Spam komen ya
Tiap paragraf oke, aku suka smgt mail lovers wkwk😗😗😗
Bubay!
••••
Naya menahan sakit di lututnya, astaga mana ia jatuh dan lukanya tepat di tempat yang dulu pernah jatuh. Dan kalian sudah tahu rasanya bagaimana, baru sembuh sudah luka lagi, meski tidak separah waktu itu, tetapi tetap saja rasanya luar biasa.
Naya menghela napasnya pelan.
"Kenapa UKS sepi sih, kemana lagi jagainnya," ucap Naya seraya melangkahkan kakinya tertatih-tatih menuju kotak P3K yang letaknya agak jauh darinya, Naya terkejut saat pintu terbuka menampilkan seorang laki-laki dengan sebelah alis terangkat karna mengetahui siapa orang yang di temuinya.
"Lo?" Mata Naja beralih pada kaki Naya.
"Lagi?" Tanya Naja dengan nada sinis, Naya menyengir kuda, lalu ia masuk ke dalam dan mengambil plester lalu hendak pergi membuat Naya terkejut.
"Lho kak Naja mau pergi?" Tanya Naya, Naja refleks menoleh.
"Iya," jawabnya singkat.
"Ki-kirain Naya, plester itu buat Naya," ucap Naya seraya memanyunkan bibirnya, Naja menaikkan sebelah alisnya.
"Lo pikir gue peduli?" Naya dengan cepat menangis membuat Naja panik karna suara gadis itu sangat kencang. Dengan cepat Naja menutup pintunya dan langsung menghampiri Naya lalu membekap mulut Naya.
"Ck, bocah banget sih, suara lo ngundang orang goblok!" Omel Naja kesal lalu melepaskan tangannya yang membekap Naya.
Naya mencoba menahan tangisnya.
"Lagian kak Naja jahat sama Naya," balas Naya sesegukan. Naja lalu berdiri dan mengambil alkohol untuk membersihkan luka Naya.
"Eh kak Naja mau apa?"
"Ngapain lagi, bodoh," balas Naja kesal lalu berjongkok untuk mengobati luka Naya. Senyum Naya mengembang lalu tersenyum lebar memperlihatkan giginya.
"Hehe kak Naja ganteng kalo baik."
"Ngegombal kalo ada maunya."
"Enggak, serius ini nggak gombal, kak Naja emang gan—" Naya melotot saat Naja menempelkan kapas yang sudah di beri alkohol dan kalian harus tahu rasanya sesakit apa.
Melihat tanda-tanda Naya akan terpekik, Naja langsung berdiri dan membekap mulut Naya dengan cara mendekap gadis itu. Ya, bukan membekap mulut Naya dengan tangannya melainkan wajah Naya yang di tempelkan di dadanya. Naya terpekik pelan.
"Sakit tau," ucap Naya pelan.
Naja menghapus sisa air mata Naya.
"Kalo udah tau sakit, kenapa jatuh mulu?" Tanya Naja seraya menaikkan sebelah alisnya.
"Tadi tuh hm—"
"Makanya ajak kenalan aspalnya biar enak pas jatohnya," potong Naja lalu mengambil kapasnya lagi dan Naja langsung menarik celananya tinggi-tinggi dan menempelkan kapas tersebut ke luka dilututnya.
"Eh kak Naja luka juga?" Naja memutar bola matanya malas.
"Buta mata lo," sarkasnya.
"Ish, kak Naja kenapa gak bilang? Sini biar Naya aja." Naja menggeleng.
"Gosah, lagian seharusnya lo tau lah tujuan gue ke UKS buat apa, yakali jenguk lo." Naya menunduk.
"Kak Naja galak banget sih sama Naya, kalo sama kak Madona enggak ya?" Seusai membersihkan lukanya, Naja lalu menempelkan plester di kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENTKILLER (Naja Mahatma)
Teen Fiction(Sudah di terbitkan oleh penerbit Loveable.redaksi) FOLLOW DULU SEBELUM BACA || TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU INDONESIA (offline maupun online) (SETELAH TAMAT AKAN DI HAPUS) -Bukan cerita thriller- - PRE ORDER DI MULAI TANGGAL 29 DESEMBER- Awal mula...