19; rasa syukur

384 75 49
                                    

          Tidak biasanya Kim Chae Won terus menatap jam sampai setiap menit. Mungkin bisa membuat lehernya memanjang nanti. Tidak, hanya bercanda. Gadis kecil itu merasakan kegugupan yang tak biasa. Bahkan di sekolah tadi pun, dia sudah gugup mengingat bahwa malam ini dia akan bertemu dengan ayahnya.

Se Jeong menyadari sikap sang puteri yang kelewat diam itu. Tidak seperti biasanya. Bahkan ketika diajak berbicara pun, anak itu hanya bergumam atau menjawab dengan kalimat pendek.

Sampai tiba waktunya dimana seharusnya sang pemilik apartemen sudah pulang bersama laki-laki yang akan mereka temui. Se Jeong mencoba untuk memeriksa keadaan seperti meja makan yang sudah dipenuhi makanan. Seperti biasa memang. Lalu kembali melihat keadaan Chae Won yang masih terdiam di sofa-ruang tamu. Se Jeong pun menghampiri si gadis kecil.

"Chae Won masih gugup?" tanya Se Jeong yang memang terlihat biasa saja.

"Memangnya Ibu tidak?" sebuah gelengan sebagai jawabannya. "Bukankah Ibu bilang juga sudah lama tidak bertemu Ayah?"

"Iya.. meski hari itu Ibu melarikan diri." jawab Se Jeong setelah mengangguk kecil. "Tapi Ibu harus lebih baik-baik saja. Cukup yang lalu-lalu dan sekarang Ibu ingin memperbaiki hubungan Ibu dengannya, sebagai ayah Chae Won."

Sedetik kemudian, Chae Won memeluk Se Jeong. Memasang wajah merengut yang malah membuat Se Jeong gemas.

"Berbaiklah juga dengan ayah ya? Ayah Chae Won itu sebenarnya sangat baik kok. Buktinya setelah tahu keberadaan kita, dia langsung ingin bertemu Chae Won." ujarnya sembari mengusap kepala si kecil. Mengutarakan hal-hal yang positif karena dia memang tak ingin Chae Won ikut membenci Ro Woon, seperti ia saat sebelum-sebelumnya.

"Iya, Bu.."

Tak lama kemudian, sebuah suara yang familiar masuk ke indera pendengaran mereka. Dua orang itu datang. Segera Se Jeong menggendong Chae Won dan membawa si kecil untuk berdiri di depan pintu. Menyambut dua lelaki itu. Pintu terbuka.

"Aku pulang.." seru Do Young seperti biasa. Dia memamerkan senyumnya.

Seorang laki-laki yang ada di belakang mulai membuka masker dan topinya. Menampilkan wajah tampannya di hadapan dua perempuan itu. Namun kepalanya menunduk, seperti masih enggan menatap mereka.

Kim Se Jeong seberusaha mungkin tidak menaruh rasa sakit itu kembali ketika wajah itu ada di hadapannya lagi. Dia harus bisa move on. Kemudian Se Jeong menatap Chae Won. Memberi isyarat untuk memanggil sosok itu.

Chae Won paham dengan arti tatapan sang ibu. Lalu dia kembali menatap sosok yang masih setia menatap ke bawah. Dengan sekali tarikan napas, Chae Won memanggil sosok itu.

"Ayah.." deg.. "Ayah.."

Secara perlahan, Ro Woon mengangkat kepalanya dan memusatkan pandangannya pada sosok mungil yang masih digendong itu. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Ayah.." untuk yang ketiga kalinya, kemudian Chae Won turun dan berhambur memeluk kaki Ro Woon. Ro Woon semakin terbanjiri oleh air matanya. "Jangan menangis, Yah. Jangan menangis.."

Namun Ro Woon tak bisa menghentikan tangisan dengan segala emosi yang sudah bercampur aduk di waktu yang sama itu. Akhirnya..

 Akhirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Re-Bloom | DoJeong FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang