(Sudah di terbitkan oleh penerbit Loveable.redaksi) FOLLOW DULU SEBELUM BACA || TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU INDONESIA (offline maupun online)
(SETELAH TAMAT AKAN DI HAPUS)
-Bukan cerita thriller-
- PRE ORDER DI MULAI TANGGAL 29 DESEMBER-
Awal mula...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Naja mengantarkan Naya sampai depan rumah gadis itu. Naya masih senyum-senyum tidak jelas ke arah Naja, bisa dibilang Naya sangat senang karna Naja mau mengajarinya main Skateboard meski Naya sangat menyebalkan saat di ajari. Naya melambaikan tangannya ke arah Naja, saat ia hendak berlari menuju rumahnya, Naya menginjak tali sepatunya sendiri membuatnya jatuh cukup keras.
Naja melotot lalu segera keluar mobil tanpa mematikan mesinnya, Naya meringis, sedangkan Naja langsung menghampiri Naya.
"Ck, lo ngapain sih?!" omelnya saat melihat dengkul Naya yang tergores menyebabkan darah perlahan keluar membuat Naja menghela napasnya pelan.
"Tali sepatu kenapa nggak di iket sih? Sakit kan?" Naya mengangguk lalu Naja segera menggendong Naya ala bridal style.
"Kak Naja mau apa?" tanya Naya, Naja tidak menjawab lalu segera melangkahkan kakinya menuju mobil dan menyuruh Naya untuk masuk ke dalam.
"Kak Naja mau apa ih!"
"Nyulik," balas Naja lalu segera membuka pagar rumah Naya yang lumayan besar. Dan Naja segera masuk ke dalam mobil dan membawa mobilnya masuk ke dalam pekarangan rumah Naya. Naya tersenyum tipis, tidak lama ia mengubah rautnya karna merasa perih di area dengkulnya.
"Ayo turun," ajak Naja. Naya menatap Naja dari bawah sampai akhirnya berhenti di mata Naja.
"Hm, kaki Naya sakit," ucap Naya pelan seraya menampilkan puppy eyesnya, Naja menghela napasnya pelan lalu segera menggendong Naya di depan, Naya tersenyum senang lalu Naja membawanya ke dalam rumah, kebetulan pintu rumah Naya memang sudah terbuka.
Naya sudah duduk di sofanya, sedangkan Naja menatap sekitar.
"Kotak P3K di mana?" tanya Naja, Naya mengernyit lalu menunjuk pojok tersembunyi, dengan cepat Naja mengambilnya.
Kini keduanya saling tatap, hanya saja Naya menelan salivanya karna ketampanan Naja begitu menyeruak saat serius, astaga Naya dibuat salah tingkah sendiri. Naja menaikkan sebelah alisnya.
"Ngapain senyum-senyum?" tanya Naja, Naya refleks mengubah rautnya menjadi kesakitan.
"Aduh-duh ah."
"Gila," timpal Naja lalu mengambil kapas yang sudah diberi alkohol, Naya melotot.
"Eh mau apa?"
"Mau...ini," dan Naja langsung menempelkan kapas tersebut ke luka Naya membuat Naya refleks menjerit. Naja menahan tawanya.
"Ahhh sakit banget, huaaa perihhhh! Bunda, Ayah, ibu Peri Naya, tolongin!" pekik Naya membuat bibi di rumah Naya langsung menghampiri sumber kebisingan.