Part 10

5.8K 337 2
                                    

“Kita umroh seminggu lagi, paket perjalanannya 14 hari.” Terang Abah. Semua orang melongo mendengar penuturan Abah termasuk Ibuk, Arumi, dan Adam.

“Kenapa mendadak begitu Bah?” tanya Arumi.

“Umroh dapat mengobati patah hati kamu Rum. Tenangkan hatimu disana.” Jawab Abah dan Arumi yang mendengar itu kaget darimana abahnya tau kalau dia sedang patah hati.

“Jadi bagaimana kamu bisa patah hati Rum?” sambungnya.

Mau tidak mau Arumi menceritakan kronologi yang dialaminya beberapa hari yang lalu dan keluarganya memberikan wejangan.

“Makanya Rum kalau masih kuliah mikirnya jangan laki-laki mulu.” Ucap Abah.

“Ih Bah. Bukannya begitu, lagian diluaran sana banyak kok seumuran Arum udah nikah.” Jawab Arumi.

“Jadi kamu udah kebelet nikah?” tambah Ibuk.

“Bukan begitu Buk. Cuman kalau ada peluang kenapa ngak dicoba digaet gitu.” Elak Arumi.

“Adam kira matematika hal terumit di dunia, ternyata cinta tak kalah rumit ya kak.” Imbuh Adam yang sedari tadi hanya menyimak cerita kakaknya.

“Eh bocah, ngak usah nambah-nambahin.” Kesal Arumi.

“Rum, kalau Abah jodohin kamu mau ngak?” ucap Abah.

Big No!” Tolak Arumi. “Tapi, kalau Arum sudah usia 26 tahun dan belum menikah Abah berhak jodohin Arum, dan Arum siap menerima pilihan Abah dan Ibuk.” Tambah Arumi dengan bijaknya.

“Pokoknya kamu itu fokus belajar,kejar karir kamu. Lagian kalau karir kamu bagus mana ada laki-laki yang berani tolak kamu.” Ucap Ibuk.

“Justru itu Buk kebanyakan laki-laki minder kalau karir wanitanya lebih tinggi dari dia.” Jawab Arumi.

“Itu tugas kamu menemukan laki-laki yang bisa terima kamu apa adanya.” Ujar Abah.

“Memangnya menantu idaman ayah & ibuk yang seperti apa?” tanya Arumi.

“Yang seperti Aiman itu.” Jawab kedua orang tuanya, kemudian beranjak dari ruang tamu menuju ke kamar tidur untuk beristirahat.

“Abah, Ibuk jangan bercanda.” Ketus Arumi.

***

“Man, file yang kemarin lo udah periksa?” tanya Ferry tapi tidak di gubris oleh Aiman karena dia asyik melamun.

“Are you Okey Brother?” tanya Ferry lagi sambil mengibas-ngibaskan tangan didepan wajah Aiman.

“Iya ada apa, Fer?” jawab Aiman tersadar dari lamunannya.

“Lo kenapa sih dari tadi melamun, kerjaan ngak ada yang beres?masalah hati?” cerocos Ferry.

“Ngak mungkin, si cantik manis ninggalin lo ya?” selidik Ferry.

“Masalahnya lebih pelik dari itu.” Cerita Aiman. “gue udah ngelamar dia.”

“Lo juga sih main lamar-lamar aja, ngak diajak pacaran dulu.” Potong Ferry.

“Gue belum selesai bicara Fer, jangan di potong-potong.” Ucap Aiman yang dibalas cengiran oleh Ferry.

“Lagian kalau gue ngajak pacaran bukan lagi usianya gue, udah 26 bro udah pengin serius.”

“Lelaki gentle.” Simpul Ferry.”terus jawaban dia apa?”

“Belum sempat di jawab, Ayah udah ngak ngerestuin kita, alasannya karna dia hanya seorang mahasiswi.” Jelas Aiman.

“Kenapa ngak lo ajak dia tunangan sampai status dia ngak mahasiswi lagi baru deh nikahin.” Ujar Ferry memberikan solusi.

“Perempuan itu perlu diberi kepastian. Di luaran sana banyak yang tunangan tapi tidak berujung pernikahan. Makanya, gue langsung melamar dia buat dinikahin.”

“Maksain takdir banget sih lo. Jodoh itu udah ada yang ngatur.” Peringat Ferry.

“Jodoh juga perlu diusahain kali Ferry.” Sarkas Aiman.

“Si cantik manis buat gue aja Man, daripada sama lo ngak direstui juga.” Ferry melontarkan ide jahilnya sambil berlalu dari ruangan Aiman dan di balas oleh umpatan oleh Aiman.

***

Rintik hujan di sore hari menemani dua orang gadis yang duduk di emperan minimarket alfamaret sambil menikmati mie cup yang telah diseduh didalam minimarket tadi, gadis itu satunya mengenakan busana gamis beserta jilbabnya dan satunya lagi dengan celana jeans dan baju blouse yang sedang bercengkrama,ketika orang lain melihat pemandangan ini pasti mengatakan bisa-bisanya mereka berteman satunya religius satunya bar-bar. Dan gadis itu adalah Nasha dan Arumi.

“Jadi Bang Aiman itu adalah anaknya  pak Ibrahim.” Terang Nasha dan dibalas anggukan oleh Arumi.

“Dan kamu kepergok sama beliau ketika posisi kalian yang bisa dikatakan kurang etis.” Arumi kembali mengangguk.

“Mau ditaruh dimana mukaku Sha kalau mau bimbingan sama pak Ibrahim.” Frustasi Arumi.

“Profesionalitas Rum. Lihat pak Ibrahim sebagai dosen pembimbingmu bukan sebagai ayah Bang Aiman. Meskipun cintamu stuck jangan sampai skripsimu juga terbengkalai. Keduanya mempertaruhkan masa depan tapi kamu harus memilih yang menjadi prioritasmu. Kamu masih ingat prinsipmu toh?” Nasihat Nasha.

“Cintaku boleh gagal, tapi Studi dan karirku harus super, karena sukses mengundang cinta yang lebih berkelas.” Terang Arumi.

“Nah jadikan itu motivasimu Rum.” Ujar Nasha. “kalau boleh aku tau memangnya kamu mau jawab apa lamarannya Bang Aiman?” sambungnya.

“Aku bakalan terima Sha. Siapa coba yang mau sia-siain bibit & bobot yang unggul seperti bang Aiman.” Optimis Arumi.

“Gini nih Arumi Fatina Azzahra yang tingkat kepedeannya tinggi.” Puji Nasha tapi malah terdengar nada mengejek.

“Sha, Aku juga mau pamit beberapa hari lagi Aku mau berangkat umroh.” Ujar Arumi.

“Loh kok dadakan begini?” kaget Nasha.

“Abah yang ngatur semuanya, jangankan kamu Sha yang kaget. Aku saja sekeluarga kaget dengar keputusan Abah. Kata abah sih biar patah hati Aku cepat sembuh.” Cengir Arumi.

“Alhamdulillah, semoga disana kamu menjalankan ibadah lebih khusyuk dan mendapat hidayah.” Doa Nasha.

“Arum juga mau minta maaf kalau selama ini punya salah sama Nasha dan mau berterima kasih banget mau dengerin curhatannya Arum.” Tulus Arumi.

“Kenapa jadi melow gini sih, kamu juga pamitnya kayak baliknya bakalan lama. Iya deh dimaafin.” Ujar Nasha.

“Eh kita ngak modal banget yak ngak nongkrong di kafe.” Ujar Arumi tiba-tiba yang menyadari kondisi mereka yang duduk di emperan minimarket sambil menikmati mie cup di kala hujan rintik-rintik.

“Masih ada yang lebih buruk Rum. Nikmati mie cup yang diseduh di minimarket sambil lesehan di antara etalase minimarket sampe-sampe kasirnya melongo liat kelakuan kita.” Kenang Nasha dan mereka pun tertawa.

Sore itu mereka bercengkrama panjang kali lebar sambil menikmati lalu lalang manusia yang bergegas pulang ke rumahnya setelah seharian bekerja di kantor. Terkadang senja memiliki caranya sendiri untuk membuat penghuni bumi mencintai semburat jingganya, begitu pun kamu memiliki sejuta pesona untuk kau manjakan mataku.

My Love: ACC! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang