[Bagian 29]

17 2 0
                                    

Siklus alam itu bagian dari banyaknya rahasia yang tidak diketahui manusia, salah satunya ketika kepergian itu menciptakan pertemuan yang lain.

|快乐阅读|
-Happy reading-

Seperti yang dikatakan Abyaksa minggu lalu, jika besok adalah UAS, ya, tapi mau bagaimana lagi, Sahla terlalu malas, gadis pemalas itu memang benar-benar malas.

Lihat sekarang, dia bahkan sudah anteng di meja belajarnya dengan wajah serius, Sheina juga ada bersamanya. Memperhatikan kegiatan yang dilakoni Sahla penuh minat. Iya, hantu itu sangat berminat.
Jangan kira Sahla tengah belajar, gadis pembawa itu sibuk dengan pensil gambar dan buku sketsa yang berada di mejanya. Pantas jika Sheina juga menatap penuh minta. Baginya Sahla itu berbakat.

Banyak penghargaan yang ia dapatkan dalam bidang seni, prestasi tidak selalu di raih dengan angka buktinya hanya dengan pikiran abstrak Sahla gadis itu bisa mendapatkan banyak prestasi. Kebanggaan seseorang itu ada bukan karena dia yang lebih unggul dari yang lain. Tapi juga karena mereka mampu untuk berusaha tanpa mengandalkan orang lain.

"Gambar kamu bagus, aku jadi pengin," celetuk Sheina, Sahla menjawab tapi tidak menatap.

"Kalo lo masih bisa pegang ini pensil, gue bakal ajarin lo kok, cuma mau gimana lagi, kita udah beda Shei," kata Sahla.

"Kamu bener. Aku iri sama kamu, kamu masih hidup, kamu bebas ngelakuin yang kamu mau, sedangkan aku harus terjebak di dunia ini tanpa tahu kapan aku bisa pulang," ujar Sheina sendu. Sahla menghentikan kegiatannya sejenak. Gadis itu menatap Sheina yang murung.

Ah, Sheina benar. Sahla tidak tahu bagaimana jelasnya tapi Sahla juga bisa merasakan kesedihan Sheina, setiap orang yang mati mereka pasti ingin cepat-cepat pulang ke tempat yang seharusnya. Bukannya malah menjadi arwah yang tersesat bersama orang-orang yang masih bersama raganya.

"Shei, gue gak tahu harus bilang apa, tapi gue ada sama lo, lo gak kesepian setidaknya sebelum gue nggak ada di dunia ini." Sheina menatap Sahla, gadis itu entah kenapa selalu baik dengan siapa saja, atau apa saja. Hanya saja semua peringainya harus dibaluti dengan sikap menyebalkan.

"La, ada Abay di bawah, besok kamu UAS, belajar sana lo!" Setya berseru dari balik pintu. Sahla berdecak tidak bisakah Abangnya yang satu itu membiarkan ia galau sesekali. Tidak!

Sahla segera beranjak dari duduknya, gadis itu melangkah gontai menuju ruang tamu,  di sana sudah ada Abay yang berbicara dengan Mamanya, laki-laki itu mengenakan hoodie berwarna putih. Arini dan Abyaksa menatap pada Sahla.

"Nih, orangnya udah dateng. Kalo gitu Tante ke dalam lagi ya, jangan lupa diminum, ya." Arini pergi setelah Abyaksa menjawab.

"Apaan sih Kak, gue males banget buat belajar. Pliiis!" Sahla menelungkupkan tangannya di depan dada. Ah percuma saja Abyaksa menggeleng sebagai jawaban. Benar-benar tidak menyenangkan sekali. Bisa tidak laki-laki itu tidak kaku-kaku amat.

Dengan malas Sahla duduk di bawah, sedangkan Abyaksa duduk di sofa. Gadis itu mengadap pada buku yang sudah ada di meja. Ah ia lupa, ranselnya masih tergeletak di sini. Pantas saja. "Itu lo pahamin materinya, gue kasih soal nanti."

Sahla mengangguk patuh, tiga puluh menit ia habiskan untuk memahami apa yang Abyaksa berikan, sedangkan sisanya gadis itu sudah mulai mengerjakan soal latihan dari laki-laki itu. Benar-benar pusing.

Aksata [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang