[Bagian 13]

19 5 50
                                    

Karena kadang manusia hanya mendengar tanpa mau mengerti.

|快乐阅读|
-Happy reading-


Saila menunggu di samping Pos Pak Anwar, penjaga sekolahnya yang suka sekali membuat siswa siswi naik darah.

Selain Pak Anwar ada juga Pak Tresno yang ramah dengan siswa maupun siswi, Sahla jelas lebih suka dengan pak Tresno dari pada dengan Pak Anwar yang hanya membuatnya naik darah.

Pulang sekolah masih harus menunggu kedatangan Setya yang menjemputnya. Ethan ada kegiatan dengan teman-temannya, gadis itu tidak bisa ikut.

"Awas nih, Bang Setya kalo setengah jam lagi belom sampe, gue aduin ke Papa," gumam Sahla gemas.

Sudah hampir satu jam gadis itu menunggu abangnya yang sedari tadi hanya bilang sebentar lagi sampai, tapi pada akhirnya belum juga sampai.

"Eh? Sahla lagi nungguin jemputan juga, ya?" Sahla menoleh menatap pada gadis yang menyapanya.

Ia Alara, yang sudah beberapa minggu ini menjadi kekasih Ethan. Setelah pertemuan mereka waktu itu, Sahla kerap melihat Alara yang memperhatikan Ethan.

Sebenarnya, kenapa Alara harus memperhatikan Ethan dari jauh jika mereka pacaran, lalu kenapa tidak mendekat saja.

Sahla tersenyum, lalu gadis itu menjawab, "Iya, nunggu Abang jemput. Lo sendiri?"

Alara duduk di samping sahla, gadis itu manis. "Mau gue temenin nggak?"

Sahla menelengkan kepalanya, menatap Alara dalam. Mencoba membaca situasi yang sedang ia hadapi sekarang ini.

"Kenapa?" tanyanya pelan.

Mata Alara membulat, Ah gadis itu lucu. "Eh? Gue nggak boleh nemenin?" tanya Alara. "Tapi, gue mau nemenin lo," lanjutnya kembali.

Sahla mengangguk. Gadis itu hanya diam menatap sekeliling sekolah yang mulai sepi, hanya ada anak ekskul Pasus dan anak KIR yang berada di sekolah.

"Sahla gimana sekolah di sini? Lo anak baru 'kan?" tanya Alara.

"Eh? Bukan anak baru juga, sih. Hmm, sekolah di sini? Seru!" balasnya.

"Lara," panggil Sahla. Alara menoleh pasa Sahla.

"Kenapa lo suka sama Ethan?"

"Eh?"

Alara diam, cukup terkejut dengan pertanyaan Sahla barusan. Namun, gadis itu menguasai dirinya sendiri agar tidak terlalu kentara sedang terkejut.

"Hmm, gue suka sama Ethan karena dia baik. Ramah kalo sama temennya walau suka cuek ke orang lain." Gadis itu menerawang, bagaimana ia melihat Ethan.

"Gue suka sama Ethan udah dari kelas sepuluh," lanjutnya riang.

Sahla tersenyum tipis. "Sahla, enggak apa 'kan kalo gue pacaran sama Ethan? Lo nggak pa-pa 'kan?"

Sahla menggeleng. "Gak pa-pa, asal jangan buat Ethan benci sama gue. Lagian gue nggak ada hak buat larang dia. Gue emang deket sama Ethan, tapi bukan berarti gue bisa ngatur dia," ucap Sahla.

Aksata [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang