Siap spam tiap paragraf?
Love u guys! Jangan lupa share cerita ini biar makin banyak yg baca❤️💖
Let's go!
Btw cover balunya lucu ga? Hihi
_____Saat Naja hendak membawa Naya balik, tiba-tiba saja Naya meminta Naja untuk menghentikan mobilnya, sontak Naja menepikan mobilnya.
"Kenapa?" Tanya Naja.
"Ntar malem kak Naja mau jemput Naya lagi nggak?" Pertanyaan Naya membuat Naja menyipitkan matanya.
"Ngapain?"
"Main." Naja menggelengkan kepalanya lalu menoleh ke Naya dengan sebelah alis sengaja di naikkan.
"Nggak, mager."
"Kak Naja, Naya bosen di rumah, kalo gitu pulangin Nayanya entar aja," ucap Naya seraya menatap lurus dengan wajah datar, Naja menghela napasnya.
"Udah jam 5, gapapa pulang agak maleman?" Tanya Naja, Naya mengangguk antusias, entahlah Naja merasa saat ini Naya tengah menjauhi keluarganya, entah apa yang sedang gadis itu alami. Dengan cepat Naja mengemudikan mobilnya menuju tempat yang cocok buat menenangkan pikiran.
Entah pergi kemana, yang jelas Naya ikut saja, dari pada ia harus berdiam dirumah yang malahan membuat kenangan buruk itu terngiang di otaknya.
Hampir menempuh 40 menit perjalanan akhirnya Naja sampai ke tempat yang berlokasi di jalan Garden House Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara. Di waktu sore seperti ini Naja langsung memberikan Naya lotion anti nyamuk membuat Naya mengernyit bingung.
"Kok pake lotion, Kak?"
"Gue mau ngajak lo ke hutan, mau emang badan lo abis di gigitin nyamuk?" Naya tersenyum lalu segera memakainya tanpa bertanya-tanya lagi.
Ya, Naja mengajak Naya ke kawasan hutan mangrove untuk melihat sunset. Dia pikir tempat yang dekat dan cocok selain pantai untuk melihat sunset.
Naya dan Naja keluar mobil dan Naja menggenggam tangan Naya agar gadis itu tidak menghilang tiba-tiba yang ada Naja akan di buat pusing.
Naja mengajak Naya untuk melihat matahari terbenam, dan yah pas sekali Naja dan Naya sampai saat-saat matahari hendak terbenam, meskipun agak lama tetapi Naja sudah memperkirakan waktunya.
"Wah, cakep banget langit sore," ucap Naya pelan yang terdengar oleh telinga Naja.
Tak lama angin berhemhus membuat senyum Naya tertarik, pikirnya tidak akan ada angin di sini. Naja merasakan tangan Naya menggenggam tangannya begitu erat seraya menatap langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENTKILLER (Naja Mahatma)
Teen Fiction(Sudah di terbitkan oleh penerbit Loveable.redaksi) FOLLOW DULU SEBELUM BACA || TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU INDONESIA (offline maupun online) (SETELAH TAMAT AKAN DI HAPUS) -Bukan cerita thriller- - PRE ORDER DI MULAI TANGGAL 29 DESEMBER- Awal mula...