38. What if

4.2K 448 244
                                    

.

.

.

Author POV

Salah satu ruangan di Istana Saphire itu kini hanya diselimuti kesunyian malam. Setelah Jennette Margarita meninggalkan ruangan, tidak ada satupun di antara mereka berdua yang bersuara atau sekedar bertukar kata.

Ijekiel terdiam sambil menatap ke arah jendela yang tertutup. Langit malam di luar nampaknya sangat cerah sampai-sampai ia dapat melihat dengan jelas taman istana yang minim penerangan. Bahkan dari kejauhan dia dapat melihat hutan istana yang ia datangi setengah jam yang lalu.

Rasa khawatir menghinggapinya tatkala mengingat ada seseorang— tidak, dua orang yang mungkin masih berada di sana. Apakah Tuan Putri kedinginan berada di tempat terbuka seperti itu? Ijekiel harap semua akan baik-baik saja.

"Apakah Ayah akan mengabulkan permintaan Jennette?" Tanyanya memecah keheningan.

"Kita memang sudah tidak bisa menundanya lagi."

Ijekiel tercenung sejenak. "Bukankah sekarang masih terlalu cepat?"

"Terlalu cepat? Rencana awal kita dulu adalah ketika Jennette mendapatkan debutantte nya dua tahun lalu, tapi kita akhirnya menundanya karena ternyata Baginda kaisar begitu mengasihi Putri Athanasia lebih dari yang kita kira. Acara kali ini mungkin saja adalah satu-satunya kesempatan kita."

"Tapi kita masih belum tahu apakah Yang Mulia akan menerima Jennete atau tidak." Sanggah pemuda itu lagi.

Duke Alpheus menghela napas lantas menyandarkan tubuhnya pada kursi. "Kalau dia tidak bisa menerimanya dengan mudah, maka akan kita buat yang mulia mau tidak mau menerima Jennette di istana."

"Bagaimana caranya?"

"Sekarang adalah saat yang tepat. Para tamu dari berbagai kerajaan kini menghadiri acara terbesar dalam 10 tahun terakhir. Sekejam apapun kaisar itu, jika kita mengumumkannya ditengah pesta, ia tetap harus menjaga reputasi kekaisaran di hadapan kerajaan lain." Duke Alpheus memainkan pena di tangannya. "Coba bayangkan, seorang putri yang selama ini tidak diketahui muncul di hadapan seluruh bangsawan dan juga anggota kerajaan dari seluruh daratan. Mau tak mau Yang Mulia harus menerimanya di istana karena jika tidak, maka rasa percaya dan hubungan diplomatis ke kekaisaran pasti akan jatuh karena melihat hubungan anggota keluarga kekaisaran yang buruk."

Duke Alpheus bangun dari duduknya dan menghampiri Ijekiel yang tetap diam.

"Dengar, bukankah kau juga ingin Jennette bahagia? Kita tidak bisa mengurungnya terus-terusan di mansion kita. Sudah saatnya ia mendapatkan haknya sebagai seorang putri."

Tapi semuanya terasa begitu aneh. Ijekiel menatap ayahnya yang tersenyum tenang. Mata kelabu milik ayahnya bagaikan kehilangan cahaya dan terasa kosong.

"Apa ini sungguh keinginan Ayah?" tanya pemuda itu memastikan untuk terkahir kali. 

"Ini bukan tentang keinginanku, tapi keharusan yang harus kita ambil. Dan kau putraku, Ijekiel. Aku melakukan semua ini juga untuk masa depanmu, jangan lupakan itu."

Tidak, masa depan yang mereka inginkan tidaklah sama. Yang ada dihadapannya sekarang bukanlah sosok ayah yang selama ini ia kenal. 

Ijekiel menutup matanya dan berbalik. "Saya permisi untuk beristirahat. Selamat malam, Tuan Duke."

***

Athanasia POV

Beberapa hari berlalu sejak perjamuan makan malam. Istana semakin sibuk dengan persiapan turnamen dan juga menyambut para tamu yang terus berdatangan.

PRINCESS DIARY [SIBAP] NEW VERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang