[Bagian 10]

36 8 75
                                    

Enggak perlu menjadi orang lain untuk bisa diakui keberadaannya.

|快乐阅读|
-Happy reading-

"Oy, La," panggil Anggi

"Paan?"

"Tugas lo, udah selesai blom?" Anggi nyengir, Sahla menghela napas.

"Udah gue kumpulin ke ketua kelas."

Anggi kembali cengengesan, lalu pandangannya menyapu penjuru kelas, masih banyak yang belum selesai mengerjakan tugas, jadi ia tak akan sendiri.

"Oh, iya. Soal yang tadi lo ngechat, mau gue bales tapi lo keburu sampe kelas."

Sahla mendongak, dari yang tadi kepalanya di sandarkan ke meja, kini sudah tegap menatap Anggi.

"Kenapa?" tanyanya penasaran.

"Dia itu Kak Abay, kakel." Sahla masih mendengarkan, tidak merespon terlalu jauh. Anggi memberikan buku tugasnya pada Rakha, si ketua kelas.

"Anak IPS," lanjutnya.

"Apa lo bilang? Anak IPS?" Anggi mengangguk.

Sahla berdiri dengan cepat, bisa jika begini caranya seharusnya ia tidak perlu percaya pada Abyaksa. Sesat.

"Ketua kelasnya mana?" tanya Sahla pada Anggi.

"Tuh, baru aja keluar," jawab Anggi.

Bunyi decitan bangku milik Sahla, membuat Ethan menatap gadis itu. Gadis yang sedang terburu mengejar ketua kelas yang membawa separuh nyawanya ke kantor guru.

"Alay banget nggak sih, kalo gue bilang separuh nyawa?" gumam Sahla. "tapi, bukannya kalau nilai gue jeblok, bakalan hilang 'kan separuhnya gegara di bentak abis-abisan," lanjutnya kembali.

"RAKHA!"

Mungkin jika ini adalah drama, pasti temanya tak jauh dari gadis yang mengejar cinta ketua kelas, walau nyatanya ini bukan drama dan Sahla sama sekali tidak memiliki perasaan yang lebih pada Rakha.

"Eh? Apa?" Rakha berhenti, membiarkan Sahla menarik napas sebelum bicara, karena gadis itu mengulurkan tangannya untuk mencegahnya berbicara lebih dulu.

Setelah dirasa cukup, Sahla kembali menegakkan tubuhnya. "Buku, gue boleh ambil bukunya enggak? Mau gue kerjain ulang," katanya.

Rakha diam, lalu menatap pada jam yang melekat di pergelangan tangannya, setelahnya laki-laki itu menggeleng.

"Enggak bisa, kalau lo nggak mau alpha, lo harus ngumpulin sekarang," ucapnya tegas.

Sahla pasrah, gadis itu hanya mengangguk dan bergumam saja. Setelah mengucapkan makasih Sahla berbalik, berniat kembali ke kelas.

"Cakra lo gila, ya?" Sahla mendongak. Di depannya ada Senja yang terlihat kesal.

Sedangkan ada satu laki-laki yang berdiri di depan Senja, laki-laki itu memiliki paras yang lumayan. Jika itu bukan pacar Senja, Sahla akan mendaftar menjadi gebetan.

Aksata [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang