deh aku pergi sendiri aja.”

Arum segera melajukan mobilnya menuju salah satu pusat perbelanjaan yang ada di kota tersebut. Baginya kalau keadaannya darurat jalan sendiri pun akan dia lakukan, beda kondisinya kalau bukan darurat pasti dia akan mencari teman jalan.

Suasana pusat perbelanjaan di sore hari lumayan ramai dipadati dengan pengunjung anak SMA yang masih mengenakan seragam sekolah, pasti mereka datang ke mall cuman sekedar nonton dan makan abis itu pulang ke rumah.

Arum mulai memilih buku yang diperlukan untuk bahan skripsinya dan segera menuju kasir kemudian meninggalkan toko buku tersebut.

“Arumiiiiii.” Panggil seseorang.
Arumi berbalik dan melihat siapa yang memanggil namanya.

“Bang Aiman.” Kaget Arumi.

“ Pertemuan secara kebetulan yang kesekian kalinya.”

“Ngapain disini?kok sendiri?” Tanya Aiman.

“Nih, lagi cari referensi buku buat skripsi.” Ujar Arumi sambil menunjukkan kantongan yang dia jinjing.

Aiman melirik kantongan tersebut. “Nyari referensi buat skripsi tapi kok ada novel yaa.” Ledek Aiman karena melihat sebuah novel berjudul assalamualaikum calon imam karya Ima Madani.

“hihihi, bacaan kalau udah bosan ngerjain skripsi.” Cengir Arumi.

“Hum, ngeles.” Ujar Aiman sambil menaikkan satu alisnya.

“Ih Bang Aiman, Arum itu serius.”

“Bang Aiman ngapain ke mal sendirian?” tanya Arumi.

“Lagi nyariin dasi pesanan ayah, susah banget nyari warnanya.” Gerutu Aiman sambil memperlihatkan dasi yang dibelinya yang berwarna pistachio.

“Bang Aiman anaknya penurut banget sama ayahnya.”
Aiman melirik arloji di tangannya pukul 6 sore lewat 10 menit dan sebentar lagi magrib.

“Rum, udah mau magrib. Kita sholat aja dulu di mushola mall ini abis itu makan terus pulang.” Ajak Aiman yang di balas anggukan kepala oleh Arumi.

Mereka menunaikan ibadah sholat magrib dengan khusyuk. Beruntungnya, mall menyediakan musholla jadi para pengunjung bisa menunaikan sholat tanpa harus terburu-buru pulang ke rumah sedangkan mata masih ingin dimanjakan dengan pemandangan mall.

“Kamu mau makan apa?” Tanya Aiman.

“Terserah.” Jawab Arumi.

“Jangan jawab seperti itu, saya bukan cenayangan yang tau keinginan lambung kamu.” Ketus Aiman.

“ya udah. Pizza aja.” Ujar Arumi.
Pizza pun telah tersaji di hadapan mereka dan sedang menyantap hidangan tersebut setelah selesai makan mereka berucap alhamdulillah.

“skripsinya udah sampai mana?” tanya Aiman memulai obrolan setelah mereka makan.

“Bab 2 tapi masih revisi.” Ujar Arumi tidak bersemangat.

“Namanya skripsi pasti ada revisi. Nikmati aja.” Ucap Aiman.

“Dosbingnya membosankan, killer, datar, dingin…arrrgghhh.” Keluh Arumi.

“Sabar dan ikhlas.” Aiman menyemangati Arumi.

“Masalahnya itu Arum tidak ikhlas punya dosbing kayak beliau.” Cerocos Arumi.

“Segitu ngak sukanya kamu sama dia.”

“Banget, udah tua juga tapi masih ngeselin.” Ujar Arumi sambil berapi-api.

“Ada saatnya kamu berterima kasih sama dia.” Ujar Aiman mengakhiri perdebatannya dengan Arumi.

“Yuk, kita pulang udah malam juga nanti saya antar pulang.” Ajak Aiman.

“Ngak usah. Saya nyetir sendiri, masa iya mobil saya di tinggal disini.” Tolak Arumi.

“Tidak ada penolakan, saya tetap antar kamu.” Tegas Aiman tidak mau kalah.

“Ngak usah bang.” Tolak Arumi lagi.

“Begini deh, kamu tetap pake mobil kamu sendiri, biar saya yang ngikutin kamu dari belakang. Bukankah itu namanya sama dengan mengantar kamu pulang?” Tawar Aiman. 

“Ya udah deh.” Kalah Arumi.

“Nah gitu dong nurut.” Senyum Aiman sambil melirik Arumi, bisa sajakan Aiman hanya modus? (Ckckck author soudzon amat sih)

Mereka pun berjalan ke parkiran mall dan melajukan mobil mereka masing-masing ke kediaman Arumi.

“Bang ngak masuk dulu ke rumah?” Tawar Arumi setelah memarkirkan mobilnya di garasi dan menghampiri Aiman di balik pagar rumahnya.

“Ngak usah. Lain kali aja soalnya udah malam banget.” Ujar Aiman kemudian melanjutkan perjalanannya putar balik ke rumahnya karena rumah Arumi dan rumah Aiman itu berlawanan arah.

Sesampainya dirumah Aiman. Dia melihat ayahnya sedang menonton televisi.

“Assalamualaikum,Yah.” Salam Aiman sambil mencium tangan Ayahnya.

“Waalaikumsalam, tumben pulang telat?” Tanya Ayah.

“Tadi abis ketemu teman, Yah.” Jawab Aiman.

“Nongkrong atau kencan?” introgasi ayahnya.

“kepo. Nih, dasi pesanan ayah yang limited edition pake banget.” Ujar Aiman sambil menyodorkan paper bag berisi dasi tersebut.

“Jangan kelamaan memilih. Ayah hanya khawatir nanti anak kamu ngak manggil kamu ayah tapi malah manggil kakek saking ketuaannya.” Goda ayahnya.

“Ngak bakalan lah yah, kan Aiman yang ngawinin emaknya.” Canda Aiman.

“Ayah udah makan?” tanya Aiman yang dibalas anggukan kepala oleh ayahnya.

“Ya sudah. Aiman mau istirahat dulu. Selamat malam Yah.” Ujar Aiman sambil berlalu menuju ke kamarnya.

My Love: ACC! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang