Chapter 3

113 17 2
                                    

Setelah makan malam itu. Ica, illa, dan Dila kembali ke kamarnya masing - masing.

Ica menatap pantulan dirinya di cermin, ia tersenyum saat meraba kalung di lehernya itu.

"Thank you Farhan," gumam Ica.

Tiba tiba hidung Ica mimisan, cepat - cepat ia mengambil tissue dan menyeka darah di hidungnya.

"Kayaknya gue kecapean deh," gumam Ica.

Lalu ia mengambil obat yang selalu ia simpan di meja riasnya, obat itu adalah obat yang selalu Ica minum setiap hari. Berkat itu lah Ica bisa bertahan hidup, meskipun ia tahu hidupnya tak lama lagi. Itu sebabnya keluarganya membolehkan Ica pindah ke Indonesia, dengan catatan membawa kedua sahabatnya. Keluarganya ingin Ica menghabiskan sisa - sisa waktunya di Indonesia, seperti permintaan Ica sejak dulu yang tak pernah di kabulkan oleh mereka.

Saat hendak menutup pintu balkon, sebuah suara nyanyian dan petikan gitar terdengar. Ica terdiam, ia mengurungkan niatnya untuk menutup pintu balkon. Ia melangkah menuju balkon, mencoba mencari sumber suara itu.

Ia menemukannya, Fenly sedang duduk sambil memainkan gitarnya dan bernyanyi.

"Hei Fen," sapa Ica sambil melambaikan tangannya.

Ica melompat dari balkonnya ke balkon Fenly, lalu duduk di sebelah Fenly.

"Astaga Ica, lo ngapain lompat kayak tadi. Kalau lo jatuh gimana coba," tegur Fenly khawatir.

"Buktinya gue nggak jatuh kan," Ica tersenyum menampilkan giginya yang putih.

"Kenapa lo belum tidur?" tanya Fenly bingung.

"Tadinya gue mau tidur, tapi pas gue mau tutup pintu balkon gue denger suara nyanyian lo," jawab Ica santai.

"Sorry ya, kalau gue ganggu. Gue lagi suntuk banget soalnya," Fenly menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Nggak kok, lo nggak ganggu. Eh Fen, nyanyiin lagu buat gue donk," pinta Ica.

Fenly tersenyum, lalu mengangguk mengiyakan.

Fenly mulai memainkan gitarnya, dan menyanyikan salah satu lagu Un1ty yang berjudul Pangeran Tidur.(*Sambil dengerin lagu Pangeran Tidur ya biar tambah feelnya, aku juga nulis ini sambil dengerin lagu itu:))

Fenly bernyanyi sambil menatap ke arah mata Ica, ia menyanyikan lagu ini seperti menyiratkan perasaan Fenly kepada Ica.

Ica tersenyum sambil bertepuk tangan, ketika Fenly mengakhiri nyanyiannya.

"Suara lo keren, bagus banget," gumam Ica takjub.

"Nggak ah, suara gue biasa saja kok," ucap Fenly mengelak.

Raut wajah Ica langsung berubah masam.

"Nggak usah insecure gitu Fen, gue tau kok buat lo sampai di Un1ty sekarang ini nggak langsung jadi Un1ty. Tapi group group, dan lo salah satu yang kepilih dan masuk ke Un1ty, itu nggak gampang iho Fen. Lo nggak boleh insecure gitu, gue nggak suka," jelas Ica kesal.

"Iya - iya Ca, gue nggak bakal insecure lagi kok," gumam Fenly.

"Lo sempurna Fen, jadi lo nggak boleh insecure gitu. Gue saja punya kekurangan tetap nggak insecure kok, lo beruntung iho Fen," ucap Ica sambil menepuk pundak Fenly.

"Memangnya apa kekurangan lo, lo kan cantik terus pintar juga. Lo punya kekurangan? Gue nggak yakin," ujar Fenly sambil menatap Ica bingung.

"Nanti juga lo tahu," gumam Ica.

"Sudah malam nih, mending lo balik ke kamar lo Ca. Terus tidur, soalnya gue lihat wajah lo pucat banget," ucap Fenly khawatir.

"Iya deh, gue balik ya Fen. Bye and good night," ucap Ica sambil mencubit kedua pipi Fenly.

My Angel NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang