[Bagian 9]

34 9 149
                                    

Takdir itu nggak ada yang tahu, kalau semua orang tahu pasti mereka akan melakukan segala cara untuk merubah takdir yang buruk.

|快乐阅读|
-Happy Reading-

Sahla tak percaya, jika sedari tadi ada orang lain yang bersamanya di sini. Jika ia tahu, ia tidak akan berbicara sendiri seperti orang gila.

"Ngapain lo di sana?" tanya Sahla ketus, dalam hati gadis itu kembali merutuk.

"Ini kenapa hantu gak ada yang ngasih tau coba."

"Lo budek, ya?!" Sahla kesal, dari tadi ia berbicara tapi tak ada respon yang signifikan dari laki-laki itu.

Laki-laki itu turun dari pohon dengan cara melompat, Sahla berpikir kaki itu tidak linu jika harus lompat?

Kini Sahla bediri berhadapan dengan laki-laki yang ia sendiri masih tidak tahu siapa, dan bagaimana bisa Sahla tidak sadar jika laki-laki itu berada di dahan pohon yang ada di atasnya.

"Ihh, bodo ah, capek gue ngomong sendiri." Sahla menghentakkan kakinya kesal.

Bahkan, laki-laki di depannya sama sekali tidak bereaksi, ia hanya diam memperhatikan Sahla yang sibuk megoceh.

Padahal, mulut gadis itu kecil. Namun, lincah sekali saat berbicara. Tuhan benar-benar adil menciptakan manusia.

"Apa lo ketawa, ha!" setak Sahla pada beberapa hantu yang cekikikan tak jauh darinya.

Kali ini walau Sahla tidak berbicara dengan laki-laki di depannya, tetapi laki-laki itu terkesiap dengan sentakan Sahla. Sungguh aneh.

"WOY! La, lo dicari juga. Nih buku lo!" Sahla yang hendak berbicara kembali, urung karena Anggi lebih dulu menyela.

Gadis yang bermana lengkap Fajarisma Anggia, yang menjadi teman baru sahla selama beberapa minggu ini, melemparkan buku tulis milik Sahla.

Belum siap dengan lemparan dari Anggi, gerak reflek gadis itu adalah berjongkok dengan memegangi kepalanya, hingga wajahnya terutup lengan.

Hal yang tidak diharapkan Anggi terjadi, walau Sahla tidak berpikir demikian. Gadis itu sampai menutupi mulutnya dengan gerakan yang dibuat-buat.

Anggi panik. "Aduh, kak. Gimana ya, hmmm gue minta maaf, gak sengaja," pinta Anggi, gadis itu menyatukan kedua telapak tangannya sebagai permohonan maaf.

"Pfft!" Sahla menahan tawa, gadis itu masih pada posisi yang sama saat, menikmati wajah panik Anggi.

"Beneran gue nggak sengaja, niatnya mau gue lempar ke Sahla, mana tahu kalo kakak ada di belakangnya. Maaf banget, oke? Kita damai, oke? Gue ... hm, gue balik ke kelas dulu." Anggi masih sempat melayangkan tatapan membunuh pada Sahla, gadis itu berbalik dengan gugup.

"Bwahahaha." Tawa Sahla pecah saat Anggi sudah ngacir. Gadis itu terpingkal, sangat menyenangkan melihat teman yang sedang kesulitan. Tertawalah sebelum menolong.

Tuk!


Sahla mendongak masih dengan sisa tawanya, gadis itu melihat laki-laki tadi yang sedang memukulnya dengan buku, sedangkan tangan satunya dimasukkan ke dalam kantong celana.

Aksata [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang