[Bagian 24]

18 1 0
                                    

Yang sudah hilang tak perlu di sesali, yang sudah pergi tak perlu dicari lagi. Karena kadang kamu juga harus belajar bahwa semua yang terjadi sudah menjadi konsekuensi.

|快乐阅读|
-Happy reading-

"Lo mau pulang bareng siapa?"

Setelah selama berjam-jam digunakan untuk belajar, akhirnya kegiatan belajar hari ini selesai. Anggi yang sudah menggendong ranselnya menanyai Sahla yang masih mengemasi barangnya.

"Hm, siapa ya? Bang Setya mungkin," jawabnya tak yakin. "Atau Bang Lingga?" lanjutnya.

"Enak enggak sih punya Abang kaya gitu? Abang lo ganteng enggak?" tanya Anggi.

"Enak enggak enak sih, lo tanya Abang gue ganteng apa enggak? Jelas ganteng lah, cowok gitu."

"Bego lo, kalo ganteng boleh dong gue maju," kata Anggi.

"Tipe mereka tinggi-tinggi, Bang Lingga mau nikah, Bang Setya terlalu pilih-pilih sampe keterusan jomlo tuh," jelas Sahla.

"Heeleh, mau dong gue ketemu Abang lo, boleh ya? Main ke rumah lo gitu?" Anggi memohon, Sahla menatap Anggi aneh, kenapa juga gadis itu ngebet ingin bertemu Abangnya.

"Hmm, besok gue kasih tau alamatnya," jawabnya. "Ngapain sih lo ngebet banget sama Abang gue? Ricy noh yang udah jelas-jelas suka sama lo, sampe kelepasan di grup kelas."

Anggi mencebik. Itu salah satu hal yang membuat ia ingin sekali memaki Ricy. Laki-laki itu sangat menyebalkan, membuat ia menjadi bahan olokan, atau lebih tepatnya ejekan.

"Gausah ngomongin Ricy sialan. Urusin hubungan lo dong sama Kak Abay, kepo gue," kata Anggi.

"Faedahnya lo kepo tuh apa? Gausah kepo sama urusan orang lain, jatuhnya lo tuh kaya ikut campur." Sahla melangkah kelaur kelas.

"Kalian beneran pacaran?"

"Menurut lo?" tanya Sahla balik. Anggi mengedik. Langkaah mereka tertahan di depan kelas. Sahla mengerjap pelan.

Boleh tidak dia bilang kalau, Abyaksa keren dengan posenya? Berdiri dengan satu kaki sebagai penyangga sedangkan kaki lainnya ditekuk. Belum lagi mata tajamnya yang fokus dengan ponsel di tangannya.

Biasa saja tapi Sahla juga bisa baper juga. Anggi yang berada di sampingnya saja sudah mengerjab pelan. "Gila, calon imam gue dalam mimpi, pengin gue pajang."

"Sadar juga lo dalam mimpi," kata Sahla.

"Yee, jodoh gak ada yang tahu. Hari ini bisa aja dia sama lo, besok, lusa? Siapa yang tahu coba. Ya, kan?" Anggi menaik turunkan alisnya. Sahla kembali melanjutkan langkahnya. Serah!

Abyaksa yang mendengar derap kaki yang mulai menjauh, mengalihkan pandangannya. Laki-laki itu menatap Sahla dan Anggi yang berjalan berdampingan, lalu menggeleng pelan. Ia memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas dan menyusul Sahla yang mulai menjauh.

Dengan pelan ia berjalan di belakang, membiarkan kedua gadis itu menghibah sesuka hati mereka saja. Anggi yang sudah pergi dulu dan Sahla yang merasakan kehadiran Abyaksa di belakangnya membalikkan badan. Ia mengangkat satu alisnya bertanya?

Aksata [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang