Di sini Naja labil guys, jadi sabar yaa, tahan wkwk
Spam komen siap?
Komennya tiap paragraf yu😗💖
Let's goooooo
••••
Naya melangkahkan kakinya pelan menuju kelas, pertanyaan dan kata-kata Naja terus mengiang di otaknya, meski sebenarnya ia tidak mengerti dengan ucapan itu karna tiba-tiba saja Naja melontarkannya, tetapi rasa sakitnya masih membekas.
Pas sekali Naya berpapasan dengan Stella di kelas, Stella melangkahkan kakinya santai keluar kelas, membuat Naya menghela napasnya.
"Hai, Nayaaa! Cowok lo kemana sih nggak sekolah-sekolah?" Tanya Udin, Naya membulatkan matanya.
"Maksud Udin itu Adam?"
"Iyalah siapa lagi cowok lo."
"Adam lagi ada urusan, eh Naya tuh nggak pacaran sama Adam, Adam tuh sahabat Naya tau!"
"Iyain." Ya seperti Udin, semua orang selalu bilang dan percaya bahwa dirinya dan Adam adalah sepasang kekasih yang malu-malu dengan berkedok sahabatan, padahal ya pada kenyataannya memang seperti itu.
Naya duduk dikursinya, tidak lama ia melihat Stella memasuki kelas, dan tak lama lagi guru datang untuk mengajar.
Jam istirahat Naya duduk di kursinya, Stella sudah melangkahkan kakinya sendiri. Naya sedih karna Stella tidak mengajaknya ke kantin seperti dulu. Walaupun Naya dan Adam dekat, Naya malah lebih merasa terjaga saat bersama Stella, tapi setelah terpecah belah, Naya jadi kesepian.
Naya bangkit dari duduknya, terpaksa harus ke kantin karna perutnya terus meraung minta di isi, dan Naya melangkahkan kakinya pelan, tak lama ia berlari.
Kantin yang cukup ramai membuat Naya menghela napasnya lega, jadi orang tidak melihat dirinya yang terlihat menyedihkan sendirian. Sudah mengambil makannya, Naya duduk di kursi belakang, dan perlu di garis bawahi, dia sendirian.
Naya dengan cuek mulai makan saja, lain dengan Naja dan kawan-kawan yang letak tempat duduknya saat ini tidak terlalu jauh dari tempat duduk Naya.
"Lo gak nemenin, Ja?" Tanya Alan pada Naja, Naja mendongak.
"Nemenin siapa?"
"Si gemes Naya tuh," sambung Erick, mata Naja menatap ke Naya yang sedang sendiri. Lalu ia membuang mukanya malas.
"Gakenal."
"Ck, biasaan. Eh btw Stella-stella itu bukannya temenan sama Naya? Kok duduknya sama Madona?" Tanya Opan heran saat melihat Naya sendiri dan Stella malah bersama Madona.
"Bukannya tuh cewek—"
"Kayaknya si ada masalah, eh tapi waktu di basecamp biasa aja dah, baik-baik aja berdua," sambung Erick memotong ucapan Alan.
"Dah mending lo berdua makan," ucap Naja karna merasa terganggu dengan obrolan temannya mengenai Naya.
"Hai, sendirian aja," ucap Alberto lalu duduk di depan Naya. Refleks teman-teman Naja menengok ke Naja yang ternyata sedang melihat Naya di sana.
"Kalah start kan lo," timpal Opan gemas.
Lain dengan Naya yang langsung mendongak.
"Eh kak Alberto," sapa Naya balik.
"Lo ga sama temen lo lagi? Sendirian mulu perasaan." Naya tersenyum miring.
"Gapapa, Kak. Naya suka sendirian kok." Tidak sama sekali, pada kenyataannya ia benci jika dirinya sendirian. Namun untuk apa ia memberitahu Alberto.

KAMU SEDANG MEMBACA
SILENTKILLER (Naja Mahatma)
Teen Fiction(Sudah di terbitkan oleh penerbit Loveable.redaksi) FOLLOW DULU SEBELUM BACA || TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU INDONESIA (offline maupun online) (SETELAH TAMAT AKAN DI HAPUS) -Bukan cerita thriller- - PRE ORDER DI MULAI TANGGAL 29 DESEMBER- Awal mula...