[Bagian 2]

71 21 64
                                    

Kenapa kita itu perlu berteman?


|快乐阅读|
-Happy reading-

Sahla duduk disebelah Ethan yang berada di tengah-tengah. Tempat yang cocok agar bisa leluasa memperhatikan pelajaran.

Tidak ada guru yang sedang mengajar di depan. Seperti perkataan Kana tadi, sekarang kelas mereka kosong. Hm, kosong dari mata pelajaran.

Sahla sedang sibuk dengan pensil dan buku sketsanya. Gadis itu punya hobi menggambar, sesekali menghapus bagian yang tercoret. Jika, dilihat seperti ini Sahla adalah gadis normal pada umumnya.

Bagaimanapun juga, sifat alami seorang perempuan itu ada pada kepeduliannya pada sekitar, lugu dan lemah lembut yang menjadikannya terlihat rapuh namun tak mudah patah.

Ethan menyenggol lengan Sahla. "Ih, apaan sih, Than?!" katanya kesal, sekarang lihat gambarnya jadi tercoret karena ulah Ethan yang mengganggunya.

"Lo nggak bosen apa? Dari tadi sibuk gambar. Katanya mau punya temen."

"Iya, gue mau punya temen. Bentaran dulu, gue mau selesain ini dulu." Sahla masih kekeh untuk tetap menyelesaikan gambarnya.

Padahal sebelumnya Sahla sangat antusis pergi ke sekolah hingga menghampiri Ethan jam enam pagi. Tak lupa kerusuhan yang dilakukan Sahla.

"Gue heran, kenapa lo baru masuk sekarang?" tanya Ethan. Laki-laki itu menggunakan lengannya sebagai sanggahan kelapa.

Sahla menghentikan kegiatannya, bibir mungilnya tidak bersuara seperkian menit. Sahla menghela nafas.

"NAH!" Gebrakan meja yang ditimbulkan oleh Sahla membuat orang-orang satu kelas terlonjak kaget, tak terkecuali Ethan yang sekarang memijit pangkal hidungnya.
Sahla meringis saat semua orang menatapnya horor, "Lo, buat jantung gue mau anjlok ke perut," kata Syahira, gadis dengan postur tubuh yang ideal dan berkulit putih.

Sahla menggaruk lehernya yang tidak gatal, salah tingkah karena sudah membuat keributan. "Maaf, gue refleks. Lanjutin deh, gue berusaha gak buat kalian kaget."

"Lo keren, satu kelas spot jantung semua. Mantap jiwa." Senja terkikik pada Sahla, lalu melanjutkan kegiatannya yang sempat berhenti.

Ethan menarik lengan Sahla agar gadis itu menatapnya. "Lo kebiasaan, La," kata Ethan.

"Ya, maaf kan gue refleks waktu lo tanya gitu," ucap Sahla pelan.

"Refleks lo bisa buat orang mati masal secara mendadak. Udah, jadi kenapa?"

"Heh, lo tahu nggak sih. Gue tuh udah bujuk Mama sama Papa dari dulu. Ya harusnya waktu lo masih pake seragam SMP yang bagus itu," ujar Sahla pelan.

Ethan mengerti, dulu waktu ia masih SMP, Sahla kerap datang ke rumahnya sewaktu ia pulang dari sekolah, katanya seragam sekolahnya bagus dan Sahla ingin mencobanya.

Tapi, Ethan dan Sahla itu berbeda. Sahla perempuan sedangkan Ethan laki-laki, mana bisa Sahla memakai seragam Ethan, jadilah gadis itu hanya memakai almamater milik Ethan.

"Terus?"

"Mereka gak bolehin, padahal gue juga pengin sekolah tau. Trus waktu lo lulus SMP gue bujuk lagi mereka, sama aja gue nggak dibolehin. Kesel banget gue." Sahla tersungut-sungut saat bercerita dengan Ethan.

Aksata [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang