"mah aku pamit dulu, Assalamualaikum." Tari mencium punggung tangan Renata.
"Mau kemana?" Tanya Renata yang sedang di dapur bersama mbok Sasmi. Membantu menyiapkan makanan untuk nanti malam.
"Aku mau ke acara milad kemungkinan menginap mah, oh iya nih. Suratnya, maaf baru kasih tahu." Tari memberikan undangan tersebut pada Renata sebelum akhirnya pergi dari sana.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
Sekarang Tari sudah di pintu gerbang halaman rumah siap untuk pergi ke madrasah. Namun saat pintu gerbang di buka oleh satpam, mata tari membulat total melihat manusia yang ingin sekali dia musnahkan. Ya, dia memang kejam.
"Hy manis, berangkat bareng yuk."
Andre tersenyum sambil menaik turunkan alisnya. Tari hanya meringis"Ngapain kamu disini hah?"
"Jangan galak galak dong, tambah cantik tau."
Tari mendelik dan siap siap mengegas motor untuk segera pergi ke Madrasah. Tidak kuat menghadapi pria yang sangat tergila gila dengannya.
"ET, bentar dulu Napa. Kamu nebang bareng aku aja ya." Tawar Andre mengentikan aksi tari yang mau pergi begitu saja. Sekarang lihat saja, motor Andre menghalangi Tari untuk pergi.
"Gak mau, udah sana pergi!" Ketus Tari sebal.
"Nggak akan, aku nggak tega kalau sore sore gini kamu ke madrasah sendiri, aku takut kamu kenapa Napa." Rintah Andre akhirnya.
"Beneran? Kamu takut aku kenapa Napa?"
Andre segera mengaguk lemas.
"Ya sudah kamu pergi Ar." Sontak Tari menutup mulut, sampai dia telur tepuk. Bagaimana bisa dia akan mengatakan nama Aryan di depan Andre, sangat tidak masuk akal.
Dahi Andre berkerut. "Ar? Kok Ar sih?"
Tari menepuk nepuk jidat, setelah itu meringis ke arah Andre. "Hii, maksud aku, itu em iya anu Ar itu, ya dia Ar Ar Arimbi, iya iya Arimbi." Tari meringis karena Andre menyipitkan mata seperti sedang curiga padanya.
"Bener kan Arimbi bukan Aryan?" Kini Wajah Andre berubah seraya menatap tari tanpa berkedip.
Tari menelan ludah dirinya bak tersambar petir sekarang. Segera dia mengangguk cepat, detak jantungnya terasa mau lompat. Dalam hati dia berdoa semoga Andre percaya.
"Assalamualaikum tar, yuk berangkat."
Tari bernapas lega, saat Arimbi melintas di depan jalan. Dan sebenarnya mereka mereka sudah janjian berangkat bersama.
Tari tersenyum penuh kemenangan. Sedang Andre melihat Arimbi. Andre menggeleng menghilangkan rasa curiganya.
"Waalaikumussalam, Ayuk." Tari menyalakan motor.
" Ndre, duluan ya Assalamualaikum."
Andre masih terdiam, dia merasa aneh dengan sang pujaan hati. "aneh, nggak nggak boleh tari nggak boleh sampai suka sama Aryan."
Lalu Andre segera menyusul mereka berdua.
•••
Setelah sampai diparkiran, kejadian tadi sangat membuat Tari merasa aneh dengan dirinya sendiri. Bisa bisanya dia hampir saja menyebut nama Aryan.
"Kenapa aku nyebut nama Aryan, aduh tari jangan sampai kamu." Batin Tari segera menggeleng mengusir pikiran liarnya.
"Tar kamu kenapa? Kon geleng geleng."
Sontak tari melihat Arimbi,"nggak nggak papa." Tari meringis.
"Kirain kenapa? Tadi geleng geleng kepala kaya orang kesurupan." Ceplos Arimbi.
Tari melotot dan siap mendaratkan tonjolan buat Arimbi.
"Nggak bercanda kok." Arimbi meringis sambil jarinya membentuk peach.
Saat Tari dan Arimbi hendak berlalu, Tari melihat Airin dan satu temannya Fatimah. Mereka berpapasan tapi tidak saling sapa, toh memang tidak saling kenal. Tapi anehnya Arimbi tersenyum ke arah mereka, berbeda dengan Tari yang menatap baju Airin dengan seksama.
"Dasar anak jaman sekarang, pakai jilbab aja nggak becus, yang bener tuh aku. Pakai jilbab syar'i sesuai syariat. dasar." Batin Tari memuji diri. Membandingkan Airin yang memakai Hem panjang sampai lutut, celana jins dan jilbab dia sampaikan ke bahu kanan kiri. Dan tari memakai gamis dan jilbab syar'i.
Tari terus berjalan tanpa memperhatikan sekitar, dia menggeleng heran melihat pakaian perempuan berjilbab merah tersebut. Sedang Arimbi lebih memilih menemui mereka untuk sekedar bersalaman, Tari hanya nyengir kuda memperhatikan mereka.
Brukk.
Mata Tari membulat saat tidak sengaja menabrak pria bertubuh jangkung itu yang kini sedang kerepotan membawa beberapa buku dan akhirnya jatuh karena kecerobohannya.
"Em maaf Ar, aku nggak sengaja."
Pria bertubuh jangkung yang dipanggil Aryan itu hanya menatap sekilas lalu lebih memilih memungut buku penting yang sudah jatuh berserakan.
"Biar aku bantu."
Tari akhirnya lebih memilih membantu Aryan sampai semua buku tertata rapi ditangan Aryan kembali.
"Sekali lagi aku minta maaf Ar, aku bener bener nggak sengaja tadi."
Demi apa, Aryan hanya menatap Tari sambil tersenyum tipis. Tatapan mata indah milik Aryan membuat perempuan berwajah manis itu terkunci beberapa detik.
"Heh heh heh, apa apaan ini."
Mata Tari mengerjap tersentak kaget, lalu memutar bola mata malas saat melihat pria hitam manis itu tiba tiba berada ditengah tengah mereka.
"Aduh Tari, pujaan hatiku kamu itu harus jaga mata, jaga hati cuma buat aku, kamu nggak boleh ya bertatap sama Aryan. Apalagi kalau sampai zina mata."
"Kamu tahu kan didalam Islam kita nggak boleh menatap seseorang yang bukan mahram seperti tadi, aku nggak rela kalau kamu suka sama Aryan dan kamu Aryan suka sama Tari."
Tari memasang wajah jengah sedang Aryan menghembuskan napas. Entahlan tiba tiba mereka berdua dengan kompaknya pergi meninggalkan Andre seorang diri.
"Kalian berdua mau kemana? Tari Aryan hey."
Tanpa mereka berdua hiraukan, Tari lebih memilih menemui Arimbi sedang Aryan mengantar buku buka pesanan Bu Siska.
•••
Jika ada kritik saran, silahkan sampaikan. Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Btari Indraswari ✓ [SELESAI]
JugendliteraturBtari Indraswari gadis manis keturunan Jawa betawi yang harus merasakan kehidupan monoton lantaran kehidupan keluarganya tidak pernah baik. Dia setuju jika ada yang mengatakan jika harta tidak selalu membuat bahagia, melainkan hati yang tenang dan t...