Part 20

6.1K 326 2
                                    

Setelah menyampaikan hal yang terjadi pada dirinya di depan Nasha, jadi ceritanya Arumi curhat dengan Nasha. Tapi justru Arumi bingung sendiri.

“Sha cara ngomongnya ke ortu tuh gimana sih?kan kamu udah mau nikah?” tanya Arumi.

“Aku ngak tau Rum. Akunya aja kan di jodohin.” Balas Nasha sambil mencomot cemilan yang ada di depannya.

Arumi mematut dirinya didepan cermin yang ada dalam kamarnya.

“Bah, Buk Arumi pengin nikah.”

“Bang Aiman mau datang ke rumah buat ngelamar Arumi.”

Arrgh, susah ternyata mau ngomongin masalah beginian ke orang tua.

“Rum, kamu kok tegang banget, rileks, sampaikan apa adanya.” Koreksi Nasha yang melihat tingkah laku sahabatnya.

“Itu juga yang paling rileks, Sha!” gerutu Arumi.

“Udah deh. Aku pamit dulu mau ngambil undangan di percetakan. Jangan lupa ngomong ke abah dan Ibuk, besok kan bang Aiman mau datang silaturahmi.” Ujar Nasha sambil berlalu.

***

Dari tadi kerjaan Arumi hanya mepet terus ke Abah daan Ibuk sambil melihat situasi untuk berbicara.

“Kamu ngapain toh?mepet-mepet terus dari tadi?” Ujar Ibuk melihat tingkah aneh Arumi.

“Ngak apa-apa kok, buk.” Ucap Arumi sambil melipir membawa makanan ke meja makan.

“Panggil yang lainnya untuk makan malam.” Perintah Ibuk dan Arumi segera beranjak.

Acara makan malam dilalui dengan penuh khidmat, menyantap makanan hasil masakan Ibuk dan sesekali bercengkrama.

“Abah, Ibuk. Arum mau nikah.” Cicit Arumi menahan rona malu di pipinya dan semuanya menatap Arumi.

“Dengan siapa?” tegas Abah.

“Bang Aiman.” Lirih Arumi.

Semuanya nampak tersenyum mendengar penuturan Arumi meskipun di awal mereka kaget karena tidak ada angin malah mendengar keinginan Arumi.

“Kalau itu yang terbaik buatmu, pilihan kamu. Abah dan Ibuk setuju.” Ujar Abah.

“Terima kasih Bah, Ibuk. Katanya Bang Aiman mau datang silaturahmi besok malam.” Terang Arumi.

“Silahkan, Abah akan menyambutnya.”

“Ciee kakak, mau nikah. Mukanya ngak usah merah kayak tomat gitu.” Celetuk Adam yang sejak tadi mendengar percakapan mereka.

“Adammmm.” Geram Arumi.

***

Malam itu tiba, mobil Aiman terparkir didepan rumah Arumi. Nampak Aiman dan ayahnya turun dari mobil tersebut.

“Assalamualaikum.” Ucapnya.

“Waalaikumsalam, silahkan masuk Pak, Aiman.” Sapa sang empunya rumah yaitu Abah.

Mereka pun memasuki ruang tamu dan berngobrol ringan. Dan datanglah Ibuk dan Arumi yang membawa nampan berisi kue dan minuman untuk para tamu. Kemudian bergabung dengan para tetamu.

“Saya tidak menyangka malam ini akan bertamu sebagai calon besan bukan karena kerjasama perusahaan.” Celetuk pak Ibrahim.

“Saya juga kaget ternyata Aiman anaknya pak Ibrahim.” Semuanya tertawa mendengarkan penuturan mereka berdua.

Mereka cukup berbasa-basi dan kembali serius untuk mengutarakan tujuannya.

“Tujuan saya datang kesini tidak lain dan tidak bukan untuk melamar Arumi putri bapa untuk anak saya Aiman.” Tutur Pak Ibrahim.

Abah melirik Arumi.

“Saya serahkan semuanya kepada Arumi, karena dia yang akan menjalankan semua ini.” Ujar Abah meminta pendapat Arumi dan Arumi hanya terdiam.

“Sejak kemarin Arumi menyampaikan hal ini saya sudah melihat keyakinannya atas keputusan ini dan saya hanya mendukung hal tersebut. Pilihan dia pasti yang terbaim baginya, toh dia yang akan menjalankannya. Dan saya menerima lamaran Aiman kepada Arumi putri saya.” Jelas Abah.

“Alhamdulillah.”

Percakapan mereka berlanjut kepada persiapan acara lamaran resmi mengenai waktu, tempat serta printilan-printilan lainnya.

***

Ferry Darmawan & Madina Nasha Arifin

Dua pasang mata tersebut membelalak melihat nama mempelai pengantin yang tertera dalam undangan biru navy tersebut kemudian menatap kedua pelaku yang ada dihadapannya sambil nyengir.

“Kalian berdua akan menikah?” lantang Aiman.

Hampir semua pengunjung café melirik ke arah mereka karena suara keras dari Aiman. Arumi dan Aiman kaget karena yang akan menikah adalah kedua sahabat mereka.

“Sha, kok kamu ngak ngomong kalau calon suami kamu dia?” ujar Arumi.

“Aku aja baru kemarin taunya kalau mas Ferry ini sahabatan ama bang Aiman.”

“Lo juga ngapain bagi undangannya seminggu sebelum hari H?” terkam Aimana ke Ferry.

“Ya sorry. Ya udah deh kita pamit mau fitting baju.” Ujar Ferry memasang watados a.k.a wajah tanpa dosanya dan berdiri pergi.

“Jangan lupa datang ya Rum dan bang Aiman.” Ujar Nasha berdiri menyusul calon suaminya.

Seminggu kemudian perhelatan pernikahan Ferry dan Nasha di gelar. Aiman dan Arumi memilih berangkat sendiri-sendiri dengan alasan mereka akan mendampingi sahabatnya masing-masing. Mereka hanya bertemu di tempat resepsi dan melakukan sesi foto bareng dan makan bersama kemudian pulang bareng.

My Love: ACC! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang