Chapter 10

78 10 0
                                    


Seorang lelaki sedang duduk tenang di bangku jet pribadinya, kali ini ia sudah bertekat untuk mengejar cintanya. Cintanya yang tak pernah menatap atau sekedar menyapanya, tetapi ia mencintai gadis itu sampai ia rela membunuh sahabatnya sendiri.

"Permisi tuan muda, ini berkas - berkas yang anda butuhkan," ucap Joe asisten pribadi lelaki itu.

Ia Aland Ferlando Josephine, ia adalah lelaki yang sangat mencintai Ica. Ah... Lebih tepatnya terobsesi dengan Ica, bahkan ia rela membunuh sahabatnya demi agar dekat dengan Ica.

Aland membaca berkas itu dengan teliti, berkas itu berisi tentang identitas Farhan serta photo - photo kebersamaan Ica dengan Farhan. Aland tersenyum tipis penuh arti.

"Next target hemm," gumam Aland, lalu menyobek photo- photo Farhan dengan Ica.

"You are just my mine Princess, tidak ada yang boleh memilikimu selain aku," tegas Aland.

Di sisi lain Ica bersama Steven sedang berjalan - jalan di salah satu mall, mereka menghabiskan waktu bersama setelah lamanya mereka tidak komunikasi satu sama lain.

Ica asik memakan ice krim rasa vanilla, sementara Steven memakan ice krim rasa cokelat. Mereka berdua memang sangat menyukai ice krim sejak dari kecil, jika mereka berdua jalan bersama pasti mereka akan menghabiskan waktu dengan memakan ice krim.

"Stev, kenapa sih lo nggak pernah pulang ke rumah? Mama kangen banget sama lo," ucap Ica sambil tetap memakan ice krimnya.

"Lo tahu alasan gue Ca, gue sudah bersumpah buat nggak pernah menginjakkan kaki di rumah itu," jawab Steven dingin.

"Sudah lama banget sejak peristiwa itu Stev, lo harus lupain semua itu," nasehat Ica.

"Lo nggak tahu rasanya Ca, di saat saudari kembar lo selalu ada dalam masalah. Dan itu semua karena kesalahan Papa, gue nggak bisa maafin dia," ungkap Steven.

Ica hanya mendesah kesal, ia memang tak bisa mengubah keputusan Steven yang itu. Bahkan Damian pun satu pemikiran dengan Steven, jadi Ica tidak bisa membujuk atau mengubah pemikiran Steven yang satu itu.

"Ca, lo bahagia sama Farhan?" tanya Steven tiba - tiba.

Ica mengangguk santai.

"Iya gue bahagia, seakan hidup gue kembali seperti dulu Stev. Farhan juga baik banget sama gue, lo nggak berniat misahin gue dari dia kan?" tanya Ica sambil menujuk Steven.

"Kalau dia bawa pengaruh baik buat lo, ngapain juga gue misahin kalian berdua. Gue cuma mau bawa Farhan 3 bulan jauh dari lo, hanya 3 bulan lo perlu menunggu Farhan," jawab Steven santai.

"Lo mau bawa Farhan kemana? Lo jangan macam - macam iho Stev," ucap Ica memperingati.

"Gue nggak akan macam - macam," gumam Steven.

"Satu macam doank," batin Steven senang.

Mereka berdua kembali berjalan - jalan di mall, namun  sejak tadi Steven merasa seseorang mengikuti mereka.

"Ca, gue ke toilet dulu ya, lo tunggu di sini," ucap Steven lalu berjalan ke arah toilet.

Namun setelah memastikan Ica tidak melihatnya lagi, Steven berjalan menuju ke arah orang yang mengikuti mereka dari belakang tadi.

Steven mengunci tangan lelaki itu, lalu memojokkannya ke dinding toilet.

"What do you want? Kenapa lo ngikuti gue sama Ica dari tadi, jangan anggap gue sebodoh itu sampai gue nggak tahu kalau lo ngikutin kita," desis Steven marah.

Steven merebut kamera yang di pegang lelaki itu, lalu menghapus semua photo- photonya dengan Ica yang di ambil lelaki itu.

Steven melihat tato elang di leher lelaki itu.

"Lo suruhannya Alland," gumam Steven sambil tersenyum sinis.

"Lo nggak akan lolos dari gue," lanjut Steven.

Steven langsung menelphone James dan menyuruh James untuk membawa lelaki itu bersamanya ke tempat biasa.

Setelah itu Steven kembali menyusul Ica yang sejak tadi menunggunya.

"Kok lama banget sih lo," gerutu Ica kesal.

"Sorry... Tadi rame toiletnya," kilah Steven.

Ica hanya percaya - percaya saja.

Malamnya seperti biasa Ica duduk di balkon kamarnya, ia sudah jarang melihat Fenly karena Fenly lebih sering menghabiskan waktunya dengan Dilla. Mereka sudah menjadi kekasih setelah Ica keluar dari rumah sakit, begitu pula dengan Ricky dan illa.

"Hai Ica," sapa Farhan, yang entah dari kapan sudah ada di balkon kamar Ica.

"Eh Bang Farhan, sejak kapan di sini?" tanya Ica bingung.

"Sejak kamu ngelamun tadi, kamu mikirin apa sih?" gemes Farhan, lalu mencubit kedua pipi Ica.

"Aku cuma mikirin kata - kata Steven tadi," gumam Ica.

"Yang Steven mau bawa aku selama 3 bulan jauh dari kamu?" tanya Farhan memastikan.

"Kamu tahu dari mana?" tanya Ica.

"Aku sudah di kasih tahu Steven tadi, katanya itu syarat buat aku biar bisa sama kamu terus," jawab Farhan santai.

"Kamu emangnya nggak masalah jauh dari aku selama 3 bulan?" tanya Ica sambil menatap Farhan.

"Nggak apa - apa kok, kan itu buat kebaikan kamu biar nantinya aku bisa jagain kamu," jawab Farhan sambil mengelus rambut Ica.

"Maksud kamu?" tanya Ica bingung.

"Nanti juga kamu tahu, tapi kamu harus janji sama aku. Kamu jangan pernah deket - deket sama cowok lain selain anak Un1ty dan kakak kamu, jangan jauh - jauh dari Steven," pinta Farhan.

"Kamu jadi posesive, tapi aku suka," ucap Ica lalu menyandarkan kepalanya di bahu Farhan.

"Anythink for you Ica, gue bakal lakuin pelatihan itu demi keselamatan lo nantinya. Waiting me Princess, i will back soon an d i will protec you," batin Farhan.




My Angel NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang