40. Last Word?

3.7K 469 160
                                    

.

.

.

Author POV

Dari balik pintu kayu yang tingginya sekitar 3 meter itu, sorang pria dengan rambut hitam dan mata semerah mawar, Lucas, dapat mendengar sorakan yang bergemuruh di luar arena.

Jujur saja, dirinya sendiri tidak menyangka akan melakukan pertarungan konyol ini dalam hidupnya. Karena berbeda dengan pertarungan biasa, kali ini ia seakan menjadi boneka yang dipertontonkan untuk orang banyak sebagai hiburan mereka.

Tapi apa boleh buat, dia bukanlah seseorang yang akan menarik kembali ucapannya. Jadi khusus kali ini ia akan menghibur si kaisar menyebalkan itu sedikit.

Pintu yang begitu tinggi itu membuat ruangan tempat ia berada kini terasa sedikit gelap. Cahaya matahari hanya mampu menerobos melalui celah sempit di antara papan-papan yang terlihat kokoh. Di dekatnya, terdapat seorang penjaga yang ditugaskan untuk membukakan pintu untuknya. Pria yang nampaknya sudah berusia sekitar 40 tahunan dan hanyalah prajurit biasa itu tersenyum padanya.

"Saya tidak menyangka diberi kesempatan untuk bertemu anda dari jarak sedekat ini."

Lucas tersenyum kecil, "Yah, kurasa itu memang tak terelakkan," katanya. Lagipula ia memang tidak punya kepentingan sama sekali dengan sorang penjaga gerbang.

"Sebenarnya saya memiliki seorang putri, dia bilang pernah bertemu dengan anda dan Tuan Putri di sebuah pasar beberapa tahun lalu." Katanya lagi membuka obrolan namun Lucas hanya diam mendengarkan.

"Dia selalu memamerkannya dengan bangga. Katanya dia bertemu seorang ksatria dan juga kakak yang sangat cantik, saya baru tahu kalau itu adalah anda setelah istri saya bercerita."

Entah mengapa, cerita itu terdengar tidak begitu asing bagi Lucas. Tapi kapan ya? Ia tidak begitu ingat.

"Apa ada yang salah dengan itu?"

"Ah maafkan atas ucapan saya, saya tidak bermaksud mengganggu anda." Prajurit itu terlihat sedikit kelabakan namun wajahnya melembut ketika mengatakan kalimat selanjutnya. "Hanya saja ... saya ingin berterima kasih karena anda selalu mendampingi Tuan Putri hingga sekarang."

"..."

"Seluruh rakyat tentu menyadari betapa Yang Mulia Kaisar menyayangi Tuan Putri Athanasia. Karena itulah kekaisaran ini dapat hidup dengan damai dan makmur hingga sekarang. Dan rasanya mengetahui bahwa ada seseorang yang akan melindungi Tuan Putri kami yang berharga itu, kami merasa tidak perlu khawatir lagi jika terjadi sesuatu pada negeri ini."

Lucas tetap diam mendengarkan ucapan itu. Ia tidak tahu harus berkata apa. Dia bukanlah orang yang bersumpah akan melindungi Obelia dengan nyawanya. Ia tidak menjamin akan melakukan apapun untuk kekasaran ini. Karena pada nyatanya, jika saja Lucas terpaksa menghancurkan seluruh daratan demi melindungi Athanasia sekalipun, ia tidak akan berpikir dua kali untuk melakukannya.

Tapi biarlah rakyat berpikir seperti apa, Lucas tidak peduli pada hal itu.

TENG! TENG!

Lonceng berbunyi menandakan pertandingan akan segera di mulai. Sorakan di luar sana pun terdengar semakin keras.

Prajurit itu menarik tali tambang yang terhubung dengan pembuka pintu. Dengan senyuman yang tulus ia berkata, "Selamat bertarung Tuan Lucas, semoga langit berpihak pada anda."

Melangkah dengan tenang, Lucas bergumam kecil. "Aku tidak membutuhkan kehendak langit untuk ini."

WOOAAHH!!

KYAAA!!!

Di seberang sana, Lucas melihat sosok yang menggunakan armor mengkilat berjalan ke arahnya, lebih tepatnya ke tengah-tengah arena sama seperti dirinya.

PRINCESS DIARY [SIBAP] NEW VERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang