23. Allah Itu Maha Adil

9 2 0
                                    

"Terimakasih bapak dan nak Aryan sudah menolong pak Reyhan." Riva tersenyum.

"Sama sama ini sudah kewajiban sesama manusia untuk saling tolong menolong."

Tak selang lama Renata dan John datang, tersira rasa kesedihan mendalam Renata.

"Bagaimana keadaan Reyhan Riva?"

"Masih belum sadarkan diri." Riva tertunduk.

Renata membungkam mulutnya, matanya mulai berkaca-kaca. Rasa sakit mulai menyerang hatinya.

"Mama." Terima tari menyita perhatian semua orang yang ada disana.

Segera tari berhambur memeluk Renaa, dia benar benar terpikir mendengar kabar Reyhan kecelakaan.

"Ma papah ma." Isak tari mendapat tatapan iba dari dua pria yang selalu memperhatikan tari semejank dia datang, iya Aryan dan Riva.

"Maafkan mama nak " Renata mengelus punggung anaknya halus.

Tari memejamkan mata, air mata yang dikeluarkan begitu deras hingga saat dia membuka mata dia melihat sosok pria yang menurutnya ada pria paling biadab.

"Kamu."

Sontak Renata melepas pelukan, suasan kembali hening saat tari menjauh dari Renata dan berjalan menemui John yang diam tertunduk.

"Ngapain kamu disini? Gara gara kamu papah saya kecelakaan, gara gara hubungan mama dan papa renggang, apa kurang puas anda membuat saya menderita " tangis tari pecah,

"Tari tenanglah nak,"

Tari menatap kecut mamanya, "Tenang? Mama bilang tenang, gara gara dia mah semua jadi seperti ini hiks hiks."

Karena tidak ingin melihat John tari memutuskan untuk pergi dari John. Dia berlari menghiraukan semua orang yang ingin menahannya.

Tari berlari seorang diri, semua orang tidak ada yang mengejarnya. Perasaan tari sangat kecewa jika Renata masih bersama John.

"Apa kurang mah, kenapa Mama masih dengan pria brengsek itu."

Sekarang tari berlari menuju musholla kecil, dia ingin mengadu semuanya kepada Allah. Dia ingin keadilan dari yang Maha Kuasa.

"Ya Rohman ya Rohim engkau maha pemurah lagi maha penyayang

Engakj sebaik sebaik rencana kehidupan, engkau membuat takdir manusia begitu indah sampai hamba tidak bisa berkata apa apa karena takjub dengan recanamu.

Ya Allah kenapa? Kenapa? Engkau selalu membuat hamba menderita, mengapa engkau selalu saja membuat hamba menangis? Kenapa ya Allah.

Apa dosa hamba begitu besar sampai engkau menghukum hamba seperti ini, bagaimana hamba bisa bersyukur jika tidak ada nikmat yang berhasil membuat hamba bersyukur.

Kenapa? Engkau seperti tidak adil ya Allah kenapa?"

Tari terisak, kesehatan mental tari sekarang sangat lemah tidak berdaya lagi, hatinya hancur sudah berkeping keping mungkin sudah menjadi debu, saking hancur nya, ia menahan rasa sakit dan perih didada yang menyerangnya.

"Allah itu maha adil, namun terkadang manusia lalai. Kurang bersyukur atas nikmat yang diberikannya."

Suara itu seketika menyita perhatian tari, menyeka air mata dan mendongak

"Aryan." Pekik tari dia merubah posisi persis di hadapan Aryan.

Aryan duduk berhadapan dengan tari. Pria itu mencoba tersenyum.
Dia dapat merasakan kesedihan yang begitu mendalam sudah menimoa tari saat ini.

"Aku tahu perasaan kamu hancur, hidupmu seperti tidak adil padamu. Iya, itu jika kamu hanya melihat hidupmu tapi cobalah menengok kebelakang, banyak anak yatim piatu diluar sana, banyak anak jalanan, banyak orang yang nggak punya tempat tinggal dan masih banyak lagi

Dan kamu merasa tidak adil? Itu adalah kesalahan besar yang dilakukan oleh hamba yang kurang bersyukur, kamu boleh menangis tapi jangan pernah mengalahkan Allah, Allah sebaik baik rencana, kamu boleh kesal tapi harus ingat disetiap kesulitan ada kemudahan, ada hikmah dibalik musibah. Kamu tahu kan bagaimana kisah Nabi Muhammad dari mulai dalam kandungan sudah diberi ujian kehilangan sang ayah lalu sang ibu, dan bagaimana beliau memperjuangkan dakwah yang tidak mudah, ingat juga kisah kisah para nabi yang melewati ujian, seharusnya kita bisa mencontoh mereka supaya tidak mudah putus asa, semua orang punya ujian masing masing."

"Tar, kamu harus yakin bukan hanya kamu yang mengalami ujian berat, setiap makhluk pasti demikian, tinggal bagaimana kita bisa menyikapi ujian tersebut. Dengan sabar atau putus harapan."

"Makasih Ar, kamu benar aku belum bisa menerima ujian ini, pikiranku sempit sekali." Tari berlalu dari masjid tidak sengaja berpapasan dengan Riva.

"Banyak banyak istigfar Tar."

Tari mencoba tersenyum tegar, ada rasa nyaman saat dirinya bisa didekat Aryan seperti sekarang ini.

•••

Riva menatap punggung tari semakin mengecil saat gadis manis itu memutuskan untuk menemui Papanya yang terbaring di ranjang pesakitan, lalu beralih melihat Aryan yang juga akan pergi.

"Tunggu."

"Iya."

Riva berjalan dan berdiri sejajar dengan Aryan. "Apa yang membuat anda bersikap sangat baik padanya, pada tari maksud saya?"

Bukan hanya sekali, Riva sering melihat Aryan membantu Tari saat gadis itu dalam kesulitan. Perintah Reyhan untuk selalu mengawasi Tari membuatnya tau betul kehidupan Tari diluar sana.

Alis Aryan bertautan, "Maksud kaka apa ya?"

"Em, maaf sebelumnya. Saya adalah orang suruhan pak Reyhan untuk selalu mengawasi Tari, jika tari ada masalah atau apa, saya bisa membantu. Tapi, sepertinya anda selalu membantu dirinya."

Aryan tersenyum, ya dia memang sering berbuat baik pada Tari. "Sebagai sesama manusia memang seharusnya begitu, saling tolong menolong."

"Hanya saja, Saya sedih jika melihat teman saya menangis, saya tidak bisa membiarkan tari larut dalam kesedihan yang membuat hati saya ikut teriris."

Jawaban Riva seketika mampu menghipnotisnya, dia mendengar ucapan Aryan seperti sangat tulus terlihat dari mata Aryan yang ikut berkaca kaca.

"Apa kamu mencintainya?"

Deg.

•••

Btari Indraswari ✓ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang