"Jadi apa kalian bisa menjelaskan alasan kalian melakukan perbuatan haram itu?"
Bu Siska bermonolog sambil melihat mereka bergantian. Tari diam menatap tajam ke arah Bu Siska tanpa ada rasa ragu sedikitpun, sedang Aryan tertunduk tidak mengerti bagaimana kejadian ini bisa terjadi. Dan yah, dia hanya bisa memastikan ini adalah kecelakaan sekaligus kesalahpahaman.
"Harus dengan alasan apa saya melakukan perbuatan itu Bu? dan buat apa saya melakukan hal serendah itu?" Tanya Tari kenapa mereka semua menuduh dirinya sudah melakukan zina.
"Semua orang sudah melihat kejadian itu, dan kamu sendiri sudah tertangkap basah, untuk apa kamu berusaha mempertahan ketidakbenaran ini? Saya paham bagaimana jadi remaja saat dimabuk cinta, tapi bukan seperti ini caranya, berpacaran di Masjid, apa kamu tidak malu?"
Napas Tari naik turun tenggorokan tercekat menyerang, jika saja dia tidak memakai jilbab sudah pasti urat nadi akan terlihat, matanya menatap tajam tersirat rasa amarah disana. Tidak terima merasa harga dirinya sudah dijatuhkan.
"Bu, saya tidak terima ibu bicara serendah itu pada saya Bu. Saya berkata benar saya tidak melakukan hal itu Bu, saya tidak mungkin melakukan perbuatan haram itu Bu, untuk apa saya melakukan itu semua? Dan hati saya sakit Bu." Tari menyentuh dadanya sendiri, tanpa dia sadari air seperti embun jatuh dari pelupuk matanya.
"Hati saya sakit saat ibu kira saya tidak merasa malu melakukan hal serendah itu dihadapan Allah, Bu, asal ibu tahu, apa yang ibu lihat belum tentu terbukti benar, mata iya mata ini." Tari menunjuk matanya sendiri yang sudah berlinangan air mata.
"Mata bisa menipu segalanya tapi tidak dengan hati." Tari menoleh ke arah Aryan yang hanya diam membisu tanpa melakukan pembelaan.
"Dan saya tegaskan saya tidak melakukan tindakan serendah itu Bu, saya sayang sama papa mama, saya tidak mungkin menjerumuskan mereka ke neraka karena saya melakukan hal serendah ini Bu, saya masih punya harga diri."
Mata Tari terpejam membiarkan bulir air matanya bisa lolos dengan mudah, hatinya tergores oleh ucapan Bu Siska, apa dia tidak malu? Dalam hati dia beristighfar, jadi apa fungsi salah satu jilbab jika bukan untuk melindungi diri?
Hati Aryan tersentak melihat Tari mengatakan hal seperti tadi. Hatinya sedikit terluka tidak tega melihat Tari menangis seperti sekarang sedang Bu Siska hanya terdiam.
"Maaf Bu, saya dan Tari bicara apa adanya. Saya tidak punya hubungan apa apa apalagi pacaran, ini hanya kesalahanpahaman saja Bu hanya kecelakaan, Tari jatuh dan mengenai saya."
"Halah maling mana ada yang mau ngaku."
Sontak semua orang beralih ke arah sumber suara tak kecuali Tari yang kini sedang menghapus air matanya.
Yah, perempuan cantik bertubuh tinggi dengan santai merasa tidak bersalah karena sudah melakukan tuduhan ini sedang berjalan ditemani 2 temannya menuju ke arah mereka bertiga, lebih tepatnya ke arah meja kebesaran Bu Siska diruang BK.
Tari menatap sengit ke arah Alana, yah nama perempuan berkulit putih itu adalah Alana.
"Bu, apa masih kurang bukti yang kuat jika mereka tidak bersalah. Semua sudah jelas, semua orang melihat dan ibu, bukankah Bu Siska melihat dengan mata kepala ibu sendiri, Tari dan Aryan melakukan hal terlarang itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Btari Indraswari ✓ [SELESAI]
Novela JuvenilBtari Indraswari gadis manis keturunan Jawa betawi yang harus merasakan kehidupan monoton lantaran kehidupan keluarganya tidak pernah baik. Dia setuju jika ada yang mengatakan jika harta tidak selalu membuat bahagia, melainkan hati yang tenang dan t...