14

4K 378 32
                                    

06 : 30 WIB

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

06 : 30 WIB

Triiingg Triiinggg

Tangan Guanlin menjangkau alarm diatas nakasnya. Ia membanting alarm-nya agar suara dering alarm tersebut tidak mengganggu tidurnya lalu ia kembali tertidur. Ia tak memperdulikan jam-nya yg sudah menunjukkan pukul 06 : 30. Dan lebih parahnya ia melupakan janjinya untuk menjemput Renjun.

 Dan lebih parahnya ia melupakan janjinya untuk menjemput Renjun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


06 : 50 WIB

Renjun berdiri di halte depan perumahannya. Ia bergerak gelisah sambil sesekali melihat jam tangannya.

Karena terlalu lama menunggu Guanlin yg tak datang-datang, akhirnya Renjun berlari menuju sekolahnya agar tak terlambat.

Tangan Renjun memegangi gerbang sekolahnya sambil terengah-engah. Jarak sekolah dan halte depan perumahannya memang hanya 2 km. Tapi itu sangat melelahkan bukan jika berlari.

Renjun kaget saat melihat ada guru BK-nya yg sudah berdiri didepannya sambil bersedekap dada. Renjun menatap takut-takut kearah pak Sehun--guru BK-nya.

“ pak. Tolong bukain gerbangnya ” suruh Sehun kepada satpam sekolah tersebut. Mingyu, satpam tersebut membukakan gerbang-nya.

“ Renjun, kenapa kamu telat? Kamu tidak pernah telat sebelumnya ” Renjun menunduk takut.

Terdengar suara helaan nafas Sehun yg begitu dalam. “ lari keliling lapangan 10 kali ” suruh Sehun dengan nada santainya tapi ekspresi wajahnya yg terlihat dingin membuat Renjun takut.

Renjun mengangguk patuh lalu berjalan menuju lapangan utama sekolahnya yg begitu luas. Ia menaruh tas-nya dibawah pohon rindang yg ada dipinggir lapangan. Renjun menghela nafas terlebih dahulu sebelum lari mengelilingi lapangan tersebut. Ia juga melakukan pemanasan ringan agar tubuhnya tidak kaget saat ia lari mengitari lapangan yg luasnya hampir sama dengan bandara, tapiii.... Nggak.

Tangan seseorang tiba-tiba menangkring(?) pada bahu kecil Renjun. Anak laki-laki tersebut mencoba menstabilkan nafasnya yg terengah-engah.

“ huhhhh... Njun-! ”

Hurt RoadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang