"Mama, dia siapa ma?"
Dengan nada lirih Tari bertanya, ekor mata mulai memanas kala melihat pria tidak dikenal sedang menggenggam tangan Renata.Renata dan pria berkemeja biru muda membulatkan mata terkejut tak kala melihat Tari berdiri dengan raut wajah sedih tak tertahan air matanya kini lolos begitu saja. Tidak seperti biasanya wanita manis itu menangis seperti sekarang karena bisanya dia tetap bersikap tegas.
"Ta tari, mama em." Renata menatap kekasihnya sementara sebelum menatap Tari kembali. Kini dengan senyuman kala menatap mencoba memberikan energi positif.
Cairan bening itu terus saja keluar dari pelupuk matanya, tidak bisa menahan tangannya mengepal sambil terus menatap tajam ke arah mamanya. "Dia siapa mah?" Kembali bertanya dengan lirih, mencoba bersabar walau dalam hati penuh amarah.
Renata berdiri diikuti oleh pria yang diketahui bernama John itu lalu Nafis hanya menatap penuh pertanyaan, tidak mengerti dengan mereka semua.
Kini Renata berjalan menemui Tari yang masih mematung, mencoba tersenyum sambil menyentuh bahu anaknya mencoba menetralisir rasa sedih anaknya.
"Dia temen mama sayang," jawab Renata sambil menangkap wajah Tari menatap kedua mata anaknya penuh kasih sayang.
"Apa? Kenapa kamu berbohong kalau sebenarnya saya adalah kekasih kamu Renata,"
Seketika jantung Renata seakan berhenti, tangannya gemetar saat menyingkir dari wajah anaknya yang kini menatap tajam penuh pertanyaan, mata Tari terpejam agar cairan bening itu mudah lolos.
"Jadi bener apa yang dibilang mba Hani? Ma mama selingkuh? Iya? Jawab mah?" Nada bicara Tari naik satu oktaf diakhir kalimat, melihat mamanya mengalihkan wajah dari mereka semua sudah menjadi jawabab untuk dia percaya dengan ucapan Hani kala itu.
Renata segera mengeleng lalu mencoba meraih tangan Tari, sayang anaknya enggan menerima. "Sayang, percaya sama mama. Ini adalah yang terbaik buat kamu sayang, om John iya. Dia memang kekasih mama, mungkin kamu belum bisa nerima tapi mama yakin suatu saat kamu bisa menerima om John sebagai papa kamu." Kini Renata mencoba tersenyum.
Begitupun dengan John yang ikut tersenyum ke arah Tari, namun ditolak lantaran air matanya terus saja jatuh sambil membuang muka ke arah lain. Kini dada Tari begitu sesak mendengar penjelasan Renata, bagaimana mereka bisa tega berbuat ini pada anaknya sendiri.
Tari mencoba menarik napas dalam dalam saat ingin menatap mereka semua kembali saat akhirnya mata itu hanya terfokus melihat wanita yang sudah melahirkan dia ke dunia yang menurutnya penuh derita ini.
Tanpa berkedip dia menatap Renata, begitupun Renata menatap anak pertamanya penuh kasih sayang.
"Mah, aku nggak pernah meminta apapun dari mama ataupun papa kecuali satu." Ucapan Tari terjeda mehanan sakit karena tenggorokan terasa begitu tercekat.
"Aku hanya ingin kalian berdua bahagia, itu saja mah. Aku nggak butuh yang terbaik jika aku sudah bisa mendapat yang baik mah. Asal mama tahu, aku iya aku mah hiks hiks." Tari kembali menangis tidak tahan melihat Renata, dia sangat menyayangi mamanya tapi kenapa bisa tega berbuat ini padanya.
"Nak."
"A a aku hanya ingin melihat kalian berdua bersatu mah, bagiku kebahagian adalah yang paling penting. Aku nggak butuh yang lain kecuali mama bisa bersatu dengan papa mah, itu saja."
Renata tertunduk sedang Tari menghapus air mata, kini Arimbi yang sedari tadi hanya diam menyentuh bahu temannya, sang empu mendongak lalu tersenyum walau dihati ditusuk seribu duri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Btari Indraswari ✓ [SELESAI]
Teen FictionBtari Indraswari gadis manis keturunan Jawa betawi yang harus merasakan kehidupan monoton lantaran kehidupan keluarganya tidak pernah baik. Dia setuju jika ada yang mengatakan jika harta tidak selalu membuat bahagia, melainkan hati yang tenang dan t...