[Bagian 12]

30 7 50
                                    

Semakin aku bersamamu, semakin dalam pula rasa takut kehilangan dirimu.

|快乐阅读|
-Happy reading-


Sahla berjalan dengan terpincang, karena kaki gadis itu yang belum juga sembuh ini karena kakinya yang kembali terkilir, walau sudah mendingan. Padahal ia sedang malas, tapi mau bagaimana lagi jika ia tidak ada pilihan.

Ethan memang tidak setia. Laki-laki itu kini entah ngacir ke mana, sedangkan ia ditinggal sendiri di kelas.

Tapi, jika di pikir sudah beberapa hari ini Ethan selalu pergi. Padahal seharusnya laki-laki itu sekarang menggendongnya. Jika ia keseringan berjalan kakinya bukannya sembuh malah sakit kembali.

Sudah hampir dua minggu juga Sahla tidak bertemu dengan laki-laki yang mengaku jika dirinya Abyaksa. Bukannya berharap Sahla hanya ingin berterimakasih.

"Eh, sendiri, ya? Ethan udah bosen sama lo?"

Sahla berhenti, ia bersandar pada dinding di sisinya. Lelah, ternyata berjalan dengan kaki yang sedang tidak sehat selelah ini.

"Eh, ada Nella di sini," kata Sahla manis. "Apaan!" lanjutnya nyolot.

Bagi Sahla, berbicara dengan orang yang tidak memiliki sopan itu juga harus dibalas dengan hal yang sama. Mana mau Sahla baik dengan Nella jika gadia itu tidak bisa baik dengannya.

"Duh, bagus deh kalo Ethan udah bosen sama lo, jadi gue nggak perlu lagi 'kan berurusan sama lo," ucap Nella.

Sahla menatap sebal. "Sebenarnya lo ada masalah apa, sih?" tanya Sahla.

"Gue cuma nggak suka lo sama Ethan, buat gue lo cuma parasit di hidupnya Ethan."

Sahla tersungut. Nella memang benar benar menyulutnya. Dia bukan parasit di hidup Ethan, karena sejak awal Ethan yang memang mau bersamanya.

"Apa maksud lo bilang kaya gitu?!" sentak Sahla.

"Gue udah cari tahu tentang lo, ya. Lo itu nggak berguna tahu nggak? Lo cuma bisa nyusahin Ethan doang, lo cuma beban Sahla! Sadar diri dong lo!" maki Nella, Sahla melebarkan matanya.

Beban? Beban seperti apa yang ia berikan pada Ethan? "Lo cuma cewek kesepian yang berharap punya temen, itu lo!" lanjut Nella.

Napas Sahla memburu, gadis ini benar benar menguji kesabarannya. Namun, tidak. Ia tidak boleh marah, setidaknya untuk sekarang Sahla akan diam.

"Lo, kalau nggak ngerti kehidupan orang lain, nggak perlu sok tahu! Nggak perlu komentar tentang hidup orang kalau hidup lo sendiri belum bener!" tekan Sahla.

"Pada dasarnya, lo emang manusia. Manusia yang cuma bisa berkomentar tanpa mau berkaca," lanjut sahla mencela.

Gadis itu berlalu, meninggalkan Nella yang menggeram kesal. Umpatan demi umpatan yang keluar dari mulutnya tidak ada pengaruhnya bagi Sahla.

Sahla sadar, Nella hanya ingin memancingnya untuk mencari keributan. Agar gadis itu bisa menunjukkan kelemahan Sahla pada orang lain.

"Tcih! Tukang cari sensasi," decak Sahla.

Langkah Sahla berhenti, ia diam. Tatapannya yang mulai meredup dengan padangan yang semakin merunduk.

Ternyata beberapa hari ini Ethan selalu menghilang lebih dulu karena ini? Karena laki-laki itu sudah menemukan orang yang tidak akan membuatnya susah.

Ah, ya. Sahla sadar jika dirinya memang menyusahkan, tidak berguna!

"Eh, La. Sini lo, ngapain diri di situ?" Ethan yang menyadari kehadiran Sahla, mencoba untuk mengajak Sahla.

Aksata [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang