Pernah gak sih suatu hari, kamu pergi ke suatu tempat dimana banyak sekali orang berlalu lalang, bergaya sangat modis, dengan wajah yang super mulus dan glowing, body goals dan pake barang - barang yang bisa dibilang merk-nya udah bukan kw kw an lagi. terus tiba - tiba kamu bilang gini,
"apalah dayaku yang cuman remahan rengginang ini?"
Atau kata - kata lainnya yang kurang lebih seperti itu.
Lalu,
Kamu bersikap seolah menutup diri dan berusaha untuk gak liat penampilan mereka supaya diri kamu gak insecure.
Dan pernah gak sih kamu mikir, "aku bisa gak ya kayak mereka?"
Juga secara tidak langsung kamu pun lupa bersyukur.
Kamu yang bisa hidup tanpa membandingkan diri dengan orang lain, aku bangga dan aku ingin belajar dari kamu.
Meski di waktu - waktu tertentu kita merasa hal tersebut sebenernya gak perlu untuk dibandingin, tapi aku yakin mungkin 0,5 persen dari 100 persennya hidupmu adalah tentang perbandingan.
Contoh,
"kok dia cepet banget ya nyelesain soal matematikanya, sementara aku daritadi cuman bisanya ngantukan mulu, boro boro ngerjain."
"kok dia bisa ya gampang punya pacar, sementara aku cuman jomblo jomblo aja."
"kok dia bisa ya punya banyak temen, sementara aku kayaknya nyari temen satu aja susah."
"kok dia keliatan bahagia banget ya setiap hari ketawa bareng sama keluarga, sementara aku tiap hari denger orang tua ribut mulu."
Aku gak tau apakah kamu mungkin pernah mengalami situasi itu atau tidak,
Tapi perbandingan itu selalu ada kan?
Dan apakah itu negatif?
Kamu pernah mikir gak sih membandingkan itu ada sisi positifnya juga, salah satunya adalah sebagai bahan acuan agar kita lebih baik lagi.
Dan tergantung kita gimana mikirnya.
Bisa aja jadi gini,
"kok dia cepet banget ya ngerjain soal matematikanya, aku juga harus bisa nih."
"kok dia bisa ya gampang punya pacar, apa aku harus perbaikin diri dulu, biar ada yang mau sama aku. Iya, pokoknya harus lebih baik lagi."
"kok dia bisa ya punya temen banyak, kayaknya aku harus lebih humble sama orang, biar mereka mau deket dan temenan sama aku."
"kok dia keliatan bahagia banget ya setiap hari ketawa bareng sama keluarga, oh mungkin dia gak mau nunjukkin kesedihannya sama orang - orang kali ya. Toh kalo kita bagiin kebahagiaan kita, pasti hal - hal positif itu akan sampai pada siapapun yang melihatnya."
Mulai sekarang, memang harusnya kita tidak boleh menjawab pertanyaan dengan pertanyaan lagi yang pada akhirnya malah emosi dan bukan intropeksi.
Coba mulai tanyakan pada diri kita, apa yang sebenarnya kita bandingkan? Apakah kebaikan atau malah sebaliknya?
Jika kita pikir itu hanya membuat kita semakin terpuruk, lebih baik jalani saja hidup se-apa adanya mungkin, toh tak semua orang hidupnya lebih baik dari kita. Sebenarnya kita sama, tergantung bagaimana cara kita menunjukkannya saja. Semua sudah punya porsinya masing - masing. Tak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Semuanya hanya tentang situasi.
Lagi pula tak ada banyak yang perlu kita bandingkan, selain membandingkan diri dengan orang yang ketakwaan kepada-Nya lebih tinggi dari kita. Dia yang sangat sungguh - sungguh mencintai penciptanya daripada kita, perlu kita jadikan kaca perbandingan untuk kita yang masih gini - gini aja.
Aku masih belum baik, kamu mungkin yang sebenarnya baik. Aku masih ingin banyak belajar dari kamu yang sebenarnya masih menyimpan banyak pelajaran. Semoga kita dapat selalu bertukar pikiran.
---
Bukan dari daftar musik, hanya sedikit cerita dari sesuatu yang kadang masih menjadi usik.
Bersyukur untuk setiap keadaan, semoga kita tetap semangat dengan banyaknya alur kehidupan yang masih harus kita cicipi rasa - rasa tersembunyinya.
Tetap sehat, meski tak banyak rehat.
Semoga kita semua selalu bahagia.
Untuk kamu, aku, dan orang - orang di sekitar kita
Xoxo<3
###
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYLIST
RandomLagu mana yang kamu suka di daftar putar favoritmu? Seberapa relate-kah lagu itu dengan kisah hidupmu? Yang saya tau, musik adalah melodi yang telah ditata secara beraturan dan hasilnya indah. Sedangkan hidup adalah rangkaian notasi tak beraturan da...