warning!
banyak kebacotan bertema politik.
.
.
.
Athanasia POV
Tiga hari telah berlalu sejak malam mengerikan itu dan sejak itu pula Lucas telah tertidur tanpa menunjukkan tanda-tanda ia akan terbangun.
"Bagimana keadaannya?" Tanyaku pada kakek menara yang hari ini juga datang untuk mengecek keadaan Lucas.
"Masih sama, mana di dalam tubuhnya benar-benar belum stabil tapi saya rasa tidak ada hal yang membahayakan. Maaf Tuan putri, untuk sementara memang hanya menunggu lah yang bisa kita lakukan."
Jawaban itu membuatku menghela napas. Aku mendekat dan menggenggam tangan Lucas yang terasa hangat. Tidak ada hal yang spesial dari keadaan Lucas sekarang. Selain tubuhnya yang terasa seperti seseorang yang terkena demam, ia benar-benar hanya tertidur layaknya tak terjadi apapun.
"Bisa Kakek jelaskan padaku lebih rinci?" Tanyaku. Aku mulai muak dengan perkataan ala dokter gadungan dalam drama televisi seperti ini.
"Hmm.. Bagaimana menjelaskannya. Tuan putri, bila saya umpamakan, mana dalam tubuh Tuan Lucas itu sangatlah banyak layaknya lautan—, tidak, mungkin samudra lebih tepat." Kakek itu bergumam sambil menyisir jenggotnya yang panjang. "Di samudra lepas tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi dan insiden kemarin bisa kita ibaratkan sebuah badai yang tengah mengamuk di sana."
"Ombak yang tinggi, angin yang bertiup kencang, air yang jatuh bagaikan bom yang dijatuhkan. Semua itu membuat permukaannya begitu tidak stabil. Dan saat semua itu terjadi yang bisa kita lakukan hanyalah mememberikan waktu bagi alam untuk mereda dengan sendirinya."
Dan ketika badai itu terjadi, maka Lucas harus menenggelamkan dirinya lebih dalam. Menyelam begitu dalam hingga ia tidak akan tersapu oleh ombak yang menerjang.
Di tempat yang begitu sepi dan gelap, tempat di mana sinar matahari tidak akan mampu menjangkau, apa kau membeku di bawah sana?
Malam itu, tepat setelah Lucas tak sadarkan diri di pangkuanku semuanya terasa bagaikan film lama yang terputar di depan mataku. Aku sama sekali tidak dapat berpikir ketika Claude membawaku dalam gendongannya. Yang saat itu bisa ku lakukan hanya menatap kosong pada tubuh Lucas yang dibawa ke tempat yang aman. Kemudian tak lama dari itu semua menjadi gelap aku tak mengingat apapun lagi.
Keesokan paginya aku menemukan diriku sudah terbaring di kamar dengan Lily yang duduk menemaniku sambil menangis. Semua orang terlihat kelelahan, nampaknya kekacauan itu benar-benar berdampak pada seluruh penguni istana mulai dari para maid hingga ksatria yang bertugas sekalipun karena sampai sekarang para tamu juga belum diizinkan untuk pulang dalam rangka penyelidikan lebih lanjut.
Claude datang ke kamarku dan menceritakan siapa pria berambut hitam itu. Ternyata dia adalah kakak Claude yang harusnya sekarang sudah mati, Anastacius. Ini benar-benar sulit untuk kumengerti. Selain sejarah tentang tirani Claude, Anastacius sama sekali tidak pernah disinggung dalam novel lovely princes. Sebenarnya apa yang terjadi setelah kata 'tamat' tertulis di novel itu? Bagaimana bisa dia kembali dari kematian dan tiba-tiba menyerang Lucas? Apa tujuannya?
"Bagaimana dengan penyelidikannya? Apakah ada kemajuan?" Tanyaku lagi.
"Jejak dari Yang Muli— maksud saya Anastacius sangatlah tipis, tapi kami berusaha semaksimal mungkin untuk melacaknya."
Anastacius berhasil menembus barier yang melindungi istana. Entah itu karena kemampuannya—yang kurasa sedikit tidak mungkin karena aku yakin barier buatan Lucas mustahil dilewati dengan mudah— atau karena dia memang tidak memiliki keinginan membunuh Claude ataupun aku karena itulah ia tidak terdeteksi oleh barier. Apapun alasannya, kini penjagaan telah diperketat sebaik mungkin untuk mencegah hal itu terulang kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCESS DIARY [SIBAP] NEW VER
FanfictionATHY X LUCAS Athanasia de Alger Obelia. Putri mahkota dan satu satunya di Kaisaran Obelia yang kini telah menginjak umur 15 tahun ini telah kembali ke istana setelah pelariannya dari sang ayah yang amnesia. Apa yang terjadi di kerajaan setelah Luc...