Inalillahi wainna ilahiraji'un.
Hari ini, salah satu orang baik telah pulang lagi. Dan entah mengapa, ada dorongan di hatiku untuk mengenangnya dalam tulisan ini.
Dia bukan kerabat kandungku, bukan juga saudara sedarahku. Tapi rumahnya ada disebelah kanan depan rumahku. Ia yang sudah kuanggap saudara.
Bisa dibilang, ia seumuran dengan ayahku. Dan siapa yang tau, hatiku selalu bahagia ketika sesekali berpapasan dengannya. Orang yang ceria, dan selalu menciptakan tawa setiap orang yang melihatnya.
Entah mengapa, aku merasa kehilangannya sama seperti aku telah kehilangan sosok ayahku sendiri. Kami tidak begitu dekat, tapi hatiku merasa terikat.
"teh merlin," katanya lembut.
Lalu setelahnya ia melontarkan candaan yang membuat bibirku seketika terkekeh.
Sejak kecil, ia juga adalah penghibur terbaikku. Ia seolah menyayangi siapapun anak kecil yang singgah kerumahnya. Ia dan keluarganya adalah orang baik. Seringkali kulihat, ujian menimpa keluarga kecil mereka. Lalu kulihat mereka selalu tegar, saling menggenggam tangan satu sama lain sambil mengeratkannya bersama. Kini satu genggaman itu telah lepas, penghibur bagi semua yang gundah, pelipur bagi siapapun yang pikirannya sedang kabur. Meninggalkan istri dan ketiga anaknya, kupikir adalah hal yang berat. Tapi siapapun tak pernah bisa mengelak tentang kapan hari kita berhenti. Berhenti berlari, menuju tempat pulang sesungguhnya.
Selamat jalan Bapak baik,
Akan selalu kuingat senyum indah dan candamu.
Siapapun yang pernah kau buat tersenyum, jelas tak akan pernah menyesal pernah bersua denganmu. Kami hanya menyesal, tak akan pernah lagi menikmati candamu.
----
Yang kurasakan, berpisah saja sudah cukup menyakitkan, apalagi kehilangan.
##27521##
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYLIST
RandomLagu mana yang kamu suka di daftar putar favoritmu? Seberapa relate-kah lagu itu dengan kisah hidupmu? Yang saya tau, musik adalah melodi yang telah ditata secara beraturan dan hasilnya indah. Sedangkan hidup adalah rangkaian notasi tak beraturan da...