[Bagian 22]

20 1 3
                                    

Semesta memang selalu merangkai alur yang tak bisa ditolak keinginannya.

|快乐阅读|
-Happy reading-

Sahla dan Anggi yang sedari tadi muter-muter tidak jelas, keliling sekolah demi menghilangkan kegabutannya.

Entah ada angin apa hingga Sahla yang mageran tingkat akut menuruti kemauan Anggi yang tidak bisa diam barang sebentar saja. Atau bahasa kasarnya, Anggi itu pecicilan.

"La, lo denger nggak?" tanya Anggi. Sahla menaikan satu alisnya bertanya.

"Suara orang berantem, atau malah setan?" Anggi berkidik, masa siang-siang ada hantu keluyuran di sekolah.
"Bukan," balas Sahla.

"Lo tahu dari mana kalo bukan setan?" tanya Anggi sewot, lagian yang mereka lewati ini ruang lab yang sudah tidak terpakai, besar kemungkinan yang dikatakan Anggi itu benar.

"Gue bisa liat, emang di sini banyak, tapi bukan mereka yang buat gaduh," jawab Sahla, gadis itu melangkah pelan menemui sumber suara.

"Anjir! Sejak kapan lo bisa liat, kok gue serem. Banyak dong di sini?"

"Dari kecil, banyak salah satunya di belakang lo tuh," kata Sahla sengaja. Anggi berjalan cepat di belakang Sahla, bulu kuduknya tiba-tiba meremang.

"Beneran orang berantem, dobrak jangan?" tanya Sahla, Anggi mengangguk saja.

"Bantu aja deh, bisa berabe kalo ketahuan BK, tapi jangan buat gue ke seret sampe BK." Sahla mengangguk. Gadis itu membuka pintu lab yang sekarang sudah tidak terpakai itu.

Ia dan Anggi terkejut. Hal pertama yang ia lihat adalah Alara. Gadis itu menangis tersedu dengan bajunya yang sudah berantakan. Pipinya juga memar, ia menatap ganas pada gadis lainnya yang masih terlihat rapi. Nella.

"LO GILA, YA!" berang Sahla, ia berlari masuk ke dalam, berdiri di depan Alara yang masih menangis. Mau bagaimana 'pun Alara tidak pantas diperlakukan seperti ini. Gadis itu manusia bukan binatang!

"Lara, lo diapain? Udah jangan nangis dulu, diem oke, biar gue beresin mak lampir satu ini." Sahla berbalik menatap bengis pada Nella yang terdiam.

"Lo tahu nggak? Lo bisa kena kasus karena ini? Apa yang udah lo lakuin sama dia!" bentak Sahla.

Nella mendongak, menatap nyalang pada Sahla. "Apa urusan lo! Biarin gue bikin peritungan sana nih cewek gak tahu diri!" Mata Nella memerah.

"Lo jawab gue! Lo apain Alara!" desis Sahla.

"Yang gue lakuin ke dia, emang udah sepantasnya gue lakuin!" bentak Nella. Sahla membawa Nella keluar lab.

Membawanya ke susut ruangan yang lain, dengan Anggi yang mengekori di belakang Sahla. Ia hanya takut jika Sahla juga sama kalapnya. Sebelumnya Anggi sudah berpesan kepada Alara agar gadis itu kembali, biarkan dia yang mengawasi Sahla dan Alara hanya mengangguk.

"Nella gue tanya sama lo, kenapa lo lakuin itu sama Alara, dia salah apa sama lo!" tekan Sahla gemas.

"Lo tanya apa salah cewek itu? Lo tahu, gak semua orang yang lo pikir baik emang bener-bener baik, La. Dan enggak semua yang lo pikir buruk emang bener-bener buruk! Gue emang enggak suka sama lo, tapi gue lebih enggak suka sama dia!" Nella menunjuk pada tempat yang tadi sempat ia gunakan untuk membuat perhitungan dengan Alara.

Aksata [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang