[PWM] 01'Bertemu

196K 14K 460
                                    

Happy reading.
Don't forget to vote Dan comment dear.
💕
°°°

Perempuan itu mengerang dan sedikit merasa terganggu saat cahaya terik yang entah dari mana seperti memaksa masuk ke dalam kelopak matanya.

Kemudian Elina mulai membuka matanya perlahan, pandangannya sedikit memblur dan setelah beberapa kali mengedipkan mata pengelihatan perempuan itu kembali cerah, hal yang pertama kali dilihatnya adalah langit langit kamar berwarna putih yang tampak sangat luas, dengan sebuah lampu besar yang sepertinya membuat cahaya terlalu terang, lalu perempuan itu memaksakan diri untuk terbangun dari tidurnya.

Dengan bersusah payah Elina mengangkat kepala, dia merasa sangat pusing. Kepalanya terasa berat dan sekarang dia malah merasa mual.

Saat sudah setengah sadar, Elina menengadahkan pandangan mengelilingi kamar yang sekarang dia tempati, tidak pernah dia melihat kamar seluas ini, bahkan kontrakannya dirasa jauh lebih kecil dari kamar ini, sungguh.

"Nyonya sudah bangun?"

"Apa nyonya baik-baik saja?"

Elina terkejut setengah mati karena tidak menyadari sedari tadi ada dua orang wanita yang berdiri di samping tempat tidur berukuran besar ini, kedua perempuan itu sepertinya berumur lebih tua dari Elina dan mereka mengenakan baju yang mirip seperti seragam dengan warna senada.

"Saya panggilkan tuan dulu." Salah satu dari mereka membungkukkan tubuh 90° dan berlalu pergi. Meninggalkan Elina dan kebingungannya.

"Apa nyonya ingin minum? Akan saya ambilkan." Salah seorang yang tertinggal menanyai Elina dengan sedikit membungkuk agar dapat melihat wajah Elina.

"Nyonya?" tanya Elina bingung sambil menunjuk dirinya sendiri. Tentu saja, siapa pun akan bingung jika hal ini tiba-tiba terjadi pada dirinya.

Elina sungguh tak mengerti mengapa dari tadi dirinya dipanggil Nyonya, apa sekarang dia sudah berada di surga? Tuhan sepertinya benar-benar akan memberinya hidup tenang setelah kematian.

Ceklek.

Pintu terbuka menampilkan seseorang dengan tubuh tinggi berpakaian baju tidur yang terbuat dari kain satin yang tampak berkilau saat memantulkan cahaya terang yang dihasilkan dari lampu besar di atas sana mulai melangkah masuk, membuat wanita yang terlihat seperti pelayan itu membungkuk lalu langsung keluar dari kamar ini, menunggalkan Elina yang untuk kesekian kalinya tampak kebingungan.

Elina menggaruk hidungnya yang tak gatal, dia tidak tau harus berekspresi seperti apa atau melakukan hal apa.

"Hai, apa kamu baik-baik saja?" Laki-laki itu mendudukkan dirinya di pinggir tempat tidur, membuat wajahnya sekarang terlihat jelas oleh Elina.

Jantung Elina berdegup sangat kencang saat kedua mata kelam laki-laki itu menatapnya dengan tatapan teduh (?) entahlah, teduh atau mungkin mata mengantuk yang dipadu dengan wajah indah, yang jelas Elina terpesona.

Sangat tampan dan menawan dengan garis dagu yang begitu indahnya, rahang kokoh dan pipi tirus laki-laki itu seperti menghipnotis Elina, belum lagi surai lebat laki-laki itu yang terlihat berantakan namun entah mengapa malah menambah kesan maskulin.

"Anda siapa?" Tanya Elina gugup.

Seolah tak menggubris pertanyaan Elina, "Apa aku perlu menikahi mu, atau kamu hanya perlu melahirkan anak itu," ujar pria itu sambil menunjuk perut rata Elina.

Elina menaikkan sebelah alisnya bingung, bicara apa si tampan dihadapannya ini?

Diam beberapa saat, keheningan di dalam kamar itu membuat sang pria mendesah tertahan.

"Sebenarnya sekarang anda sedang berbicara apa?" Elina mencoba bertanya karena sekarang tatapan laki-laki itu membuatnya merasa seperti diintrogasi, Elina melupakan fakta bahwa dirinya sedang diculik.

"Anak ku," Lanjut laki-laki itu.

"Hah?"

"Anak ku dan anak mu, yang sekarang kamu kandung."

"Pfffftt, HAHAHA." Sialnya Elina tidak dapat menahan tawanya, kasihan sekali laki-laki tampan ini. Percuma tampan jika kejiwaannya terserang, bagaimana Elina bisa hamil jika dia saja masih perawan hingga detik ini.

Elina masih tertawa geli seraya memukul-mukul sebuah bantal di sekitarnya saat itu, jika laki-laki itu berada dekat dengannya saat ini, mungkin Elina akan memukulnya juga. Elina merasa lucu saja, dia sempat merasa terpesona oleh seseorang yang psikisnya sedang terganggu.

"Apanya yang lucu?" pria tampan itu menatap Elina dengan tatapan dinginnya, sekarang sudah terlihat tidak bersahabat.

Elina langsung menghentikan tawanya, lalu melihat ke sekeliling mencoba tidak menatap mata menyeramkan milik pria itu. Walau wajahnya bisa saja menjadi candu. Hei, Elina sedang dimarahi orang gila, siapa yang tidak jadi takut.

"Elina, lihat ke arah ku, kita sedang berbicara, tidak sopan seperti itu," Ujar Pria itu terdengar mendalam.

Elina masih tak berani menatap Pria itu, takut dan bingung bercampur aduk, sejujurnya Elina jadi memikirkan bahwa dia tak terlalu mempermasalahkan jika dia dibunuh saja hari ini. Sebegitu besarnya pengaruh tatapan dan suara laki-laki itu hingga Elina menjadi berfikir demikian.

Tapi sungguh, dibunuh oleh orang yang kejiwaannya tidak sehat sangat tidak epic, sekalipun laki-laki ini tampan.

"Elina," Panggil laki-laki itu melemah.

Laki-laki yang awalnya menjaga jarak dari Elina itu perlahan mendekatkan dirinya hingga berhasil duduk tepat di sebelah Elina, tanpa aba-aba apapun, kedua tangan milik laki-laki itu menangkup kedua pipi Elina, memaksa perempuan itu untuk melihat ke arahnya. Jari-jari tangan yang terasa dingin milik laki-laki itu membuat wajah Elina merasa nyaman.

Elina terdiam, dengan jarak sedekat ini pria itu sungguh sangat tampan, seperti memiliki sihir yang mampu membuat Elina tak berkedip.

"Bagaimana tawaran untuk menikah dengan ku?" Laki-laki itu kembali membual, membuat Elina tersadar.

"Maaf, saya bahkan belum mengenal Anda." Saat ini Elina berani membuka suara, ingin rasanya perempuan itu menghempaskan tangan laki-laki itu dari wajahnya, namun tangannya malah merasa lemah, Elina sudah tidak tahan menatap mata laki-laki ini, lamaran macam apa ini! Lamaran? Yah setidaknya terlihat seperti itu, bukan?

"Tapi, sekarang kamu sedang mengandung anak ku." Laki-laki itu menggerakkan salah satu tangannya, mengelus pelan perut Elina. Matanya pun turut menurun, menatap perut rata Elina.

Kemudian laki-laki itu merogoh sesuatu dari laci sebuah nakas yang berada di sebelah tempat tidur. Menyodorkan tiga buah testpeck dengan merk berbeda. "Kamu bisa coba ini," ujarnya.

Elina terbengong, lalu meneguk salivanya. Pria ini benar-benar sudah gila. Bukan wajah tampan yang Elina kini lihat lagi, wajah itu sudah berubah menjadi menyeramkan. Tentu saja Elina merasa takut, berada sedekat ini dengan laki-laki yang entah datang dari mana, lalu laki-laki itu terus mengoceh tentang anak mereka.

Tanpa sepengetahuan Elina, laki-laki itu kesulitan bernafas sekarang, sangat tidak tahan mencium aroma perempuan itu di dalam kamar ini. Aroma tubuh Elina yang sudah memenuhi seluruh penjuru kamar.

Tangan Elina kemudian mulai terulur untuk mengambil beberapa buah testpack tersebut dari laki-laki itu.

"Kamu bisa coba besok pagi, sekarang istirahat saja dulu." Laki-laki itu kembali mulai membuka suara, membuat Elina yang awalnya menatap hampa benda ditangannya itu perlahan mengangkat kepala, kembali menatap laki-laki dihadapannya.

"Selamat malam," Ujar laki-laki itu, mulai berdiri kemudian mengelus kepala Elina dengan lembut untuk beberapa saat lalu berjalan keluar kamar, meninggalkan Elina yang masih terduduk mencerna apa yang baru saja terjadi dalam hidupnya.


To be continued...

.

.

.

°°°
Hope u enjoy this.
©faurizian

PREGNANT WITH MAFIA [KUBACA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang